Breaking

China Beri Subsidi Rp8 Juta per Anak, Upaya Redam Krisis Populasi

InfoMalang Pemerintah China mengambil langkah besar untuk mengatasi krisis populasi dengan meluncurkan programsubsidi anak sebesar 3.600 yuanatau sekitarRp 8,2 juta per anak per tahun. Bantuan ini diberikan kepadaanak-anak berusia hingga tiga tahundan mencakup juga anak-anak yang lahir sebelum tahun 2025. Kebijakan tersebut diumumkan padaRabu (30/7/2025)sebagai bagian dari strategi nasional menghadapi penurunan angka kelahiran yang semakin diabaikan.

Subsidi Anak untuk 20 Juta Keluarga

Program subsidi yang diluncurkan ini akan menjangkau lebih dari 20 juta keluarga di seluruh Tiongkok. Pemerintah pusat menegaskan bahwa seluruh pendanaan program ini akan berasal dari anggaran nasional , bukan dari pemerintah daerah seperti pada kebijakan sebelumnya. Hal ini diharapkan dapat memastikan program berjalan merata di seluruh wilayah, termasuk kota-kota besar dan daerah pedesaan.

Bantuan ini akan diberikan setiap tahun kepada keluarga yang memiliki anak di bawah usia tiga tahun. Menurut pengumuman resmi, pemerintah akan segera merilis panduan teknis mengenai mekanisme penyaluran dan tata cara pendaftaran bagi para penerima manfaat.

Baca Juga: Audit Mendesak: Dugaan Pengurangan Proyek Spesifikasi di DPUSDA Kabupaten Malang Terkuak

Latar Belakang Kebijakan

Tiongkok telah mengalami penurunan populasi selama tiga tahun berturut-turut hingga tahun 2024. Angka kelahiran yang terus anjlok menjadi alarm serius bagi perekonomian negara dengan populasi terbesar di dunia tersebut. Sejak kebijakan satu anak yang diterapkan pada tahun 1980–2015 , laju pertumbuhan penduduk Tiongkok semakin menurun. Ditambah dengan urbanisasi yang cepat, biaya hidup yang tinggi, dan gaya hidup modern , banyak pasangan muda yang memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak.

Kondisi ini membuat pemerintah perlu mengambil langkah cepat. Komisi Kesehatan Nasional menyebut subsidi ini sebagai “strategi nasional penting” untuk menekan biaya kelahiran dan perawatan anak. Kebijakan ini juga diharapkan mendorong generasi muda untuk mempertimbangkan kembali rencana memiliki anak di tengah tantangan ekonomi yang semakin berat.

Kritik dan Tantangan

Meski subsidi ini dipandang sebagai langkah positif, sejumlah ahli menilai bahwa bantuan 3.600 yuan per tahun masih belum cukup untuk benar-benar mengubah tren penurunan angka kelahiran. Biaya besar anak di kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen jauh melebihi jumlah subsidi tersebut. Banyak keluarga harus menanggung biaya pendidikan, perumahan, dan kesehatan yang sangat tinggi.

Beberapa analis juga menyebut kebijakan ini lebih berperan sebagai stimulus konsumsi jangka pendek daripada solusi jangka panjang untuk masalah demografi. Subsidi ini mungkin mampu meningkatkan belanja rumah tangga, tetapi tidak serta merta mengubah keputusan pasangan muda mengenai memiliki anak.

Perbandingan dengan Kebijakan Lokal

Sebelum kebijakan nasional ini, sejumlah provinsi di China telah mengeluarkan program subsidi kelahiran dengan nominal bervariasi, mulai dari 1.000 yuan hingga 100.000 yuan , termasuk insentif perumahan dan tunjangan pendidikan. Namun, kebijakan tersebut cenderung tidak merata karena bergantung pada kemampuan fiskal pemerintah daerah masing-masing.

Dengan adanya program berskala nasional ini, diharapkan tidak ada lagi ketimpangan antara kota besar dan wilayah pedesaan dalam menerima manfaat subsidi. Pemerintah pusat juga memastikan komitmennya untuk memastikan distribusi bantuan berjalan transparan dan tepat sasaran.

Dampak Ekonomi dan Anggaran

Menurut perkiraan sejumlah lembaga penelitian, pemerintah China mungkin akan menggelontorkan hingga 117 miliar yuan pada paruh kedua tahun 2025 untuk memuat program ini. Alokasi dana tersebut tidak hanya membantu meringankan beban keluarga muda, tetapi juga memberikan dorongan bagi konsumsi domestik di tengah perlambatan ekonomi.

Dengan subsidi ini, keluarga diharapkan memiliki daya beli lebih besar untuk memenuhi kebutuhan anak, mulai dari makanan bergizi hingga layanan kesehatan. Hal ini juga dapat membuka peluang pertumbuhan di sektor konsumsi barang, pendidikan anak usia dini, hingga layanan perawatan bayi.

Harapan Pemerintah

Pemerintah berharap program subsidi ini mampu menjadi langkah awal dari strategi jangka panjang untuk mengatasi tantangan demografi. Selain memberikan bantuan reformasi tunai, Beijing juga berencana mengkaji sistem pendidikan, kebijakan perumahan, dan dukungan bagi ibu bekerja . Semua kebijakan ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang ramah keluarga sehingga pasangan muda merasa lebih siap untuk memiliki anak.

Kebijakan subsidi anak ini dipandang sebagai upaya strategis untuk menyeimbangkan struktur populasi, menjaga stabilitas tenaga kerja, dan menjaga pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Meski demikian, para pakar menilai bahwa diperlukan langkah-langkah lanjutan yang lebih komprehensif agar program ini benar-benar efektif.

Baca Juga: Gempa Dahsyat M 8,7 Guncang Rusia, Jepang Siaga Tsunami Setinggi 3 Meter