Breaking

Tinjau Kesehatan Masyarakat, Kabupaten Malang Tegaskan Wilayahnya Bebas Kasus Cacingan

 

MALANG – Upaya serius Pemerintah Kabupaten Malang dalam meningkatkan kualitas kebugaran masyarakat, khususnya balita, menunjukkan hasil positif. Berdasarkan peninjauan lapangan dan laporan dari berbagai pihak, DPRD Kabupaten Malang menegaskan bahwa wilayahnya saat ini bebas dari kasus cacingan. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran aktif Dinas kebugaran, puskesmas, dan para kader posyandu di tingkat desa.

Peran Sentral Kader Posyandu

Anggota DPRD Kabupaten Malang, Ahmad Andi, menyatakan bahwa kondisi kesehatan anak di wilayahnya relatif aman. “Kalau soal kasus cacingan, Kabupaten Malang aman.

Tidak ada laporan. Tapi mitigasi tetap dilakukan,” ujarnya, Senin (25/8/2025). Pernyataan ini memberikan jaminan bahwa meskipun kasus cacingan nihil, pemerintah daerah tidak akan lengah dan terus berupaya melakukan pencegahan.

Menurut Andi, para kader kebugaran memegang peran sentral dalam memantau tumbuh kembang anak-anak. Berbagai program, seperti bulan timbang rutin dan pemeriksaan kebugaran balita, terus dijalankan.

Program-program ini memastikan setiap anak mendapatkan pemantauan yang optimal, sehingga masalah kebugaran dapat dideteksi sejak dini.

Bahkan, sebagai wujud komitmen, setiap posyandu kini telah dilengkapi dengan antropometri kit untuk mendeteksi kondisi stunting dan gizi buruk.

Baca Juga:Autoimun Penjelasan Gejala dan Dampaknya pada Kesehatan

“Alat ini sudah tersedia di posyandu hingga tingkat desa. Jadi pemantauan kebugaran anak lebih optimal,” jelas Andi, menekankan pentingnya ketersediaan alat pendukung yang memadai.

Dengan alat ini, data pertumbuhan anak bisa lebih akurat, memungkinkan intervensi cepat jika ditemukan masalah.

Tantangan dan Apresiasi untuk Kader

Meskipun kinerja para kader posyandu dinilai luar biasa, Andi juga menyoroti satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius: kesejahteraan mereka.

Ia mengungkapkan bahwa honor yang diterima para kader masih sangat rendah, yakni hanya sekitar Rp300 ribu per tahun, atau setara Rp50 ribu per bulan. Angka ini dinilai tidak sebanding dengan kerja keras dan dedikasi yang mereka berikan.

“Kalau bisa ditingkatkan. Apalagi jumlah posyandu di Kabupaten Malang mencapai lebih dari 6.000. Kader posyandu bekerja keras, tapi honornya belum memadai,” kritiknya.

Kenaikan honor diharapkan dapat menjadi motivasi tambahan bagi para kader untuk terus bekerja dengan semangat tinggi dalam melayani penduduk.

Fokus Pencegahan dan Optimisme Masa Depan

Selain menanggulangi penyakit, fokus kebugaran anak di Kabupaten Malang kini diarahkan pada pencegahan stunting. Pemerintah daerah berupaya keras untuk mengatasi masalah gizi yang dapat menghambat pertumbuhan anak secara fisik maupun kognitif.

Ahmad Andi menyatakan optimismenya bahwa dengan dukungan sarana kebugaran yang memadai dan dedikasi para kader, Kabupaten Malang akan tetap aman dari ancaman penyakit seperti cacingan, gizi buruk, dan masalah kebugaran  lainnya.

Sinergi antara pemerintah dan masyarakat ini menjadi kunci utama dalam membangun generasi yang lebih sehat dan kuat. Upaya ini bukan hanya sekadar mencegah penyakit, tetapi juga berinvestasi pada masa depan Kabupaten Malang.

Mendorong Keseimbangan dalam Strategi Kesehatan

Tantangan yang dihadapi oleh para kader posyandu di Kabupaten Malang adalah cerminan dari permasalahan yang lebih luas di sistem kebugaran penduduk.

Mereka adalah ujung tombak pelayanan kebugaran , individu yang paling dekat dengan penduduk, dan seringkali menjadi garda terdepan dalam program-program kebugaran preventif.

Oleh karena itu, strategi pemerintah daerah harus mencakup dua aspek penting: peningkatan kualitas pelayanan dan peningkatan kesejahteraan para pelaksananya.

Peningkatan kualitas pelayanan dapat diwujudkan melalui penyediaan alat-alat kebugaran modern, pelatihan berkala untuk kader, dan sistem pelaporan yang efisien.

Dengan peralatan yang memadai seperti antropometri kit, kader dapat memberikan diagnosis awal yang lebih akurat, yang sangat krusial dalam program pencegahan stunting dan gizi buruk.

Pelatihan yang rutin juga akan memastikan pengetahuan mereka selalu up-to-date dengan perkembangan ilmu kebugaran.

Namun, semua upaya ini akan kurang optimal jika tidak didukung oleh peningkatan kesejahteraan. Honor yang layak adalah bentuk apresiasi konkret atas kerja keras dan dedikasi mereka.

Kenaikan honor bisa memotivasi kader untuk bekerja lebih maksimal, mengurangi tingkat turnover, dan menarik lebih banyak relawan yang berkualitas.

Kesejahteraan yang lebih baik juga dapat meminimalkan risiko adanya masalah integritas dan memastikan fokus mereka tetap pada pelayanan penduduk.

Pemerintah daerah bisa mempertimbangkan berbagai sumber pendanaan, seperti alokasi dana desa yang lebih besar untuk program kesehatan, atau mencari dukungan dari sektor swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).

Menciptakan keseimbangan antara dua aspek ini adalah kunci menuju sistem kesehatan penduduk yang tangguh dan berkelanjutan.

Keberhasilan Kabupaten Malang dalam menekan kasus cacingan adalah contoh nyata bahwa kerja keras dan dedikasi di tingkat akar rumput membuahkan hasil.

Kini, tantangannya adalah bagaimana pemerintah dapat mengapresiasi dan menopang para pahlawan kebugaran ini agar mereka dapat terus berdedikasi dalam membangun generasi penerus yang sehat.

Baca Juga:Biduran pengertian penyebab cara pengobatan dan larangan, informasi untuk menjaga kesehatan kulit