infomalang.com/ – Pidato kenegaraan perdana Prabowo Subianto sebagai Presiden RI di Sidang Tahunan MPR RI pada Jumat (15/8/2025) mencuri banyak perhatian publik. Selain isi pidato yang sarat pesan politik, sejumlah momen menarik juga terjadi dalam acara tersebut. Salah satunya adalah keputusan Prabowo untuk tampil dengan pakaian jas dan peci, alih-alih mengenakan busana adat seperti tradisi yang dibangun oleh pendahulunya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Keputusan ini menjadi sorotan karena selama sepuluh tahun terakhir, masyarakat sudah terbiasa melihat Jokowi hadir dengan pakaian adat dari berbagai daerah setiap kali menghadiri sidang tahunan. Langkah Prabowo dinilai sebagai upaya menggugurkan tradisi lama, sekaligus menandai gaya kepemimpinannya yang berbeda.
Tidak hanya soal busana, momen ketika Jokowi mengacungkan dua jempol ke arah Prabowo juga menjadi sorotan. Gestur tersebut dianggap sebagai bentuk apresiasi Jokowi terhadap pidato Prabowo, meskipun gaya dan pilihan busananya berbeda dari tradisi yang ia tinggalkan.
Kehadiran Tokoh Bangsa dalam Sidang Tahunan
Sidang tahunan kali ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh bangsa. Dari 732 anggota MPR, tercatat 604 hadir secara langsung, sementara 128 lainnya absen. Kehadiran para mantan presiden dan wakil presiden semakin menambah bobot acara kenegaraan ini.
Tokoh yang hadir di antaranya Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden ke-7 RI Joko Widodo, hingga istri dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid. Mantan wakil presiden seperti Try Sutrisno, Jusuf Kalla (JK), Boediono, hingga Ma’ruf Amin juga turut mengisi kursi undangan.
Namun, absennya Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri sempat mencuri perhatian. Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyampaikan bahwa kondisi kesehatan ibunya menjadi alasan ketidakhadiran. Meski demikian, Puan menegaskan bahwa dirinya tetap mewakili Megawati dalam acara tersebut.
Baca Juga:Trump dan Putin Bahas Upaya Akhiri Perang Ukraina Menjadi Pertemuan Bersejarah di Alaska (15/8)
Gugurkan Tradisi, Prabowo Punya Alasan
Keputusan Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk mengenakan setelan jas dan peci menuai perbincangan. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menjelaskan bahwa undangan dari MPR RI tidak mewajibkan penggunaan busana adat. Oleh karena itu, pilihan Prabowo tidak dianggap mengurangi penghormatan terhadap budaya daerah.
Menurut Prasetyo, Prabowo tetap menghormati tradisi bangsa, tetapi ia juga menekankan pentingnya fleksibilitas dalam berpakaian resmi kenegaraan. Pakaian sipil lengkap (PSL) dinilai sah dan sesuai aturan protokoler negara.
Pakar politik menilai, langkah ini bisa menjadi simbol bahwa Prabowo ingin menampilkan citra pemimpin yang lebih formal dan berorientasi pada substansi pidato ketimbang simbolisme busana. Meski demikian, sebagian masyarakat merasa kehilangan warna keberagaman budaya yang selama ini ditampilkan Jokowi lewat busana adat.
Apresiasi Jokowi dengan Dua Jempol
Di tengah perbedaan gaya tersebut, Jokowi justru menunjukkan sikap positif. Saat pidato berlangsung, ia sempat mengacungkan dua jempol ke arah Prabowo. Gestur itu ditangkap kamera dan segera menjadi bahan perbincangan di media sosial. Banyak yang menilai Jokowi ingin memberikan sinyal dukungan sekaligus penghormatan kepada penerusnya.
Apresiasi Jokowi juga dianggap sebagai tanda kedewasaan politik, mengingat perbedaan pilihan gaya bukanlah hal yang esensial. Dukungan simbolis tersebut justru memperlihatkan kesinambungan antara pemimpin lama dan baru, meskipun mereka memiliki pendekatan berbeda.
Kehangatan dalam Kehadiran Para Tokoh
Selain Jokowi, SBY juga tampak hadir dengan penuh wibawa. Kehadiran kedua mantan presiden ini menandai momen kebersamaan yang jarang terjadi dalam forum resmi. Sementara itu, kehadiran wakil presiden terdahulu menunjukkan soliditas elite bangsa dalam menghormati agenda kenegaraan.
Pemandangan ini semakin menegaskan bahwa Sidang Tahunan MPR bukan hanya acara rutin, melainkan juga simbol persatuan. Kehadiran tokoh lintas generasi memperlihatkan bahwa meski ada perbedaan gaya kepemimpinan, semua tetap menjunjung tinggi konstitusi dan demokrasi.
Gaya Baru, Tradisi Baru
Momen Prabowo menggugurkan tradisi baju adat menjadi penanda awal gaya kepemimpinan baru. Dengan jas rapi dan peci hitam, ia menampilkan citra presiden yang tegas namun sederhana.
Keputusan ini mungkin akan memunculkan tradisi baru di masa mendatang. Apakah presiden setelah Prabowo akan kembali pada baju adat atau tetap mengenakan setelan jas? Pertanyaan itu masih akan dijawab waktu. Yang jelas, setiap pemimpin memiliki cara sendiri untuk meninggalkan jejak.
Dengan pidato yang mendapat apresiasi dari banyak pihak, ditambah gestur dukungan dua jempol dari Jokowi, Prabowo berhasil mengirim pesan kuat bahwa perubahan tradisi bukanlah pengurangan penghormatan, melainkan bagian dari dinamika kepemimpinan.
Baca Juga:Dinsos-P3AP2KB Ajak DLH Malang Segera Ajukan Sertifikasi Taman Ramah Anak















