InfoMalang – Sebuah insiden kebakaran rumah kembali terjadi di Kabupaten Malang, membawa serta peringatan penting tentang potensi bahaya penggunaan tungku kayu dalam kegiatan sehari-hari. Pada Minggu (13/7/2025) sekitar pukul 11.30 WIB, rumah milik Tutik Faisah (57) di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dilalap si jago merah. Kebakaran ini diduga kuat bermula dari tungku kayu yang digunakan untuk menanak nasi, kemudian ditinggalkan pemiliknya untuk berjualan.
Kejadian ini menjadi contoh nyata betapa kelalaian kecil dapat memicu bencana besar. Kapolsek Karangploso, AKP Sumantri Wibisono, mengonfirmasi peristiwa tersebut. “Begitu menerima laporan, petugas langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk membantu memadamkan api dan melakukan penyelidikan,” ujar AKP Sumantri kepada SURYAMALANG.COM. Respon cepat dari aparat dan warga sekitar patut diapresiasi, mengingat api berhasil dipadamkan sebelum meluas dan menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Kronologi kejadian bermula saat Faisah, seperti kebiasaan banyak masyarakat pedesaan, memasak nasi di dapurnya menggunakan tungku kayu bakar. Setelah menaruh panci di atas tungku, ia kemudian meninggalkan dapur untuk menjaga warungnya di depan rumah. Pada saat itu, Faisah juga sedang mengobrol dengan tetangganya, mungkin tanpa menyadari bahaya yang mengintai di belakang. “Korban ke depan untuk menjaga warungnya. Saat itu ia juga sedang mengobrol dengan tetangganya,” beber AKP Sumantri.
Beberapa saat kemudian, Faisah dikejutkan dengan kobaran api yang muncul dari arah dapurnya. Sontak ia berteriak meminta pertolongan kepada warga sekitar. Teriakan panik tersebut segera menarik perhatian warga, yang dengan sigap bergegas menuju lokasi untuk membantu memadamkan api. Dengan peralatan seadanya, seperti ember berisi air, warga bergotong royong berusaha menjinakkan api yang mulai membesar. Beruntungnya, berkat kesigapan kolektif tersebut, api berhasil dipadamkan oleh warga sebelum menjalar ke seluruh bagian rumah atau bahkan merembet ke bangunan tetangga. “Tidak lama dibantu warga sekitar, kobaran api bisa dipadamkan oleh warga sekitar dengan menggunakan air di sekitar lokasi,” sambung AKP Sumantri.
Baca Juga:Tragedi Ombak Watulepek: Tiga Remaja Malang Terseret, Satu Tewas, Satu Hilang, Satu Selamat
Dalam insiden ini, AKP Sumantri menjelaskan bahwa tidak ada korban jiwa yang terluka maupun meninggal dunia. Namun, pemilik rumah, Tutik Faisah, dipastikan mengalami kerugian materiil akibat musibah ini. Meskipun detail kerugian belum disebutkan, dapat dibayangkan sejumlah perabotan dapur atau bagian dari struktur bangunan dapur mungkin mengalami kerusakan parah akibat kobaran api.
Peristiwa ini seyogianya menjadi pelajaran berharga bagi seluruh masyarakat, khususnya yang masih mengandalkan tungku kayu bakar dalam keseharian. Tungku kayu, meskipun merupakan warisan budaya dan masih relevan di banyak daerah, menyimpan potensi bahaya kebakaran yang signifikan jika tidak digunakan dengan hati-hati dan penuh pengawasan. Beberapa faktor risiko yang melekat pada penggunaan tungku kayu antara lain:
- Percikan Bara Api: Bara atau percikan api dari kayu yang terbakar dapat dengan mudah melompat dan mengenai material yang mudah terbakar di sekitarnya, seperti tumpukan kayu bakar kering, kain, atau bahkan dinding rumah yang terbuat dari bahan mudah terbakar.
- Panas Berlebih: Panas yang dihasilkan tungku kayu bisa sangat tinggi dan menyebar ke area sekitar. Jika ada material mudah terbakar terlalu dekat, risiko kebakaran akan meningkat.
- Asap dan Gas Beracun: Selain risiko kebakaran, pembakaran kayu juga menghasilkan asap dan gas karbon monoksida yang berbahaya jika terhirup dalam ruangan tertutup tanpa ventilasi yang memadai.
- Kurangnya Pengawasan: Seperti kasus di Karangploso, meninggalkan tungku yang sedang menyala tanpa pengawasan adalah penyebab umum kebakaran. Proses memasak, terutama yang memakan waktu lama seperti menanak nasi, harus selalu diawasi.
Untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang, ada beberapa langkah pencegahan kebakaran yang dapat diterapkan, khususnya bagi pengguna tungku kayu:
- Jangan pernah meninggalkan tungku yang menyala tanpa pengawasan. Jika harus pergi sebentar, pastikan api sudah benar-benar padam atau minimal mengecil dan tidak berisiko menyambar.
- Jaga jarak aman. Pastikan tidak ada bahan mudah terbakar seperti kain, kertas, kayu bakar kering, atau sampah di dekat tungku. Beri jarak minimal satu meter dari tungku ke benda lain.
- Pastikan ventilasi dapur memadai. Asap dan panas harus bisa keluar dengan baik untuk mencegah penumpukan yang berpotensi membahayakan.
- Sediakan alat pemadam api sederhana. Ember berisi air, pasir, atau karung goni basah dapat menjadi alat pemadam awal yang efektif jika terjadi percikan api. Lebih baik lagi jika memiliki alat pemadam api ringan (APAR).
- Rutin membersihkan area sekitar tungku dari sisa-sisa abu atau serpihan kayu yang bisa menjadi pemicu kebakaran.
- Edukasi diri dan keluarga tentang cara penggunaan tungku yang aman dan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran.
Insiden di Karangploso ini adalah pengingat bahwa keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama, bahkan dalam kegiatan rutin sehari-hari. Kewaspadaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar adalah kunci untuk mencegah bencana dan melindungi diri serta harta benda.
Baca Juga:Musim Hujan Tiba, Jalur Malang-Lumajang Intai Bahaya Longsor















