Breaking

Serangan Terbaru Israel di Gaza Tewaskan 123 Orang dalam Sehari, Korban Tertinggi Pekan Ini

InfoMalangSerangan militer Israel kembali mengguncang Gaza pada Rabu malam hingga Kamis pagi waktu setempat. Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 123 orang tewas hanya dalam waktu 24 jam, menjadikannya jumlah korban harian tertinggi dalam sepekan terakhir.

Ledakan besar terdengar di berbagai sudut kota, terutama di kawasan timur Gaza, di mana pesawat tempur dan tank dilaporkan menghantam permukiman warga. Serangan ini menambah panjang daftar korban sejak konflik terbaru pecah beberapa waktu lalu.

Baca Juga:Palestina 2025: Fakta Terbaru dari Jalur Gaza yang Menggemparkan Dunia

Korban Jiwa Meningkat Drastis

Pihak Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, total korban tewas sejak dimulainya perang telah mencapai 235 orang, termasuk 106 anak-anak. Selain akibat gempuran, delapan korban meninggal dalam 24 jam terakhir disebabkan kelaparan dan kekurangan gizi, sebuah indikasi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.

“Serangan kali ini sangat parah. Banyak rumah hancur, dan korban tewas bertambah cepat,” ujar seorang tenaga medis di Rumah Sakit Al-Ahli, yang menangani puluhan korban luka berat.

Serangan di Zeitoun dan Shejaia

Saksi mata melaporkan, kawasan Zeitoun dan Shejaia menjadi salah satu titik serangan paling intens. Rumah sakit Al-Ahli mengonfirmasi bahwa 12 orang tewas akibat serangan udara ke sebuah rumah di Zeitoun. Di Gaza selatan, khususnya di timur Khan Younis, tank-tank Israel menghancurkan sejumlah rumah penduduk.

Sementara itu, di pusat Kota Gaza, tembakan Israel dilaporkan menewaskan sembilan warga yang sedang mencari bantuan pangan dalam dua insiden terpisah. Hingga kini, pihak militer Israel belum memberikan komentar resmi terkait laporan tersebut.

Negosiasi Gencatan Senjata Tersendat

Di tengah eskalasi kekerasan, Hamas dilaporkan melanjutkan pembicaraan dengan mediator Mesir untuk membahas gencatan senjata. Namun, proses ini berjalan lambat. Sejumlah pejabat menilai bahwa upaya Israel untuk merebut kembali seluruh wilayah Gaza kemungkinan masih memakan waktu beberapa minggu lagi.

Artinya, peluang gencatan senjata tetap ada, tetapi situasi di lapangan menunjukkan pertempuran masih berlangsung sengit.

Pernyataan Netanyahu Picu Kontroversi

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam wawancara dengan saluran televisi i24NEWS, menyatakan bahwa tujuan operasi ini adalah untuk “mengambil alih Gaza” sepenuhnya. Ia juga meminta warga Palestina meninggalkan wilayah tersebut.

“Mereka tidak akan diusir, mereka akan diizinkan keluar,” kata Netanyahu.
Ia menambahkan, “Semua pihak yang mengaku peduli pada Palestina harus membuka pintu mereka dan berhenti memberi kami ceramah.”

Pernyataan ini memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari Presiden Iran yang menyebut pernyataan Netanyahu sebagai bentuk “arogansi politik” yang mengabaikan kemanusiaan.

Situasi Kemanusiaan Memburuk

Selain korban tewas, krisis kemanusiaan di Gaza kian mengkhawatirkan. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal akibat serangan udara dan artileri. Pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan semakin langka.

Badan-badan kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa kelaparan dapat menjadi ancaman utama bagi warga Gaza jika akses bantuan tidak segera dibuka. Delapan kematian terbaru akibat kelaparan menjadi bukti nyata bahwa blokade dan serangan telah memperburuk penderitaan warga.

Kritik Internasional

Sejumlah negara dan organisasi internasional kembali menyerukan penghentian kekerasan. PBB mengingatkan bahwa serangan terhadap wilayah padat penduduk seperti Gaza dapat melanggar hukum humaniter internasional.

Sementara itu, organisasi kemanusiaan seperti Amnesty International dan Human Rights Watch mendesak Israel untuk menghindari serangan yang menargetkan warga sipil, serta meminta Hamas menghentikan aksi-aksi militer yang memperburuk situasi.

Ketidakpastian Masa Depan Gaza

Rencana Israel untuk menguasai kembali seluruh Gaza masih memunculkan tanda tanya besar. Meski ada indikasi bahwa operasi darat dan udara akan terus berlanjut, sejumlah pengamat menilai tekanan internasional bisa memaksa kedua pihak kembali ke meja perundingan.

Namun, selama belum ada kesepakatan gencatan senjata, penduduk Gaza tetap berada dalam situasi genting. Setiap hari, mereka hidup di bawah ancaman bom, tembakan, dan kelaparan.

Seruan untuk Gencatan Senjata Segera

Banyak pihak berharap agar mediator internasional seperti Mesir, Qatar, dan PBB mampu mempercepat proses negosiasi. Waktu menjadi faktor krusial karena setiap hari keterlambatan berarti bertambahnya korban jiwa.

“Gencatan senjata adalah satu-satunya jalan keluar untuk menghentikan penderitaan warga sipil,” kata seorang analis Timur Tengah. “Jika pertempuran terus berlanjut, kita akan melihat bencana kemanusiaan yang lebih besar.”

Baca Juga:Tasyakuran Milad PKS ke 23 dan Halal Bi Halal PKS Kota Malang Disemarakkan Dukungan untuk Palestina