Breaking

Warga Ciptomulyo Gelar Karnaval Penuh Makna, Angkat Budaya dan Jasa Pahlawan dengan Cara Berbeda

KOTA MALANG – Setelah dua dekade absen, warga RW 02 Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, kembali merayakan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara yang istimewa.

Pada Minggu, 31 Agustus 2025, sebuah perayaan meriah kembali digelar. Keistimewaan Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang ini terletak pada pendekatannya yang unik, di mana kemeriahan tercipta tanpa adanya sound horeg (pengeras suara berkapasitas besar) yang selama ini identik dengan.

Alih-alih bising, parade yang diikuti oleh 14 RT ini justru menonjolkan kekayaan budaya Nusantara dan semangat perjuangan pahlawan.

Ratusan masyarakat tumpah ruah di sepanjang jalan, menyaksikan dengan antusias setiap penampilan yang disajikan. Atmosfernya terasa hangat, penuh keakraban, dan jauh dari hingar bingar yang memekakkan telinga.

Pilihan ini menjadikan Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang sebagai contoh ideal perayaan yang berfokus pada substansi dan makna.

Parade Penuh Makna dan Kreativitas

Parade yang bertajuk “Parade Budaya Tomporedjo 2025” ini menampilkan beragam atraksi yang memukau. Kreativitas masyarakat terlihat jelas dalam setiap detail.

Peserta menampilkan tarian Kecak lengkap dengan ogoh-ogoh khas Bali, ada pula persembahan budaya dari Papua dengan kostum warna-warni yang otentik.

Baca Juga:Dorong Pelestarian Budaya, Warga RW 11 Merjosari Gelar Festival Kampung Klasik

Setiap penampilan mengalir dengan alunan musik tradisional yang menggugah, menjadikan Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang sebuah perayaan yang sarat akan pesan.

Selain itu, momen kemerdekaan juga diangkat melalui teatrikal perjuangan para pahlawan. Penonton disuguhkan adegan heroik yang mengingatkan mereka pada jasa-jasa para pejuang.

Ada juga kreativitas lain yang tidak kalah menarik, seperti kostum daur ulang dan parade sepeda hias yang menambah semarak suasana.

Seluruh partisipasi ini membuktikan bahwa Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang bukan hanya ajang pamer, melainkan panggung ekspresi seni dan patriotisme.

Tanpa Sound Horeg, Penuh Kesadaran

Ketua RW 02 Ciptomulyo, Indriana Martiningsih, mengungkapkan kebahagiaannya karena ini bisa kembali digelar setelah 21 tahun.

“Alhamdulillah, setelah sekian lama akhirnya masyarakat bisa merayakan lagi dengan semarak,” ujarnya. Ia berharap Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang bisa menjadi agenda rutin yang selalu dinantikan.

Keputusan meniadakan sound horeg memang disengaja, sesuai arahan dari Wali Kota Malang dan Polresta Malang Kota. Ketua Panitia, Yogga Ardiawan, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk ketaatan terhadap aturan.

“Harapannya bisa jadi contoh bagi kampung lain agar menaati aturan,” kata Yogga. Pilihan ini menunjukkan kedewasaan masyarakat dalam merayakan sesuatu tanpa harus mengganggu ketenangan dan kenyamanan lingkungan. Ini adalah aspek penting dari Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang yang layak menjadi sorotan.

Menurut Yogga, pilihan menampilkan tokoh pahlawan juga disengaja untuk momen Hari Kemerdekaan. Tujuannya adalah mengenalkan budaya dan pahlawan kepada generasi muda.

Ini adalah cara edukatif yang menyenangkan, yang menjadikan Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang lebih dari sekadar tontonan.

Apresiasi dari Pemerintah dan Harapan Persatuan

Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin, yang turut hadir, memberikan apresiasi tinggi. Ia menegaskan bahwa menampilkan kebudayaan Nusantara adalah wujud syukur atas kemerdekaan. “Yang paling penting kita menjaga persatuan dan kesatuan,” tegasnya.

Pernyataan ini menggarisbawahi makna terdalam dari Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang. Di tengah beragamnya suku dan budaya, semangat persatuan tetap menjadi prioritas utama.

ini menjadi cerminan bahwa masyarakat Ciptomulyo, dan Malang pada umumnya, peduli terhadap warisan budaya dan nilai-nilai kebangsaan.

Mereka membuktikan bahwa perayaan tidak harus selalu identik dengan kebisingan, melainkan bisa diisi dengan kreativitas dan pesan yang kuat.

Kreativitas masyarakat yang mampu mengolah tema-tema besar seperti persatuan dan patriotisme menjadi tontonan menarik adalah bukti nyata dari keberhasilan Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang.

Partisipasi aktif dari seluruh 14 RT menunjukkan betapa kuatnya ikatan sosial di RW 02 Ciptomulyo. Masyarakat bekerja sama bahu-membahu, mulai dari merancang kostum hingga mempersiapkan properti dan koreografi.

Anak-anak dan remaja dilibatkan secara langsung, bukan hanya sebagai penonton, melainkan sebagai bagian dari pelaku. Momen ini menjadi ajang regenerasi budaya yang efektif, di mana nilai-nilai luhur diajarkan melalui praktik nyata.

Semangat gotong royong dan kebersamaan menjadi pondasi dari kesuksesan Karnaval Budaya di Ciptomulyo Malang. Mereka membuktikan bahwa perayaan kemerdekaan yang bermakna adalah perayaan yang melibatkan hati dan kerja keras semua pihak.

Baca Juga:Arah Baru Budaya, Lima Rekomendasi Terpenting Lahir dari Kongres Kebudayaan Kota Batu