Breaking

Transformasi Batu: Unisma Tawarkan Riset & RPL untuk Perubahan Nyata 2025!

infomalang.com/,KOTA BATU, Jawa Timur – Di balik gemerlap citra sebagai destinasi pariwisata terkemuka, Kota Batu menyimpan sebuah ironi yang disoroti serius oleh Wali Kota Batu, Nurochman: ketimpangan antara geliat pariwisata dan kesejahteraan petani lokal. Banyak petani justru merasa tertinggal secara ekonomi dan kebijakan, sebuah kondisi yang perlu penanganan serius.

Sorotan ini disampaikan Nurochman kepada mahasiswa dan akademisi Universitas Islam Malang (Unisma) pada Senin (21/7/2025) dalam sebuah kuliah tamu yang menjadi titik awal kerja sama antara Pemkot Batu dan Unisma. Pertemuan ini bukan sekadar seremonial penandatanganan MoU biasa, melainkan memunculkan tawaran konkret dari Unisma: riset berbasis masalah dan pendidikan terjangkau melalui program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).

Misi Hands-On Unisma: Masuk ke Dapur Persoalan Petani

Wali Kota Nurochman secara lugas menyampaikan kebutuhan mendesak Pemkot Batu. “Kami butuh lebih dari sekadar saran. Kami ingin kampus ikut masuk ke dalam dapur persoalan. Jangan biarkan petani yang mayoritas malah jadi kelompok paling terpinggirkan,” tegas Nurochman. Pernyataan ini menunjukkan keinginan kuat untuk melihat kampus berperan aktif, bukan hanya sebagai penasihat, tetapi juga sebagai mitra yang langsung terlibat dalam mencari solusi.

Masalah yang diangkat Nurochman bukan tanpa dasar. Meski sektor pariwisata menyumbang pendapatan besar bagi Kota Batu, sebagian besar petani lokal masih bergulat dengan berbagai tantangan. Mereka seringkali terjebak dalam pola distribusi lama yang tidak menguntungkan, menghadapi fluktuasi harga yang ekstrem, dan memiliki akses yang minim terhadap teknologi pertanian modern. “Kami ingin semua warga punya peluang yang sama untuk maju. Bukan sekadar di atas kertas, tapi betul-betul terasa di kampung-kampung,” tambah Nurochman, menggarisbawahi pentingnya dampak nyata di tingkat akar rumput.

Menanggapi tantangan ini, Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D., menyatakan bahwa kampusnya siap turun tangan. Unisma menawarkan kolaborasi riset multidisiplin yang langsung menyasar kebutuhan riil masyarakat. Riset ini akan fokus pada berbagai aspek, mulai dari data pertanian yang akurat, perumusan kebijakan pangan yang berkeadilan, hingga pengembangan model distribusi yang lebih efisien dan menguntungkan bagi petani.

Baca Juga:Generasi Peduli: Mahasiswa UB Bekali Siswa Tawangargo Cinta Lingkungan.

“Kami punya para ahli, para pemikir yang biasa meneliti. Tapi kami butuh jalur untuk bisa mengimplementasikan itu. Dan di titik inilah pemerintah daerah bisa jadi rekan nyata,” ujar Prof. Junaidi. Ia menekankan bahwa kerja sama ini memiliki arah yang lebih strategis, menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat pembuka akses dan perubahan nyata, bukan hanya pengisi laporan.

RPL: Jalan Pintas Pendidikan Tinggi untuk ASN dan Pelaku Usaha

Salah satu tawaran paling signifikan dan aplikatif dari Unisma adalah program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Melalui skema inovatif ini, pengalaman kerja yang dimiliki oleh berbagai kalangan—mulai dari Aparatur Sipil Negara (ASN), perangkat desa, anggota DPRD, hingga pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)—bisa diakui sebagai bagian dari perkuliahan. Ini memungkinkan mereka untuk menempuh pendidikan tinggi (S1 atau S2) tanpa harus meninggalkan pekerjaan.

“S1 bisa selesai dalam dua tahun, S2 cukup satu tahun. Tanpa cuti kerja. Waktu kuliah bisa disesuaikan. Jadi roda pemerintahan tetap berjalan, sambil SDM-nya naik level,” jelas Prof. Junaidi. Konsep RPL ini dirancang untuk menjawab realitas bahwa banyak birokrat atau pelaku usaha kecil yang memiliki pengalaman dan kompetensi mumpuni, tetapi terkendala untuk melanjutkan pendidikan formal karena keterbatasan waktu atau terhambat oleh persyaratan ijazah formal. RPL menjadi jalan tengah yang manusiawi dan aplikatif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tanpa mengganggu produktivitas.

Dukungan Penuh untuk Program ‘Seribu Sarjana’

Tak berhenti di situ, Unisma juga menyatakan kesiapannya untuk mendukung penuh program ‘Seribu Sarjana’, sebuah inisiatif ambisius dari Pemkot Batu. Program ini menargetkan pemberian beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100 persen untuk masyarakat. Dalam skema ini, warga Kota Batu dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi bisa menempuh kuliah tanpa biaya, termasuk di Unisma sebagai kampus mitra.

Kerja sama ini akan dimulai dengan Dinas Pendidikan, dan secara bertahap akan diperluas ke sektor-sektor lain yang relevan. Program ini dinilai sebagai langkah konkret dan transformatif untuk menghapus kesenjangan akses pendidikan, yang selama ini kerap dianggap hanya milik kalangan tertentu. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan kesempatan berpendidikan tinggi dapat dijangkau oleh lebih banyak lapisan masyarakat.

Kolaborasi antara Pemkot Batu dan Unisma ini adalah contoh nyata sinergi antara pemerintah daerah dan institusi pendidikan dalam menjawab permasalahan konkret di masyarakat. Melalui riset yang mendalam dan program pendidikan yang inovatif seperti RPL, diharapkan akan terjadi perubahan nyata yang membawa kesejahteraan dan pemerataan bagi seluruh lapisan masyarakat Kota Batu, khususnya para petani yang selama ini masih berada di pinggir.

Baca Juga:Simulasi Mitigasi Bencana di SD Muhammadiyah 3 Assalaam: Anak-Anak Belajar Hadapi Gempa Bumi dan Kebakaran