infomalang.com/ – Sebuah tragedi kembali menimpa Jalur Gaza setelah Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah akibat serangan Israel pada Selasa. Gedung enam lantai yang dihantam ini sebelumnya menjadi salah satu fasilitas medis terbesar di Kota Gaza dan menyediakan layanan vital bagi ribuan pasien.
Badan Amal Medis Palestina (PLM) menyatakan, pusat tersebut berperan besar dalam donor darah, pengobatan kanker, hingga perawatan trauma. Kini semua layanan itu terhenti seketika setelah Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah, membuat ribuan warga kehilangan akses medis.
WHO Mengecam Serangan Terhadap Fasilitas Medis
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengecam keras serangan ini. Menurutnya, fasilitas kesehatan seharusnya dilindungi hukum internasional. Fakta bahwa Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah menjadi bukti nyata pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia di kawasan konflik.
Militer Israel sendiri belum memberi komentar resmi. Namun, mereka berulang kali menuduh Hamas memanfaatkan rumah sakit untuk tujuan militer. Tuduhan tersebut jarang disertai bukti kuat, sementara korban sipil terus bertambah setelah Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah.
Dampak Besar Terhadap Layanan Medis Gaza
Selain fasilitas PLM yang hancur, beberapa pusat medis lain juga rusak parah. Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan bahwa Rumah Sakit Anak Al-Rantisi dan Rumah Sakit Mata Khusus terpaksa ditutup karena operasi militer Israel yang semakin dekat. Dampaknya, Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah memperburuk kelangkaan layanan medis.
Kondisi ini memperparah krisis kesehatan di Gaza. Banyak rumah sakit kini beroperasi dengan pasokan obat terbatas, sementara ribuan pasien membutuhkan perawatan segera. Hancurnya Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah menandai runtuhnya salah satu benteng terakhir kesehatan masyarakat Gaza.
Baca Juga: Resmi! Pasar Induk Among Tani Masuk Aset Pemkot Batu Rp170,72 Miliar
Tekanan Internasional Semakin Menguat
Serangan yang membuat Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah juga memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Sebanyak 24 negara, termasuk Kanada, Prancis, dan Jerman, menyerukan Israel membuka kembali koridor medis. Mereka menilai pembatasan pasokan kesehatan hanya memperburuk penderitaan rakyat Palestina.
Namun hingga kini, jalur bantuan tetap ditutup. Israel juga mengumumkan penutupan penuh Jembatan Allenby, jalur penting menuju Yordania. Langkah ini semakin menghambat penyaluran obat-obatan ke Gaza, sementara Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah sudah tidak lagi berfungsi.
Krisis Kemanusiaan Makin Dalam
Laporan PBB menunjukkan lebih dari 300.000 warga meninggalkan Kota Gaza dalam beberapa pekan terakhir, sementara 700.000 lainnya masih bertahan. Kehilangan fasilitas medis utama setelah Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah membuat mereka terjebak dalam kondisi darurat tanpa akses kesehatan memadai.
Situasi ini semakin menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya angka korban jiwa. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 65.000 orang tewas sejak perang dimulai. Dengan Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah, korban diperkirakan terus bertambah akibat minimnya perawatan medis.
Strategi Tekanan yang Menuai Kritik
Banyak pengamat menilai penghancuran fasilitas kesehatan adalah strategi Israel untuk menekan Hamas. Namun, konsekuensi terbesar justru dirasakan warga sipil. Hancurnya Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah memperlihatkan betapa infrastruktur sipil menjadi sasaran dalam konflik ini.
Organisasi kemanusiaan menegaskan bahwa tindakan tersebut melanggar konvensi internasional. Mereka menyerukan gencatan senjata segera agar bantuan medis dapat masuk. Tanpa itu, Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah akan menjadi awal dari runtuhnya seluruh sistem kesehatan Gaza.
Tuntutan Gencatan Senjata dan Solusi
Banyak pihak menekankan pentingnya gencatan senjata demi melindungi warga sipil. Serangan ke fasilitas medis tidak hanya melanggar hukum, tapi juga menghancurkan harapan ribuan orang. Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah kini menjadi simbol penderitaan yang harus segera dihentikan.
Dunia internasional dihadapkan pada dilema besar: hanya mengutuk atau mengambil langkah nyata. Jika dibiarkan, tragedi seperti Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah bisa terus berulang, dan korban akan terus berjatuhan.
Harapan besar tertuju pada negosiasi internasional agar penderitaan rakyat Palestina segera mereda. Dengan gencatan senjata dan akses medis terbuka, tragedi seperti Pusat Kesehatan di Gaza Rata dengan Tanah tidak lagi terulang.
Baca Juga: Palestina Diakui Negara Barat, Rakyat Palestina Pertanyakan Manfaat Nyata!















