Breaking

Penyakit TBC (Tuberkulosis) Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Tuberkulosis atau TBC merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang paru-paru, meskipun bisa juga memengaruhi organ lain seperti tulang, ginjal, maupun otak.

World Health Organization (WHO) mencatat, TBC termasuk dalam daftar sepuluh besar penyebab kematian di dunia. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai gejala, pengobatan, dan pencegahan TBC sangat penting agar masyarakat dapat lebih waspada.

Gejala Penyakit TBC

Gejala TBC seringkali berkembang secara bertahap dan kadang tidak disadari pada tahap awal. Beberapa tanda umum yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Batuk berkepanjangan lebih dari dua minggu, kadang disertai darah.

  • Demam ringan yang muncul berulang terutama di malam hari.

  • Berkeringat malam hari meski tidak melakukan aktivitas fisik.

  • Penurunan berat badan secara drastis tanpa sebab yang jelas.

  • Nafsu makan menurun sehingga tubuh semakin lemah.

  • Nyeri dada atau sesak napas bila infeksi sudah parah.

Pada kasus TBC di luar paru (ekstraparu), gejalanya bisa berbeda, misalnya pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri tulang, atau gangguan pada ginjal. Karena gejala TBC mirip dengan penyakit pernapasan lain, pemeriksaan laboratorium dan rontgen dada diperlukan untuk memastikan diagnosis.

Cara Penularan TBC

TBC menyebar melalui udara ketika penderita batuk, bersin, atau berbicara dan mengeluarkan percikan dahak yang mengandung bakteri. Seseorang dapat tertular jika menghirup percikan tersebut dalam ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk.

Faktor risiko tertinggi meliputi tinggal serumah dengan penderita TBC, sistem kekebalan tubuh lemah, kekurangan gizi, serta kebiasaan merokok.

Pengobatan Penyakit TBC

Kabar baiknya, TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Program pengobatan TBC di Indonesia menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang mewajibkan penderita mengonsumsi obat antituberkulosis (OAT) dalam jangka waktu minimal enam bulan.

Jenis obat TBC meliputi kombinasi isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Konsumsi obat ini harus diawasi tenaga kesehatan untuk mencegah resistensi obat. Apabila penderita berhenti minum obat sebelum waktunya, bakteri bisa menjadi kebal dan pengobatan akan lebih sulit.

Selama pengobatan, penderita juga dianjurkan menjaga pola makan sehat, beristirahat cukup, serta menghindari kebiasaan merokok atau mengonsumsi alkohol. Kontrol rutin ke fasilitas kesehatan sangat penting agar pengobatan berjalan optimal.

Baca Juga: Tips Menjaga Pola Makan Sehat untuk Anak agar Tumbuh Optimal

Pencegahan TBC

Mencegah TBC membutuhkan peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Beberapa langkah pencegahan yang dianjurkan antara lain:

  • Vaksinasi BCG
    Vaksin Bacillus Calmette–Guérin (BCG) diberikan pada bayi untuk memberikan perlindungan terhadap bentuk TBC berat.

  • Menjaga kebersihan lingkungan
    Pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik agar sirkulasi udara lancar dan sinar matahari masuk.

  • Menggunakan masker
    Penderita TBC sebaiknya memakai masker untuk mencegah penularan ke orang lain.

  • Menutup mulut saat batuk atau bersin
    Kebiasaan kecil ini membantu menekan penyebaran percikan dahak yang mengandung bakteri.

  • Meningkatkan daya tahan tubuh
    Konsumsi makanan bergizi, olahraga teratur, dan istirahat cukup membantu memperkuat sistem imun agar tidak mudah terinfeksi.

  • Deteksi dini
    Bagi orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC, pemeriksaan dini sangat dianjurkan untuk mencegah penularan lebih lanjut.

Tantangan Penanganan TBC di Indonesia

Meskipun obat TBC tersedia gratis di fasilitas kesehatan pemerintah, tantangan terbesar adalah kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan jangka panjang. Banyak penderita berhenti minum obat setelah gejala mereda, padahal bakteri belum sepenuhnya hilang.

Hal ini menyebabkan munculnya TBC resisten obat (MDR-TB) yang lebih sulit dan mahal untuk disembuhkan.

Selain itu, stigma sosial terhadap penderita TBC masih tinggi. Banyak orang merasa malu ketika didiagnosis TBC sehingga enggan memeriksakan diri. Edukasi masyarakat tentang TBC sangat penting untuk menghapus stigma dan meningkatkan kesadaran bahwa penyakit ini bisa diobati.

TBC adalah penyakit menular serius yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejalanya berupa batuk berkepanjangan, demam, berkeringat di malam hari, hingga penurunan berat badan drastis. Meski berbahaya, TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan disiplin.

Pencegahan melalui vaksinasi, menjaga kebersihan, serta memperkuat daya tahan tubuh sangat efektif untuk menekan penyebaran penyakit ini. Dengan kesadaran kolektif dan kepatuhan terhadap pengobatan, Indonesia dapat mengurangi angka penderita TBC dan melindungi generasi mendatang dari ancaman penyakit ini.

Baca Juga: Penyakit Maag Gejala, Pemicu, dan Pola Makan yang Dianjurkan