Breaking

Tikam 3 Pesilat Saat Dikeroyok, Ojol Ini Mengaku: Saya Harus Melawan atau Mati

Tikam 3 Pesilat Saat Dikeroyok, Ojol Ini Mengaku: Saya Harus Melawan atau Mati

Malang, 7 Juli 2025 – Kota Malang, Jawa Timur, yang biasanya dikenal dengan suasana malam yang tenang, tiba-tiba dikejutkan oleh insiden berdarah yang menjadi viral di berbagai platform media sosial. Seorang pengemudi ojek online (ojol) diduga menikam tiga orang pesilat setelah dirinya dikeroyok oleh sekelompok orang. Dalam pengakuannya yang beredar luas, sang ojol menyebutkan bahwa dia terpaksa melawan demi mempertahankan nyawanya.

Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat malam, 4 Juli 2025. Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian bermula ketika sang ojol tengah melintas di salah satu jalan di Kota Malang dan terlibat dalam cekcok dengan sekelompok pemuda yang diketahui merupakan pesilat dari sebuah perguruan silat di daerah tersebut.

Saksi mata menyebutkan bahwa insiden itu berlangsung cepat. Setelah adu mulut, terjadi pengeroyokan terhadap pengemudi ojol tersebut. Tidak terima dengan perlakuan tersebut, ojol yang merasa terdesak akhirnya mencabut pisau lipat yang ia bawa dan menikam ketiga pesilat tersebut.

“Saya tidak punya pilihan lain. Kalau saya diam, mungkin saya yang akan mati. Saya hanya berusaha menyelamatkan diri saya sendiri,” ujar sang ojol dalam video pengakuan yang tersebar dan menjadi viral di media sosial.

Ketiga korban mengalami luka serius dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis. Sementara itu, pengemudi ojol tersebut segera diamankan oleh pihak kepolisian untuk mencegah amukan massa yang semakin memanas.

Kapolresta Malang Kombes Pol I Nyoman Budhi mengatakan bahwa pihaknya saat ini masih melakukan pendalaman dan penyelidikan terkait kejadian tersebut. Polisi telah mengamankan barang bukti berupa pisau lipat yang digunakan dalam insiden tersebut serta meminta keterangan dari beberapa saksi di lokasi kejadian.

Baca Juga:Motif Penusukan Pendekar Silat di Malang Terungkap, Pelaku Merasa Dikeroyok

“Kami sedang menyelidiki kasus ini secara objektif. Semua pihak akan dimintai keterangan, termasuk pelaku, korban, dan saksi mata. Kami juga mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing emosi dan menyerahkan proses hukum kepada pihak berwenang,” ujar Kapolresta Malang dalam konferensi pers.

Peristiwa ini memicu berbagai tanggapan dari masyarakat. Banyak netizen yang bersimpati kepada pengemudi ojol, menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah bentuk pembelaan diri. Namun, tidak sedikit juga yang menyesalkan terjadinya kekerasan dan menyayangkan cara penyelesaian yang berujung pada penusukan.

“Sebagai ojol, dia pasti tidak ingin terlibat dalam kekerasan. Tapi ketika nyawa sudah terancam, siapa yang tidak akan melawan?” tulis salah satu pengguna media sosial dalam kolom komentar.

Sementara itu, pihak keluarga dari para pesilat yang menjadi korban mengaku terpukul atas kejadian ini. Mereka berharap agar proses hukum berjalan adil dan transparan. Mereka juga meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi yang belum tentu benar agar tidak memicu konflik yang lebih luas.

Pengamat hukum pidana dari Universitas Brawijaya, Dr. Andika Prasetya, menjelaskan bahwa dalam hukum pidana Indonesia, tindakan pembelaan diri diperbolehkan selama proporsional dan dalam kondisi terpaksa.

“Kalau terbukti bahwa pelaku berada dalam keadaan terancam serius dan tindakannya untuk mempertahankan diri itu proporsional, maka secara hukum ia bisa mendapatkan pembelaan berdasarkan pasal pembelaan terpaksa atau noodweer,” terang Dr. Andika.

Namun, ia menambahkan bahwa semua itu harus dibuktikan dalam proses hukum yang sah. Penting untuk membedakan antara pembelaan diri dan tindakan yang melebihi batas kewajaran.

Kejadian ini juga membuka kembali diskusi publik tentang maraknya aksi kekerasan di jalanan, terutama yang melibatkan perguruan silat. Banyak pihak menyerukan agar perguruan silat lebih aktif dalam membina anggotanya agar mengedepankan perdamaian dan sportivitas, bukan kekerasan.

Polisi menegaskan bahwa mereka akan melakukan pendekatan hukum dan sosial untuk menyelesaikan kasus ini. Mereka juga mengingatkan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban bersama di Kota Malang.

Insiden viral ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat tentang bahaya kekerasan jalanan dan pentingnya penyelesaian konflik secara damai. Baik pelaku maupun korban kini harus menghadapi konsekuensi hukum yang berlaku dan menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih mengutamakan dialog daripada kekerasan.

 

Baca Juga:Sygma Bertemu Rektor UB Prof. Widodo: Bahas Tantangan Riset, AI, dan SMSI Goes to Campus