Breaking

Permintaan Pasar Amerika Disebut Jadi Pemicu Hilangnya Paru-Paru Dunia(Kalimantan)

infomalang.com/ – Kalimantan, pulau dengan salah satu hutan hujan tropis terbesar di dunia, kembali menjadi sorotan global. Sebuah laporan dari Earthsight (Inggris) dan Auriga Nusantara (Indonesia) mengungkap bahwa meningkatnya permintaan kayu tropis dari industri kendaraan rekreasi (RV) di Amerika Serikat menjadi pemicu deforestasi.

Laporan itu dipublikasikan pada 20 Agustus 2025 dan menyoroti kayu lapis tropis jenis lauan yang ditebang dari hutan Kalimantan. Kayu tersebut menjadi bahan utama lantai, dinding, dan langit-langit RV merek besar seperti Jayco, Winnebago, dan Forest River.

Fakta ini menimbulkan ironi, sebab kendaraan yang dipasarkan untuk “menikmati alam” justru merusak salah satu ekosistem paling berharga di Asia. Pemilik RV banyak yang tidak menyadari bahwa hobi mereka berdampak pada hutan hujan Kalimantan.

Dampak Deforestasi Kalimantan

Direktur Earthsight, Sam Lawson, menyebut perusahaan RV Amerika masih ketinggalan soal keberlanjutan. “Pemilik RV pecinta alam akan terkejut mengetahui bahwa hobi mereka berisiko merusak hutan hujan,” ujarnya.

Indonesia sendiri sudah lama dikenal memiliki tingkat deforestasi tinggi akibat pertambangan, ekspansi perkebunan, dan penebangan liar. Kalimantan menjadi rumah bagi orangutan, macan dahan, monyet hidung panjang, kera ekor babi, kelelawar rubah terbang, hingga badak terkecil di dunia.

Kehilangan hutan berarti hilangnya habitat spesies tersebut. Tekanan terhadap ekosistem Kalimantan juga memperbesar ancaman kepunahan satwa liar yang hanya bisa ditemukan di kawasan tropis ini.

Baca Juga:Tempat Les Renang Berkualitas di Malang untuk Pemula hingga Mahir

Laporan LSM menyebut PT Kayu Lapis Asli Murni sebagai pemain penting rantai pasokan global. Perusahaan ini memperoleh kayu dari hutan Kalimantan, termasuk dari area perkebunan kayu cepat tumbuh yang mengorbankan hutan alam.

Separuh dari produksi kayu itu diekspor ke Amerika pada tahun 2024. Dua perusahaan besar, MJB Wood dan Tumac Lumber, menjadi jalur utama pengiriman kayu ke pasar Amerika.

MJB Wood memasok Jayco, sementara Tumac Lumber menyalurkan kayu kepada Patrick Industries. Klien mereka mencakup Thor Industries, Forest River, dan Winnebago, membuat kayu tropis Indonesia hampir pasti masuk ke RV Amerika.

Reaksi Perusahaan dan Pemerintah

Meski tudingan serius sudah dilontarkan, perusahaan besar tersebut belum memberi tanggapan resmi. Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia pun tidak segera merespons permintaan klarifikasi dari media internasional.

Hal ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai komitmen pemerintah dan korporasi dalam menjaga keberlanjutan hutan tropis. Ketertutupan informasi memperburuk persepsi publik.

Padahal, konsekuensi hilangnya hutan Kalimantan tidak hanya bersifat lokal. Deforestasi berpengaruh global karena hutan tropis berperan sebagai penyerap karbon penting untuk menekan laju perubahan iklim.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Selain itu, degradasi hutan mengganggu siklus air, meningkatkan risiko banjir, dan memperparah krisis ekologis Indonesia. Perubahan bentang alam juga memengaruhi kestabilan lingkungan regional.

Masyarakat adat di Kalimantan juga terkena dampaknya secara langsung. Mereka bergantung pada hutan untuk pangan, air bersih, obat-obatan, serta identitas budaya yang diwariskan turun-temurun.

Deforestasi berpotensi menimbulkan konflik sosial dan memutus sumber penghidupan masyarakat lokal. Komunitas adat yang selama ini hidup harmonis dengan hutan bisa semakin terpinggirkan.

Pengamat lingkungan menilai kasus ini menunjukkan hubungan erat antara konsumsi negara maju dan kerusakan lingkungan di negara berkembang. Tingginya permintaan produk tidak berkelanjutan menciptakan tekanan besar terhadap sumber daya alam.

Oleh sebab itu, tanggung jawab tidak hanya pada perusahaan, tetapi juga konsumen. Masyarakat Amerika seharusnya lebih kritis terhadap asal-usul bahan baku produk yang mereka gunakan.

Solusi dan Harapan

Para ahli menekankan pentingnya sertifikasi kayu berkelanjutan yang lebih ketat. Pemerintah Indonesia juga harus meningkatkan pengawasan serta memperkuat regulasi untuk menindak praktik penebangan ilegal.

Di sisi lain, perusahaan Amerika perlu mengevaluasi kebijakan internal mereka. Alternatif ramah lingkungan, transparansi rantai pasokan, dan kerja sama dengan lembaga sertifikasi internasional bisa jadi langkah awal.

Jika tidak, reputasi mereka bisa rusak di mata publik global. Lebih parah lagi, hutan hujan terakhir di Asia terancam hilang hanya untuk memenuhi gaya hidup modern.

Kalimantan seharusnya dilihat sebagai warisan dunia yang harus dijaga, bukan sekadar sumber bahan baku. Generasi mendatang berhak menikmati keberadaan hutan tropis ini sebagai penyangga kehidupan global.

Baca Juga:3.000 Porsi Perdana, Program Makan Bergizi Gratis di Kabupaten Malang Resmi Dimulai