Breaking

Rahasia Habibie Tumbangkan Dolar dari Rp 16.800 ke Rp 6.550!

Pada Jumat (28/2/2025), nilai tukar rupiah terpuruk di kisaran Rp 16.550-16.590 per dolar AS, menjadi yang terburuk sejak 23 Maret 2020. Beberapa money changer di Jakarta Selatan bahkan mematok harga jual dolar AS hingga Rp 16.560. Kondisi ini mengingatkan pada tahun 1998, ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi parah dan dolar AS sempat menyentuh Rp 16.800, berbarengan dengan gejolak politik yang menggulingkan Presiden Soeharto.

Setelah kejatuhan Soeharto, B.J. Habibie mengambil alih kepemimpinan Indonesia. Banyak pihak, termasuk Presiden Singapura saat itu, Lee Kuan Yew, meragukan kemampuannya dalam menangani krisis ekonomi. Namun, Habibie justru berhasil memperbaiki kondisi ekonomi dengan strategi yang efektif, sehingga nilai tukar rupiah menguat hingga Rp 6.550 per dolar AS. Keberhasilan ini dicapai melalui tiga langkah utama.

Baca juga : Rahasia BPJS: Lebih Baik dari AS?

Rahasia Habibie Tumbangkan Dolar dari Rp 16.800 ke Rp 6.550!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Pertama, Habibie melakukan restrukturisasi sektor perbankan. Krisis 1998 memperlihatkan lemahnya sistem perbankan Indonesia akibat kebijakan Orde Baru yang mempermudah pendirian bank tanpa pengawasan ketat. Untuk mengatasinya, Habibie memperkuat Bank Indonesia (BI) dengan mencabut aturan lama dan menerapkannya secara ketat pada bank pemerintah. Empat bank besar pemerintah digabung menjadi Bank Mandiri guna memperkuat stabilitas sistem perbankan. Selain itu, melalui UU No. 23 Tahun 1999, BI dipisahkan dari pemerintah dan menjadi lembaga independen yang bebas intervensi politik. Langkah ini dianggap sebagai kunci pemulihan ekonomi, sebagaimana tertulis dalam otobiografi Habibie, “B.J. Habibie: Detik-detik yang Menentukan (2006).”

Kedua, Habibie menerapkan kebijakan moneter ketat dengan menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berbunga tinggi. Tujuannya adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, meningkatkan jumlah simpanan, serta mengurangi peredaran uang. Dampaknya, suku bunga turun drastis dari 60% menjadi belasan persen, yang pada akhirnya meningkatkan stabilitas keuangan.

Ketiga, Habibie menjaga stabilitas harga bahan pokok dengan mempertahankan subsidi BBM dan listrik. Kebijakan ini bertujuan agar masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar di tengah krisis. Meskipun sempat menuai kontroversi, langkah ini dinilai efektif dalam menjaga daya beli masyarakat.

Melalui kombinasi strategi tersebut, kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia pulih, investor kembali menanamkan modalnya, dan rupiah kembali menguat. Keberhasilan Habibie membuktikan bahwa dengan kepemimpinan yang tepat dan kebijakan yang terukur, krisis ekonomi yang paling parah sekalipun dapat diatasi.

Baca juga : Tokoh Malang, M. Geng Wahyudi: Perlu Edukasi Pengolahan Kelor dalam Aksi Tanam 1000 Pohon HPN 2025