Industri perbankan Indonesia tengah menghadapi tantangan serius. Likuiditas perbankan kini mengering, ditandai dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang mencapai angka mengkhawatirkan. Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Kartika Wirjoatmodjo, atau yang akrab disapa Tiko, mengungkapkan bahwa LDR perbankan Indonesia saat ini berada di kisaran 89%. Angka ini mengindikasikan pertumbuhan tabungan masyarakat yang melambat, meskipun pertumbuhan kredit masih di atas 10%.
Baca Juga : Profil Hashim Djojohadikusumo, Pengusaha dan Filantropis Indonesia
Tiko menjelaskan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) beberapa bulan terakhir mengalami tekanan. Hal ini menjadi perhatian serius karena dapat menghambat pertumbuhan bisnis perbankan menuju target double digit growth yang ditargetkan. “Kita masih meyakini, dan kita punya kesepakatan bersama BI dan OJK, bahwa di 2025 pun kita masih bisa mencapai pertumbuhan dua digit, mungkin di kisaran 10%-12%,” ujar Tiko dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi XI DPR RI dengan Perbanas, Sabtu (15/3/2025).

Permasalahan utama, menurut Tiko, terletak pada aliran DPK perorangan yang lesu, sementara DPK industri masih menunjukkan peningkatan signifikan. Data OJK per Desember 2024 menunjukkan LDR industri perbankan mencapai 89,05%, meningkat dari 86,91% pada September 2024. LDR sendiri merupakan indikator penting likuiditas perbankan, menggambarkan kemampuan bank memenuhi kebutuhan jangka pendek. Bank Indonesia menetapkan batas bawah LDR 78% dan batas atas 92%. LDR di bawah 78% mengindikasikan bank kurang optimal dalam menyalurkan kredit, sementara mendekati 92% menandakan likuiditas yang menipis. Situasi ini tentu membutuhkan penanganan segera agar pertumbuhan industri perbankan tetap terjaga.
Baca Juga : Kinerja KB Bank Melesat! Laba Bersih Melonjak Hampir 50%!















