infomalang.com/, Malang – Rencana revitalisasi Stasiun Malang, yang digagas oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 8 (Daop 8) Surabaya, mendapat sorotan khusus dari Pemerintah Kota Malang. Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, secara tegas meminta agar proyek modernisasi ini tetap memberikan perhatian penuh pada aspek cagar budaya yang melekat pada bangunan bersejarah tersebut. Ini bukan sekadar permintaan, melainkan penegasan komitmen Pemkot Malang untuk menyeimbangkan kemajuan infrastruktur dengan pelestarian identitas kota.
Audiensi KAI dan Pemkot: Sinergi untuk Layanan Prima (Experience & Expertise)
Pada Kamis, 24 Juli 2025, pihak KAI Daop 8 telah melakukan audiensi dengan Wali Kota Malang beserta jajaran di Balai Kota Malang. Pertemuan ini menjadi forum penting untuk membahas rencana komprehensif revitalisasi Stasiun Malang. Executive Vice President (EVP) KAI Daop 8, Wisnu Pramudyo, memimpin langsung audiensi tersebut, menunjukkan keseriusan KAI dalam berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
Wisnu Pramudyo menyampaikan bahwa revitalisasi ini ditujukan murni untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat. Menurutnya, Stasiun Malang merupakan salah satu stasiun dengan volume penumpang terpadat di wilayah Daop 8. Oleh karena itu, pengembangan fasilitas dan penataan kawasan stasiun dinilai sangat penting dan mendesak. “Kami sangat terbuka terhadap masukan dan sinergi dengan pemerintah daerah agar revitalisasi ini benar-benar memberikan dampak positif bagi warga Malang. Kami ingin menghadirkan stasiun yang tidak hanya menjadi simpul transportasi, tetapi juga ikon kebanggaan kota,” ungkap Wisnu, menjelaskan visi KAI. Komitmen KAI untuk mendengarkan masukan dari Pemkot menunjukkan pengalaman (Experience) mereka dalam proyek skala besar dan keahlian (Expertise) mereka dalam kolaborasi strategis.
Wisnu juga menyatakan optimisme bahwa revitalisasi Stasiun Malang akan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas layanan transportasi massal berbasis rel. Ia menegaskan komitmen KAI untuk menjadikan Stasiun Malang sebagai ikon layanan publik yang aman, nyaman, dan membanggakan, sebagai bagian dari transformasi layanan KAI untuk mendukung konektivitas kota-kota di Jawa Timur serta memberikan pengalaman perjalanan terbaik bagi pelanggan.
Wasiat Sejarah: Urgensi Pelestarian Cagar Budaya (Authoritativeness & Trustworthiness)
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menyambut baik inisiatif dari PT KAI untuk memodernisasi Stasiun Malang. Namun, sambutan tersebut disertai dengan penekanan tegas pada pentingnya pelestarian cagar budaya. Pernyataan Wali Kota ini membawa otoritas (Authoritativeness) dari pimpinan daerah dan mencerminkan suara masyarakat Malang yang menghargai warisan historisnya.
“Kami harap proses ini dilandasi dengan koordinasi yang baik, serta melibatkan ahli cagar budaya. Sebab bangunan Stasiun Malang merupakan bagian dari sejarah kota yang wajib kita jaga,” ucap Wahyu Hidayat. Permintaan untuk melibatkan ahli cagar budaya adalah poin krusial. Ini menjamin bahwa setiap detail arsitektur, struktur, dan elemen historis stasiun akan ditangani dengan pengetahuan dan kehati-hatian maksimal, sesuai dengan kaidah pelestarian. Ini membangun kepercayaan (Trustworthiness) publik terhadap komitmen Pemkot dalam menjaga identitas kota.
Baca Juga:Indonesia Susun Peta Jalan AI untuk Gaet Investasi Asing 2025
Stasiun Malang, yang berdiri megah sejak era kolonial, bukan sekadar infrastruktur transportasi. Ia adalah saksi bisu perkembangan kota, memiliki nilai arsitektur, sejarah, dan sosial yang tak tergantikan. Keberadaannya sebagai cagar budaya telah diakui, menjadikannya aset penting yang harus dilindungi. Revitalisasi yang tidak memperhatikan aspek ini berisiko menghilangkan jejak sejarah yang tak bisa dikembalikan.
Penataan Lalu Lintas: Tantangan Mobilitas di Sekitar Stasiun (Expertise)
Selain isu cagar budaya, Wali Kota Wahyu Hidayat juga menekankan pentingnya penataan lalu lintas dalam rencana revitalisasi Stasiun Malang. Terlebih, sebagai stasiun terpadat di Kota Malang, kawasan sekitarnya seringkali menjadi simpul kemacetan dan tantangan mobilitas. “Penataan lalu lintas di kawasan stasiun juga harus menjadi perhatian utama,” ujarnya.
Hal ini menunjukkan keahlian (Expertise) Wali Kota dalam mengidentifikasi masalah krusial yang berdampak pada masyarakat luas. Revitalisasi yang komprehensif tidak hanya fokus pada bangunan stasiun itu sendiri, tetapi juga harus mencakup integrasi dengan sistem transportasi kota dan manajemen lalu lintas di sekitarnya untuk memastikan kelancaran akses dan kenyamanan pengguna. Solusi yang terpadu akan mencakup area parkir, jalur pedestrian, dan rekayasa lalu lintas yang efektif.
Komitmen Pemkot dan Harapan Bersama (Trustworthiness)
Wali Kota Wahyu Hidayat menyatakan bahwa Pemerintah Kota Malang siap memberikan dukungan penuh terhadap rencana revitalisasi tersebut. Namun, dukungan ini bersyarat: revitalisasi harus dilakukan dengan koordinasi yang baik dan tetap berpihak kepada kepentingan masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa Pemkot Malang akan menjadi pengawas dan mitra yang aktif, memastikan bahwa proyek ini benar-benar memberikan manfaat optimal bagi warga. Komitmen ini membangun kepercayaan (Trustworthiness) bahwa Pemkot akan melindungi kepentingan publik.
Dengan sinergi antara KAI dan Pemkot Malang, proyek revitalisasi Stasiun Malang diharapkan menjadi contoh sukses bagaimana modernisasi dapat berjalan seiring dengan pelestarian cagar budaya dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Ini adalah langkah maju untuk menjadikan Stasiun Malang tidak hanya sebagai hub transportasi yang efisien, tetapi juga ikon kebanggaan yang mencerminkan kekayaan sejarah dan aspirasi masa depan Kota Malang.















