Suaramedia.id – Industri pembiayaan di Indonesia tengah menghadapi badai. Target pertumbuhan yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terancam meleset. Penurunan penjualan kendaraan bermotor menjadi biang keladinya. Hal ini disampaikan langsung oleh Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK.
Saham Ini Tembus ARA! IHSG Lemas, Tapi Ada yang Meroket
Data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) periode Januari-Desember 2024 menunjukkan penurunan penjualan kendaraan bermotor sebesar 13,93% year-on-year (yoy), dari 1.005.802 unit menjadi 865.723 unit. Kondisi geopolitik global turut memberi andil dalam penurunan ini. Gaikindo bahkan memprediksi lesunya penjualan mobil dan motor akan berdampak pada penyaluran pembiayaan di tahun 2025.

Meskipun demikian, OJK masih optimistis. Agusman memproyeksikan pertumbuhan piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan masih positif sebesar 8%-10% yoy pada tahun 2025. Perlu diketahui, per Desember 2024, piutang pembiayaan tumbuh 6,92% yoy menjadi Rp503,43 triliun. Namun, Agusman mengakui penurunan penjualan kendaraan bermotor menjadi salah satu penyebab pertumbuhan industri pembiayaan tak mampu menembus angka dua digit. Sektor pembiayaan kendaraan bermotor sendiri masih mendominasi, berkontribusi sebesar Rp402,43 triliun (naik 11,91% yoy per Desember 2024).
Kabar Gembira! BTN Optimistis Raih Untung Besar Berkat Suntikan Dana BI!
Pandangan berbeda datang dari Ketua Umum APPI, Suwandi Wiratno. Ia menilai target OJK 8-10% terlalu optimistis. Suwandi lebih realistis memprediksi pertumbuhan di kisaran 7%-8% yoy di tahun 2025, mengingat pertumbuhan tahun 2024 hanya mencapai 6,93%. Penurunan penjualan kendaraan baru, terutama di Januari 2025, menjadi faktor utama. Banyak masyarakat menunda pembelian karena prediksi kenaikan harga mobil akibat opsi pajak baru dan perubahan tarif pokok pajak kendaraan bermotor (PKB) serta Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di tahun 2025. Meskipun prediksi kenaikan harga tersebut akhirnya tak terjadi berkat lobi Gaikindo kepada Menteri Dalam Negeri, dampaknya tetap terasa.
Faktor lain yang turut berperan adalah jadwal libur panjang di kuartal pertama 2025 (Imlek, Februari yang singkat, Nyepi, dan Lebaran) serta penurunan daya beli masyarakat. Meskipun inflasi rendah, penurunan tabungan kelas menengah ke bawah turut mempengaruhi keputusan konsumsi, termasuk pembelian kendaraan. Tantangan besar bagi industri pembiayaan pun semakin nyata.
Prospek Saham BRIS di Tengah Rencana Pembentukan Bullion Bank















