Breaking

Putut Trihasto, Penggerak UMKM Camilan Kacangku

Infomalang – Industri kuliner di Indonesia, khususnya sektor UMKM, selalu menghadirkan cerita inspiratif tentang keberanian mengambil langkah besar di tengah ketidakpastian. Salah satu kisah menarik datang dari Putut Trihasto, seorang mantan supervisor ritel yang berhasil mengubah jalan hidupnya melalui usaha camilan berbasis kacang dengan merek “Kacangku”.

Perjalanan Putut bukan hanya menggambarkan perjuangan seorang karyawan dalam melepaskan rutinitas kerja yang monoton, tetapi juga bukti nyata bahwa keberanian berinovasi bisa membuka jalan menuju kesuksesan.

Dari Dunia Ritel Menuju Dunia Wirausaha

Putut Trihasto pernah menghabiskan lebih dari tujuh tahun berkarier di industri ritel modern. Ia bahkan sempat dipindahtugaskan ke Jember sebelum akhirnya kembali ke Malang. Meski pengalamannya di dunia ritel cukup panjang, kariernya terasa stagnan.

Rutinitas kerja yang monoton, tekanan target, hingga politik kantor membuatnya berpikir ulang. Alih-alih bertahan di zona nyaman, Putut memilih jalur yang lebih menantang: meninggalkan pekerjaannya sebagai supervisor dan merintis usaha camilan dengan modal terbatas.

“Di perusahaan itu, kenaikan jabatan lama sekali. Kadang baru naik setelah tiga sampai lima tahun, dan itu pun kenaikannya cuma sekitar 10 persen,” ungkap Putut saat diwawancarai pada Kamis (11/9/2025).

Lahirnya UMKM “Kacangku”

Pada 2005, Putut mulai menekuni usaha kecil di bidang camilan. Ia mengolah kacang sendiri dengan belajar secara otodidak. Strateginya sederhana.

Awalnya, ia hanya menitipkan produk “Kacangku” di lima toko. Namun, konsistensi dan ketelatenan dalam menjaga kualitas membuat jaringannya meluas. Kini, produk “Kacangku” sudah tembus di sekitar 200 titik penjualan, mulai dari Pakis, Tunggulwulung, Lawang, hingga kawasan Gadang.

“Saya hitung sederhana saja. Kalau gaji saya segini, berarti saya butuh sekian toko untuk menutupinya. Begitu dapat jumlah itu, ya saya resign,” ujarnya.

Rasa Khas yang Membuat Pelanggan Kembali

Salah satu daya tarik utama dari produk “Kacangku” adalah rasanya yang khas dan gurih. Hal inilah yang membuat pelanggan merasa ketagihan untuk membeli kembali.

Dengan produksi harian sekitar 30 toples, di mana satu toples berisi 24 bungkus rata-rata 600 bungkus camilan bisa keluar dari dapurnya setiap hari. Meskipun ada retur dari toko, omzet harian tetap stabil karena tingginya permintaan pasar.

“Alhamdulillah, pelanggan bilang bukan soal enak tidaknya, tapi karena rasanya khas, gurih, bikin nagih. Itu yang bikin mereka balik lagi,” tutur Putut.

Baca juga: Cafe Terapi 43 Tirtasani Malang: Harmoni Kuliner, Musik, dan Terapi Holistik

Bisnis dengan Perputaran Modal Cepat

Salah satu alasan Putut mantap bertahan di bisnis camilan adalah karena perputaran modal yang cepat. Kini, penghasilan dari Kacangku” sudah jauh melampaui gaji terakhirnya di dunia ritel yang hanya sekitar Rp3,5 juta per bulan. Dengan usaha ini, ia bisa meraup hingga empat kali lipat lebih.

“Kalau modal 100, dalam satu-dua bulan bisa balik sampai 500. Cepat sekali dibanding gaji bulanan yang naiknya cuma receh,” jelasnya.

Tantangan Awal dan Dukungan Keluarga

Keputusan Putut meninggalkan pekerjaan tetap tentu tidak mudah. Bahkan, keluarganya sempat menentang langkah beraninya.

Namun, seiring berjalannya waktu, keberhasilan “Kacangku” membuktikan bahwa pilihannya tidak salah. Kini, bisnis tersebut sudah berjalan hampir 20 tahun dengan pasar yang semakin luas.

“Istri awalnya takut. Biasanya orang memang lebih memilih zona nyaman. Dari 20 teman seangkatan saya, hanya tiga orang yang bertahan sampai pensiun di perusahaan. Sisanya memilih jalannya masing-masing,” kenangnya.

Kunci Bertahan, Konsistensi dan Kesabaran

Menurut Putut, rahasia bertahan dalam bisnis UMKM bukan hanya terletak pada rasa produk, tetapi juga kesabaran dalam merawat pelanggan serta menjaga konsistensi.Ia menegaskan bahwa wirausaha bukan soal instan, melainkan tentang membangun fondasi yang kokoh secara bertahap.

“Sedikit demi sedikit, asal telaten, akhirnya bisa sampai sejauh ini,” katanya.

Pesan untuk Generasi Muda

Putut juga menyampaikan pesan berharga bagi anak muda yang ingin meniti usaha. Baginya, tidak ada usaha yang terlalu kecil selama dijalankan dengan serius dan penuh ketekunan.

“Anak muda sekarang kadang gengsi kalau usahanya kecil. Padahal dari yang receh-receh inilah kita bisa dapat return cepat dan lebih signifikan,” ujarnya.

Inspirasi dari Putut Trihasto

Kisah Putut Trihasto adalah cerminan bahwa keberanian mengambil risiko bisa mengubah jalan hidup seseorang. Dari seorang supervisor ritel dengan rutinitas monoton, ia kini menjadi penggerak UMKM camilan yang produknya hadir di ratusan titik penjualan.

Dengan konsistensi, inovasi rasa, serta kesabaran, Kacangku berhasil bertahan hampir dua dekade dan terus berkembang. Cerita ini menjadi bukti bahwa UMKM memiliki kekuatan besar untuk tumbuh dan menjadi pilar ekonomi masyarakat, sekaligus inspirasi bagi siapa pun yang ingin meninggalkan zona nyaman untuk meraih kesuksesan.

Baca juga: Buruh Pabrik Malang Didorong Kreatif Lewat Pelatihan Produk Pangan