Breaking

Warga Asli Malang Ajak Aksi Damai, Tolak Kekerasan dan Jaga Kota Bersama

infomalang.com/ Aksi solidaritas muncul sebagai respon atas peristiwa pembakaran pos polisi di wilayah Malang Raya . Sekelompok orang yang menamakan diriWarga Asli Malangmemasang spanduk di depan kantor DPRD Kota Malang. Spanduk itu menggambarkan ajakan menjaga kota dengan damai.

Tulisan “Arek Malang Jogo Kutho” dan “Sopo Maneh Sing Jogo Kuthone Dewe” terpampang jelas di pagar gedung dewan. Menurut warga, tindakan anarkis yang terjadi bukanlah cerminan sikap orang Malang sejati. Mereka yakin bahwa Warga Asli Malang tidak akan merusak kota yang mereka cintai.

Aksi Spontanitas Warga

Nurbaidi, salah satu warga Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, mengatakan aksi tersebut dilakukan secara swadaya. Bersama sepuluh temannya, ia memasang spanduk ajakan damai agar situasi tidak semakin panas. Harapannya, perusakan fasilitas umum tidak terulang kembali.

Menurutnya, Malang adalah kota yang dibangun bersama dan harus dijaga bersama. “Kami percaya Warga Asli Malang tidak mungkin merusak kotanya sendiri,” ujar Nurbaidi ketika ditemui di lokasi.

Baca Juga: Usai Rantis Lindas Affan Kurniawan Brimob Terancam Dipecat, Sidang Etik Segera Digelar

Respons atas Kerusuhan

Seperti diketahui, sebelumnya belasan pos polisi menjadi sasaran tindakan anarkis oleh oknum tak dikenal. Tiga pos terbakar habis, sementara 13 lainnya mengalami kerusakan. Peristiwa ini menimbulkan hal yang mendalam dari banyak pihak.

Aksi damai yang digelar oleh Warga Asli Malang dianggap sebagai upaya menyejukkan suasana. Mereka menolak segala bentuk kekerasan dan menghancurkan agar masyarakat tidak terprovokasi.

Kondisi Demonstran

Di sisi lain, dua demonstran masih menjalani perawatan di RSUD dr Saiful Anwar. Pihak rumah sakit menyebut keduanya dalam tahap pemulihan, namun belum memberikan detail penyebab luka. Kasubbag Humas RSSA Donny Iryan menegaskan, perawatan akan terus dilakukan hingga kondisi membaik.

Sementara itu, sebanyak 61 demonstran yang sempat diamankan Polresta Malang Kota telah dibebaskan. Dari jumlah itu, 21 merupakan anak di bawah umur, sedangkan 40 lainnya adalah orang dewasa.

Perdebatan Mengenai Penangkapan

Polisi menyebut para demonstran diamankan karena terindikasi terlibat aksi vandalisme hingga perusakan fasilitas umum. Namun, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Malang membantah tuduhan tersebut.

Wafdul Adif, perwakilan LBH, menegaskan bahwa sebagian dari mereka tidak terbukti melakukan tindak pidana. Bahkan ada yang mengalami luka akibat dugaannya. Bukti-bukti kekerasan kini tengah dikumpulkan untuk dilaporkan ke Komnas HAM dan Ombudsman.

Aspirasi Mahasiswa

Gelombang protes juga datang dari mahasiswa. Kelompok Cipayung Plus yang beranggotakan PMII, GMNI, HMI, dan IMM menggelar long march menuju Polres Malang. Dalam orasi mereka, tuntutan untuk reformasi Polri serta pencopotan Kapolri Listyo Sigit Prabowo kembali digaungkan.

Meski tuntutan keras disampaikan, aksi siswa berlangsung damai. Kehadiran mereka juga menjadi bukti bahwa aspirasi bisa disampaikan tanpa harus menimbulkan kerusakan. Sikap ini sejalan dengan semangat Warga Asli Malang yang menolak kekerasan.

Baca Juga: Kompilasi Barang Bukti Pembakaran dan Penjarahan Diduga Ulah Oknum

Tanggapan Kapolres Malang

Kapolres Malang AKBP Danang Setiyo menyatakan terbuka terhadap perjanjian pendapat. Menurutnya, masukan dari masyarakat dan mahasiswa merupakan bahan yang berharga untuk evaluasi institusi kepolisian.

Danang juga pentingnya menjaga kondusivitas. Ia berharap setiap aksi bisa berjalan damai, sehingga pesan dapat tersampaikan tanpa benturan. Pernyataan ini mendapat dukungan dari Warga Asli Malang yang sejak awal perdamaian.

Suara Persatuan

Bagi banyak warga, keberadaan spanduk di depan DPRD menjadi simbol persatuan. Mereka ingin menunjukkan bahwa meski ada hasutan, Warga Asli Malang tetap mengutamakan keamanan kotanya.

Aksi damai yang diharapkan bisa meredakan ketegangan. Apalagi Malang dikenal sebagai kota pendidikan yang menjunjung nilai kebersamaan. Dengan solidaritas, kerukunan diyakini bisa kembali.

Evaluasi dan Harapan

Situasi yang terjadi membuka mata banyak pihak tentang pentingnya menjaga kota dari tindakan anarkis. Dukungan dari bantuan masyarakat sipil, pelajar, hingga organisasi hukum menunjukkan bahwa Malang tidak sendirian.

Warga Asli Malang percaya bahwa menjaga kota bukan hanya tugas aparat, tetapi tanggung jawab bersama. Dengan aksi damai, mereka berharap semua pihak menahan diri dan mengedepankan dialog, bukan kekerasan.

Baca Juga: Solidaritas Warga Asia Tenggara, Pesan Makanan untuk Driver Ojol di Tengah Demo Indonesia