infomalang.com/ – Momen bahagia dalam pesta pernikahan Putra Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi , berubah menjadi tragedi yang memilukan. Dalam acara syukuran yang diadakan di Kabupaten Garut pada Kamis, 17 Juli 2025, kericuhan tak terhindarkan karena membludaknya massa yang datang untuk menghadiri kegiatan makan bersama. Akibat desak-desakan, tiga orang meninggal dunia dan lebih dari dua puluh lainnya mengalami luka-luka.
Kronologi Kejadian yang Menyayat Hati
Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian pernikahan antara Maulana Akbar , putra Dedi Mulyadi, dan Putri Karlina . Resepsi ini diadakan terbuka untuk masyarakat, termasuk pembagian konsumsi secara gratis di area terbatas. Namun sayangnya, antusiasme warga yang datang dalam jumlah besar tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai.
Menurut Saksi mata, suasana mulai tidak terkendali saat warga berebut makanan yang disediakan panitia. Ruang yang sempit dan minimnya pengamanan menyebabkan gelombang desakan yang menjatuhkan sejumlah orang, termasuk kaum lanjut usia dan anak-anak.
Evakuasi sempat berlangsung lambat karena akses lokasi tertutup oleh massa. Korban langsung dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit terdekat. Sayangnya, tiga di antaranya dinyatakan meninggal dunia karena luka dalam akibat terinjak-injak.
Baca Juga:Pelari Marathon Tertua Dunia Tewas Tragis di Usia 114 Akibat Tabrak Lari
Dedi Mulyadi Sampaikan Permintaan Maaf Terbuka

Menangapi tragedi ini, Dedi Mulyadi menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat, khususnya keluarga korban. Dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat, 18 Juli 2025, ia menyatakan rasa duka yang mendalam dan mengaku tidak mengetahui bahwa akan ada kegiatan makan bersama skala besar yang mengundang massa.
“Saya menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya atas musibah ini. Semoga para korban diterima amal ibadahnya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Saya pribadi tidak tahu bahwa ada kegiatan makan bersama. Yang saya tahu hanyalah agenda pentas seni malam harinya,” ucap Dedi dengan nada penuh penyesalan.
Bentuk Tanggung Jawab Moral dan Santunan untuk Korban
Sebagai bentuk empati dan tanggung jawab moral, Dedi Mulyadi langsung berinisiatif untuk menemui keluarga korban dan menyerahkan santunan duka. Ia menyebutkan bahwa setiap keluarga korban akan menerima bantuan uang duka sebesar Rp150 juta .
“Saya sudah memerintahkan staf saya untuk segera menemui masing-masing keluarga korban dan menyerahkan uang duka dari saya pribadi sebagai gubernur sekaligus orang tua dari pihak keluarga yang menggelar acara,” tambahnya.
Pernyataan tersebut mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat. Sebagian besar warganet mengapresiasi langkah tanggap dari Dedi Mulyadi yang secara terbuka mengakui kekurangan dalam pengelolaan acara dan tidak lepas tangan.
Evaluasi Besar untuk Penyelenggaraan Acara Publik
Tragedi ini menjadi pelajaran penting, terutama bagi pejabat publik maupun masyarakat umum yang hendak menyelenggarakan kegiatan massal. Dedi menegaskan bahwa ke depannya, semua pihak harus benar-benar memahami keamanan dan pengaturan teknis dalam kegiatan yang melibatkan banyak orang.
“Ini pelajaran besar bagi semua, termasuk keluarga saya sendiri. Kalau membuat acara, harus mengecualikan segala kemungkinan. Ruang sempit dan massa yang terlalu padat sangat berbahaya. Pengamanan harus disiapkan dengan matang,” tegasnya.
Pihak Kepolisian Garut juga telah turun tangan melakukan investigasi. Fokus utama penyelidikan saat ini adalah bagaimana manajemen operasional dijalankan, dan apakah ada kelalaian dalam perizinan atau pelaksanaan teknis yang menyebabkan korban jiwa.
Suara Warga dan Media Sosial
Di media sosial, topik ini menjadi perbincangan hangat. Tagar #TragediGarut dan #DediMulyadi langsung menjadi trending di Twitter Indonesia. Banyak warganet yang menyuarakan simpati kepada para korban, namun tidak sedikit juga yang memahami mengapa acara sebesar itu tidak terlalu ketat.
“Syukuran nikah seharusnya membahagiakan, tapi kok bisa chaos kayak gitu,” tulis seorang pengguna X (Twitter). Lainnya mengulas pentingnya edukasi dan manajemen acara massal yang melibatkan warga dalam jumlah besar.
Penutup: Duka yang Menjadi Pengingat
Peristiwa di Garut ini bukan sekadar kecelakaan biasa. Ia mencerminkan pentingnya tanggung jawab dalam penyelenggaraan acara publik, terutama oleh tokoh masyarakat dan pejabat. Tragedi ini bisa terjadi kapan saja dan di mana saja jika aspek keselamatan diabaikan.
Dedi Mulyadi, meski tidak terlibat langsung dalam acara teknis, memilih untuk tidak melepaskan tangan. Sikap ini patut menjadi contoh bagi para pemimpin lain dalam menghadapi krisis dengan jiwa besar dan bertanggung jawab. Semoga di masa depan, tidak ada lagi pesta yang berubah menjadi duka hanya karena kurangnya perencanaan dan pengawasan.















