Breaking

Rayn Wijaya Naik Berat Badan Demi Film Made In Bali

Infomalang – Aktor muda berbakat Rayn Wijaya kembali jadi perbincangan hangat setelah memutuskan untuk menaikkan berat badan demi perannya dalam film terbaru berjudul “Made In Bali.” Dalam film ini, Rayn tampil sangat berbeda dari biasanya — bukan lagi sosok pria tampan dengan tubuh atletis, melainkan karakter yang lebih realistis dan penuh kedalaman emosional.

Langkah Rayn ini langsung menuai pujian dari banyak pihak, terutama karena jarang ada aktor muda Indonesia yang berani melakukan transformasi fisik signifikan demi keaslian karakter. “Aku ingin penonton melihat sisi lain dari diriku, bukan hanya tampilan fisik, tapi juga kemampuan akting yang lebih matang,” ujar Rayn saat wawancara di Jakarta.

Belajar Dalang dan Budaya Bali

Tidak hanya menaikkan berat badan, Rayn juga melakukan persiapan intensif dengan belajar menjadi dalang dan mempelajari budaya Bali. Dalam film “Made In Bali,” ia memerankan tokoh Wira, seorang pemuda asal Denpasar yang bercita-cita mempertahankan warisan budaya wayang Bali di tengah gempuran modernisasi.

Rayn mengaku proses ini cukup menantang. Ia harus berlatih langsung dengan dalang profesional di Gianyar selama beberapa minggu. “Gerakan tangan, intonasi suara, dan filosofi di balik pertunjukan wayang itu kompleks banget. Tapi seru, aku jadi belajar menghargai seni tradisional Indonesia lebih dalam,” katanya.

Sutradara film ini, Rizky Santosa, memuji dedikasi Rayn. “Dia bukan hanya memerankan tokoh, tapi benar-benar hidup dalam karakter itu. Kami sengaja tidak menggunakan dalang pengganti karena Rayn ingin mempelajarinya sendiri,” ujar Rizky.

Sinopsis Film “Made In Bali”

Film “Made In Bali” mengangkat kisah tentang perjuangan anak muda yang berusaha menjaga budaya leluhur di tengah arus globalisasi dan tekanan sosial. Wira (diperankan oleh Rayn Wijaya) adalah pemuda yang awalnya bekerja di perusahaan pariwisata, namun kemudian kembali ke desanya setelah sang ayah, seorang dalang legendaris, jatuh sakit.

Kisahnya kemudian berlanjut pada perjalanan batin Wira untuk menemukan kembali makna kehidupan melalui seni dan budaya. Dalam prosesnya, ia bertemu dengan Ayu (diperankan oleh Anya Geraldine), seorang vlogger yang datang ke Bali untuk membuat konten tentang budaya lokal. Pertemuan mereka menjadi awal dari kisah penuh makna tentang cinta, identitas, dan pengorbanan.

Perubahan Fisik dan Mental

Untuk memerankan karakter ini, Rayn Wijaya diminta menaikkan berat badan sekitar 8 kilogram agar terlihat lebih natural sebagai pemuda desa. “Awalnya agak berat karena harus makan lebih banyak dari biasanya, tapi ternyata seru juga. Aku jadi belajar disiplin dalam menjaga bentuk tubuh sesuai kebutuhan peran,” ungkap Rayn sambil tertawa.

Baca Juga: Agnez Mo Bicara Soal Empati dan Kepemimpinan, Sindiran Lembut untuk Dunia Politik

Ia juga menambahkan bahwa proses syuting di Bali menjadi pengalaman spiritual tersendiri. “Aku merasa film ini bukan cuma pekerjaan, tapi perjalanan untuk lebih mengenal diri sendiri. Banyak nilai kehidupan yang aku dapat dari masyarakat Bali — tentang kesederhanaan, keseimbangan, dan cinta terhadap budaya.”

Antusiasme Penggemar dan Kritikus

Kabar transformasi Rayn langsung ramai di media sosial. Banyak netizen yang memuji keberanian dan profesionalismenya. Tagar #RaynWijayaMadeInBali sempat trending di platform X (Twitter) setelah trailer film ini dirilis.

Para penggemar juga menyoroti chemistry Rayn dan Anya Geraldine yang disebut sangat natural. Banyak yang berharap film ini bisa menjadi salah satu proyek terbaik Rayn tahun ini. Beberapa kritikus film bahkan memprediksi bahwa “Made In Bali” bisa menjadi film drama budaya yang membawa warna baru di perfilman Indonesia.

Selain itu, film ini juga menarik perhatian karena menampilkan keindahan alam dan budaya Bali secara autentik. Proses syuting dilakukan di beberapa lokasi ikonik seperti Ubud, Gianyar, dan Tanah Lot, dengan pengambilan gambar yang sinematik dan penuh nuansa tradisional.

Pesan Budaya dan Cinta Tanah Air

Film “Made In Bali” tidak hanya menampilkan kisah cinta dan perjuangan, tapi juga membawa pesan penting tentang pelestarian budaya. Dalam beberapa adegan, penonton akan melihat bagaimana generasi muda dihadapkan pada pilihan sulit antara mengikuti arus modernisasi atau mempertahankan jati diri lokal.

Rayn berharap film ini bisa menginspirasi penonton muda untuk lebih mencintai budaya Indonesia. “Anak muda sekarang banyak yang lupa sama akar budayanya. Lewat film ini, aku ingin ngajak mereka bangga jadi orang Indonesia, khususnya dengan tradisi yang kaya dan indah,” tuturnya.

Film “Made In Bali” dijadwalkan tayang di bioskop nasional pada Desember 2025, dan diprediksi akan menjadi salah satu film drama budaya paling dinanti tahun ini.

Baca Juga: Mawar de Jongh Tampil Botak di Film Baru