Nasib baik masih berpihak kepada Chamdan Salman Alfarisi, pemuda berusia 21 tahun asal Desa Grinting, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Ia sempat dinyatakan hilang saat mendaki Gunung Buthak, Kota Batu, Jawa Timur, sejak Sabtu (16/8/2025).
Setelah melalui pencarian panjang selama dua hari dua malam, Chamdan akhirnya ditemukan selamat pada Selasa (19/8/2025) sore oleh tim SAR gabungan.
Kabar ini membawa kelegaan bagi keluarga dan masyarakat yang sempat khawatir atas hilangnya sang pendaki muda. Meski ditemukan dalam kondisi lemas dan mengalami cedera di kaki, Chamdan dinyatakan stabil setelah mendapatkan pertolongan medis.
Komandan Tim Operasi Unit Siaga SAR Basarnas Malang, Yoni Fariza, menjelaskan bahwa pencarian Chamdan melibatkan lebih dari 200 personel gabungan. Unsur yang terlibat berasal dari Basarnas, TNI-Polri, relawan, hingga pihak basecamp pendakian.
“Korban berhasil diidentifikasi keberadaannya di kawasan Lereng Sabana Gunung Buthak. Saat ditemukan, kondisinya masih sadar, tetapi tubuhnya sudah lemah dengan cedera pada bagian kaki. Tim medis langsung memberikan penanganan darurat di lokasi,” ungkap Yoni.
Medan pencarian yang cukup terjal membuat proses evakuasi berjalan menantang. Tim harus berhati-hati saat menurunkan korban ke posko terdekat. Evakuasi semakin sulit karena kondisi tanah licin akibat hujan dan kabut tebal yang menyelimuti area pencarian.
“Prioritas kami adalah memastikan korban segera sampai di fasilitas kesehatan agar mendapat perawatan lanjutan,” tambahnya.
Chamdan bersama dua rekannya, Dewa dan Wahyu, memulai pendakian melalui jalur Gunung Panderman pada Sabtu (16/8/2025) sekitar pukul 09.00 WIB. Mereka kemudian mendirikan tenda di kawasan Lereng Sabana sekitar pukul 13.30 WIB.
Namun, pada malam harinya sekitar pukul 20.10 WIB, Chamdan tiba-tiba meninggalkan tenda tanpa pamit. Rekan-rekannya sempat menunggu hingga larut malam, tetapi ia tak kunjung kembali. Keesokan harinya, kedua rekannya turun ke pos perizinan pendakian untuk melaporkan kejadian tersebut.
Menurut keterangan saksi, sebelum menghilang Chamdan sempat menunjukkan perilaku tidak biasa. Ia tampak linglung dan bahkan berbicara tentang keinginan mendaki gunung lain bersama teman-temannya.
Hal inilah yang kemudian diduga sebagai gejala disorientasi atau hipotermia ringan, kondisi yang kerap menimpa pendaki di ketinggian.Tim SAR gabungan memulai pencarian intensif sejak Minggu (17/8/2025).
Mereka menggunakan drone, peralatan navigasi darat, hingga sistem komunikasi khusus. Namun, hingga Senin (18/8/2025), hasil pencarian masih nihil.
Baru pada Selasa (19/8/2025) sekitar pukul 15.29 WIB, korban berhasil ditemukan sekitar 1,15 kilometer dari titik terakhir ia terlihat. Lokasi penemuan berada di koordinat 7°56’30” S dan 112°28’28” E, tidak jauh dari kawasan Sabana Gunung Buthak.
Baca Juga: 1 Pejalan Kaki Tewas Ditabrak Motor di Malang
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit P.H, yang juga bertindak sebagai SAR Mission Coordinator (SMC), membenarkan penemuan tersebut.
“Chamdan ditemukan dalam keadaan lemas dengan cedera di kaki kanan, tetapi masih sadar penuh. Kondisinya relatif stabil meski membutuhkan penanganan medis lanjutan,” ujarnya.
Evakuasi Chamdan dari lokasi penemuan menuju posko bukan perkara mudah. Tim SAR harus melewati jalur yang licin dan berbahaya akibat hujan yang mengguyur area pencarian. Selain itu, kabut tebal membatasi jarak pandang sehingga langkah tim harus sangat berhati-hati.
“Meski penuh tantangan, tim berhasil menurunkan korban ke Posko SAR Gabungan di Pos Perizinan Pendakian. Setibanya di posko, Chamdan langsung dijemput oleh keluarganya yang sudah menunggu,” tambah Nanang.
Setelah itu, korban segera dibawa ke RSUD Hasta Brata, Kota Batu, untuk menjalani pemeriksaan medis lebih lanjut.
Kabar ditemukannya Chamdan membawa kelegaan mendalam bagi pihak keluarga. Orang tua dan kerabat yang menanti di posko langsung memeluk korban dengan haru. Bagi mereka, selamatnya Chamdan adalah sebuah mukjizat setelah sempat dinyatakan hilang selama tiga hari.
Warga Sidoarjo, khususnya di Kecamatan Tulangan, juga turut menyambut kabar gembira tersebut. Beberapa kerabat dan tetangga Chamdan bahkan menyebut bahwa kejadian ini menjadi pelajaran berharga agar setiap pendaki lebih memperhatikan keselamatan.
Kasus hilangnya Chamdan kembali mengingatkan bahwa mendaki gunung bukan sekadar aktivitas rekreasi, tetapi juga menuntut persiapan fisik dan mental. Faktor cuaca, kondisi tubuh, serta pengetahuan navigasi lapangan sangat penting diperhatikan.
Menurut tim SAR, hilangnya seorang pendaki kerap dipicu oleh hipotermia, kelelahan, hingga disorientasi arah. Oleh karena itu, setiap pendaki disarankan tidak terpisah dari rombongan, selalu membawa peralatan navigasi, serta menjaga komunikasi dengan rekan satu tim.
Gunung Buthak sendiri dikenal memiliki jalur yang cukup menantang, terutama di kawasan sabana dan lereng curam. Kondisi cuaca yang cepat berubah dapat memperbesar risiko bagi pendaki yang kurang berpengalaman.
Penemuan selamat Chamdan Salman Alfarisi di Gunung Buthak menjadi akhir bahagia dari operasi pencarian yang melelahkan. Meski sempat hilang selama dua hari dua malam, upaya keras tim SAR gabungan, relawan, dan aparat akhirnya membuahkan hasil.
Kisah ini sekaligus menjadi pengingat bagi para pecinta alam agar selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum melakukan pendakian. Selain perlengkapan, menjaga kebersamaan dengan tim dan memahami kondisi fisik juga menjadi faktor kunci keselamatan.
Dengan selamatnya Chamdan, operasi pencarian resmi dihentikan. Namun, kisahnya akan terus menjadi pelajaran bagi dunia pendakian di Indonesia.
Baca Juga: Warga Polehan Malang Geger, Kerangka Manusia Ditemukan di Lahan Kosong Dekat Sungai Bango















