Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melaporkan adanya 88 kasus positif cacar monyet atau monkeypox di Indonesia. Di antara kasus tersebut, tiga di antaranya terkonfirmasi berada di wilayah Jawa Timur. Kondisi ini mendorong berbagai fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit di Malang, untuk meningkatkan kewaspadaan.
Salah satu rumah sakit yang telah mengambil langkah antisipatif adalah RS Saiful Anwar (RSSA) di Kota Malang. Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSSA, dr. Syaifullah Asmiragani, SpOT, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai persiapan untuk mendeteksi dan menangani kemungkinan munculnya kasus monkeypox. “Kami melakukan deteksi melalui pemeriksaan mikrobiologi. Namun, hingga saat ini, belum ada kasus positif yang terkonfirmasi di rumah sakit kami,” jelas dr. Syaifullah, yang juga seorang spesialis orthopaedi dan traumatologi.
Meskipun demikian, RSSA pernah menerima seorang pasien tahun lalu yang menunjukkan gejala ruam-ruam yang menyerupai gejala cacar monyet. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata pasien tersebut hanya mengalami cacar biasa, bukan monkeypox.
Baca Juga :
Program Vaksinasi di Kota Malang, Tantangan dan Keberhasilan
Selain rumah sakit, puskesmas di Malang Raya juga memiliki kemampuan untuk mengirimkan sampel pasien yang diduga terinfeksi monkeypox ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) di Surabaya. Proses pengiriman sampel ini dapat dilakukan melalui koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur. Seperti yang dijelaskan oleh Rizka Ufliasari, Staf Bidang Sekretariat Dinkes Provinsi Jawa Timur. Selain upaya deteksi, Dinkes juga tengah menunggu alokasi vaksin dari Kemenkes untuk mencegah penyebaran virus ini lebih luas.
Di Malang Raya, Dinas Kesehatan Kota Malang hingga saat ini belum menemukan adanya kasus cacar monyet. Kepala Dinkes Kota Malang, dr. Husnul Muarif, menegaskan bahwa meski belum ada laporan kasus, pihaknya terus melakukan pemantauan intensif di 16 puskesmas yang tersebar di Kota Malang. “Sampai sekarang belum ada kasus, namun upaya surveillance tetap kami jalankan,” tegas dr. Husnul.
Hal serupa juga dilakukan di Kota Batu. Sekretaris Dinkes Kota Batu, dr. Yuni Astuti, menyatakan bahwa pihaknya tetap waspada dan terus memantau pasien yang mungkin menunjukkan gejala cacar monyet. Yuni menjelaskan bahwa gejala cacar monyet biasanya diawali dengan demam, diikuti oleh munculnya ruam dalam waktu satu hingga tiga hari. “Ruam ini biasanya terkonsentrasi di wajah, telapak tangan, dan kaki. Namun, bisa juga muncul di selaput lendir mulut, alat kelamin, dan mata, dengan bentuk yang mirip jerawat,” jelasnya.
Masa inkubasi cacar monyet berkisar antara 6 hingga 13 hari, namun bisa juga berlangsung antara 5 hingga 21 hari. Dengan masa inkubasi yang panjang dan gejala yang cukup spesifik. Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala-gejala tersebut, untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Baca Juga :