InfoMalang – Puluhan Petani Tembakau dari berbagai wilayah di Kabupaten Malang mendapatkan kesempatan berharga untuk mengikuti pelatihan peningkatan kualitas panen dan pasca-panen.
Kegiatan ini digelar oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang dengan menggandeng sejumlah pelaku industri rokok nasional.
Acara pelatihan berlangsung di Ballroom Hotel Grand Miami, Kepanjen, pada Rabu (23/10/2025). Puluhan Petani Tembakau dari 31 kecamatan hadir dan mendapatkan bimbingan langsung dari para ahli dan pelaku industri.
Mereka dibekali pengetahuan tentang tata cara panen yang sesuai standar Good Manufacture Practice (GMP) agar hasil panen dapat terserap oleh industri rokok lokal.
Plt Sekretaris DTPHP Kabupaten Malang, Kholida Masruroh, menjelaskan bahwa pelatihan ini digagas untuk mengatasi masalah klasik yang selama ini dihadapi Puluhan Petani Tembakau, yaitu rendahnya serapan tembakau lokal oleh pabrik rokok di wilayah sendiri. Menurutnya, kualitas hasil panen yang tidak sesuai spesifikasi industri menjadi faktor utama sulitnya produk tembakau Malang diterima pasar.
Kholida mengatakan, dengan adanya pelatihan ini, Puluhan Petani Tembakau diharapkan bisa memahami prosedur yang tepat mulai dari pemetikan daun hingga proses pengeringan. Ia menegaskan bahwa ketepatan waktu panen, kadar air, serta teknik fermentasi sangat berpengaruh terhadap mutu tembakau yang dihasilkan.
Dilibatkan Langsung Pelaku Industri
Dalam pelatihan ini, Puluhan Petani Tembakau tidak hanya mendengarkan teori, tetapi juga berinteraksi langsung dengan pihak industri. Narasumber yang hadir antara lain dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Malang, perwakilan pengepul UD Dadimas Jaya Donomulyo, serta pihak pabrik rokok PT Gudang Baru Berkah.
Para pemateri memberikan penjelasan rinci tentang bagaimana industri menilai kualitas tembakau sebelum diproses menjadi bahan baku rokok. Bahkan, Puluhan Petani Tembakau diminta membawa sampel hasil panen mereka untuk diuji langsung oleh perwakilan industri. Dari pengujian tersebut, diketahui karakter tembakau dari setiap daerah memiliki kadar air dan aroma yang berbeda.
Menurut Kholida, jika tembakau yang dibawa peserta memenuhi spesifikasi pabrik, maka bukan tidak mungkin pihak industri akan langsung melakukan pembelian di tempat. “Beberapa perwakilan industri mencium langsung aroma tembakau dan menilai kelembaban daunnya. Dari situ, mereka bisa menentukan apakah kualitasnya sesuai dengan kebutuhan pabrik,” jelasnya.
Baca Juga:Pemkot Malang Gelar Kegiatan Sosialisasi KUR Perumahan dan FLPP
Kendala Distribusi dan Serapan Lokal
Hingga saat ini, Puluhan Petani Tembakau di Kabupaten Malang masih menghadapi kendala serius dalam hal distribusi hasil panen. Meski produksi tembakau di daerah ini terbilang tinggi, sebagian besar hasil panen justru dijual ke luar daerah karena belum terserap industri lokal.
Data DTPHP menunjukkan bahwa hingga September 2025, luas lahan tembakau di Kabupaten Malang mencapai 413 hektare dengan total produksi sekitar 3,3 juta ton. Sayangnya, tidak satu pun hasil dari Puluhan Petani Tembakau tersebut masuk ke pabrik rokok lokal. Sebagian besar hasil panen dikirim ke Blitar, Ponorogo, Probolinggo, Bondowoso, hingga Madura.
Kholida menuturkan bahwa pihaknya sedang berupaya menjembatani komunikasi antara Puluhan Petani Tembakau dengan perusahaan rokok agar terjadi kesepahaman standar mutu. “Harapannya, setelah pelatihan ini, kualitas tembakau lokal meningkat dan pabrik rokok di Malang tertarik membeli hasil dari petani kita sendiri,” katanya.
Ragam Jenis Tembakau dari Kabupaten Malang
Kabupaten Malang dikenal memiliki beragam jenis tembakau unggulan yang dihasilkan Puluhan Petani Tembakau. Beberapa di antaranya adalah Kasturi, Rejeb, Kemloko, Virgin, dan Nori. Masing-masing jenis memiliki karakteristik aroma, warna, serta tingkat kelembaban yang berbeda, sehingga cocok untuk berbagai kebutuhan industri rokok.
Namun, perbedaan karakter tembakau inilah yang sering kali menjadi tantangan bagi Puluhan Petani Tembakau. Tidak semua jenis tembakau cocok dengan permintaan pabrik tertentu. Oleh karena itu, pelatihan ini diharapkan mampu memberi pemahaman tentang bagaimana menyesuaikan proses pengolahan dengan standar industri.
Perwakilan dari PT Gudang Baru Berkah menjelaskan bahwa industri rokok membutuhkan tembakau dengan tingkat kekeringan yang pas dan aroma khas yang stabil. Mereka menilai, potensi Puluhan Petani Tembakau di Kabupaten Malang sebenarnya sangat besar jika proses pengeringan dan penyimpanan dilakukan dengan benar.
Langkah Pemerintah untuk Petani Lokal
Pemerintah Kabupaten Malang melalui DTPHP berkomitmen untuk terus memberikan pendampingan kepada Puluhan Petani Tembakau agar lebih kompetitif. Program pelatihan seperti ini akan menjadi agenda rutin tahunan untuk memastikan setiap petani memahami praktik pertanian modern yang sesuai standar pasar.
Selain itu, pemerintah juga berencana memfasilitasi kerja sama langsung antara Puluhan Petani Tembakau dan pelaku industri. Langkah ini diharapkan bisa memangkas rantai distribusi yang terlalu panjang dan sering kali merugikan petani. Dengan begitu, nilai jual tembakau dapat meningkat dan kesejahteraan petani ikut terdongkrak.
Salah satu peserta pelatihan, Wawan, petani asal Donomulyo, mengaku kegiatan ini sangat membantu. Ia mengatakan bahwa selama ini, Puluhan Petani Tembakau di daerahnya hanya mengandalkan metode tradisional dalam mengeringkan daun tembakau tanpa memperhatikan kadar air. Setelah mendapatkan pelatihan, ia mulai memahami pentingnya kontrol suhu dan waktu pengeringan.
Mendorong Serapan Industri Lokal
Langkah pelatihan ini juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang pemerintah untuk meningkatkan serapan tembakau lokal oleh pabrik rokok daerah. Dengan meningkatnya kualitas hasil panen Puluhan Petani Tembakau, peluang kerja sama langsung dengan industri akan semakin besar.
Beberapa pihak industri yang hadir menyatakan kesiapan untuk meninjau hasil panen secara berkala. Mereka berharap program ini dapat memperkuat rantai pasok bahan baku rokok di wilayah Jawa Timur tanpa harus bergantung pada pasokan dari luar daerah.
Kholida menegaskan bahwa keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada konsistensi Puluhan Petani Tembakau dalam menerapkan metode yang diajarkan. Ia optimistis, jika para petani serius memperbaiki proses panen dan pengeringan, tembakau asal Malang akan mampu bersaing di pasar nasional.
Dengan pelatihan ini, Puluhan Petani Tembakau di Kabupaten Malang semakin siap menghadapi tantangan industri modern dan memperjuangkan tempat bagi produk lokal di pasar dalam negeri.











