Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali mengancam bagi peternakan di Kota Malang. Dalam satu bulan terakhir, ribuan sapi terinfeksi, memaksa pemerintah dan peternak berjibaku menangani penyebaran penyakit yang mengancam roda ekonomi masyarakat. Sebanyak 11.317 ekor sapi di Jawa Timur, termasuk di Kota Malang, dilaporkan terinfeksi PMK sejak 1 Desember 2024 hingga 10 Januari 2025. Pj Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, menjelaskan bahwa sebagian besar sapi yang terinfeksi sedang dalam proses penyembuhan, sementara sebagian lainnya telah sembuh atau dipotong paksa.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengambil langkah strategis, seperti memperketat protokol kesehatan hewan, mengawasi perdagangan ternak, dan memberikan edukasi kepada peternak. Namun, kebijakan penutupan pasar hewan selama 14 hari masih belum diterapkan di Kota Malang untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Baca Juga : Daftar Menu Depot Tanjung Api Beserta Harganya
Baca Juga : Menu Dimsum Umayumcha : Dimsum yang viral di Malang
Wilayah dengan Kasus Tinggi
Kasus PMK tersebar di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur, termasuk Malang, Tulungagung, Situbondo, dan Ponorogo. Beberapa daerah seperti Tulungagung dan Ponorogo bahkan menutup pasar hewan untuk mencegah penyebaran lebih luas.
Lonjakan kasus terjadi selama kurun waktu Desember 2024 hingga awal Januari 2025. Pada periode tersebut, jumlah infeksi PMK dilaporkan meningkat signifikan, seiring dengan aktivitas perdagangan hewan menjelang musim panen ternak.
Wabah PMK diduga menyebar karena lemahnya pengawasan perdagangan hewan antar wilayah. Selain itu, protokol kesehatan yang kurang ketat di pasar hewan turut mempercepat penularan virus.
Proses Penanganannya
Dilansir dari website malang.sura.com, Dinas Peternakan Jawa Timur bekerja sama dengan pemerintah daerah memberikan obat-obatan dan perawatan intensif kepada sapi yang terinfeksi. Sekitar 70 persen sapi yang terjangkit saat ini sedang dalam proses penyembuhan, sementara 22 persen lainnya telah sembuh. Penutupan pasar hewan dilakukan selektif di beberapa daerah dengan risiko tinggi.
Baca juga : Lonjakan kasus PMK di Malang 2025















