infomalang.com/,MALANG RAYA – Rencana Pemerintah Kota Malang untuk merenovasi tampilan fisik Perpustakaan Umum mendapatkan tanggapan serius dari kalangan legislatif. Arif Wahyudi, anggota DPRD Kota Malang dari Fraksi PKB, menyoroti pentingnya perencanaan matang sebelum proyek revitalisasi tersebut dieksekusi. Menurut Arif, adalah lebih dari sekadar bangunan fisik. Ia adalah ruang kultural dan edukatif yang sarat dengan nilai historis dan sosial bagi masyarakat. Hal ini disampaikannya pada Kamis (31/7/2025), menekankan bahwa setiap perubahan harus dilakukan dengan pertimbangan yang komprehensif, bukan sekadar gebrakan instan.
Arif memiliki kenangan personal yang mendalam dengan perpustakaan. Ia mengaku sejak kecil perpustakaan telah menjadi tempatnya belajar dan bermain, tempat di mana ia bisa membaca buku secara gratis. Kenangan ini membuatnya sangat peduli terhadap masa depan . “Jika ingin mengubah bentuk atau tampilan bangunannya, mohon dicek terlebih dahulu apakah bangunan itu termasuk cagar budaya atau tidak,” tegasnya. Menurutnya, jika bangunan tersebut terdaftar sebagai cagar budaya, proses perubahannya harus mengikuti prosedur hukum yang ketat untuk menjaga keaslian dan nilai sejarahnya. Hal ini menunjukkan bahwa revitalisasi tidak boleh mengesampingkan aspek historis dari sebuah bangunan publik yang penting.
Memperkuat Koleksi dan Sinergi di Era Digital
Dalam pandangannya, kunci revitalisasi perpustakaan bukanlah pada megahnya bangunan, melainkan pada kualitas layanan dan fasilitasnya. Arif menyarankan agar perpustakaan dihidupkan kembali dengan meningkatkan aksesibilitas dan memperkuat koleksi digital maupun fisik. Di era yang serba digital ini, keberadaan buku elektronik menjadi sangat penting untuk menarik minat masyarakat, khususnya generasi muda. “Kita hidup di era digital, maka sediakan buku elektronik selain buku manual. Ini akan menjadi daya tarik masyarakat, terutama anak-anak sekolah,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia mendorong adanya sinergi yang lebih kuat antara perpustakaan dan dunia pendidikan formal. Kerja sama dengan sekolah-sekolah dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan minat baca dan menjadikan perpustakaan sebagai bagian integral dari proses belajar. Langkah-langkah seperti program kunjungan rutin, lomba membaca, atau kegiatan literasi bersama dapat kembali menghidupkan suasana perpustakaan.
Insentif yang Layak untuk Layanan Prima
Terkait usulan Wali Kota Malang untuk memperpanjang jam operasional perpustkaan hingga malam hari, Arif Wahyudi menilai kebijakan tersebut positif dan dapat menjadi daya tarik baru. Namun, ia menekankan bahwa rencana ini harus ditopang dengan insentif yang layak bagi para pegawai. “Kalau perpustakaan buka malam hari, tentu harus ada tambahan penghasilan. ASN punya TPP. Jika lembur tidak dibayar, TPP-nya harus dinaikkan. Jangan sampai petugas merasa terbebani karena kerja di luar jam kantor,” jelasnya.
Baca Juga:Harga BBM Non Subsidi Pertamina per 1 Agustus 2025: Pertamax Turun, Dexlite Naik
Masalah insentif ini adalah aspek krusial dalam manajemen sumber daya manusia. Meminta pegawai untuk bekerja di luar jam kerja tanpa kompensasi yang sepadan dapat menurunkan motivasi dan kualitas layanan. Dengan memberikan insentif yang memadai, pemerintah tidak hanya menghargai kerja keras para pegawai, tetapi juga memastikan bahwa layanan di malam hari tetap prima dan berjalan optimal.
Perencanaan Matang dan Berorientasi pada Fungsi
Arif menekankan bahwa semua wacana dan keinginan untuk membenahi harus didasarkan pada perencanaan yang matang, bukan sekadar gebrakan yang bersifat instan. “Lebih baik pembenahan dilakukan bertahap, realistis, dan berorientasi pada fungsi,” pungkasnya. Ia juga memberikan kritik konstruktif terhadap pendekatan yang terlalu fokus pada aspek fisik bangunan. Menurutnya, perbaikan fasilitas di dalam , seperti koleksi buku yang lengkap dan suasana yang nyaman, akan lebih efektif dalam menarik masyarakat. “Jika fasilitas dalamnya diperbaiki, masyarakat pasti akan datang kembali, tanpa harus meniru bentuk mall atau bangunan megah,” katanya.
Sebagai penutup, politisi ini menyarankan pemerintah untuk melakukan studi komprehensif sebelum mengambil keputusan besar. Studi ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pakar cagar budaya, arsitek, dan komunitas literasi. Keterlibatan para ahli dan komunitas akan memastikan bahwa setiap perubahan yang dilakukan tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional, berkelanjutan, dan menghargai nilai-nilai historis yang melekat pada bangunan . Revitalisasi yang berhasil adalah yang mampu memadukan warisan masa lalu dengan kebutuhan masa kini, menjadikan sebagai pusat literasi dan kebudayaan yang relevan dan dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat Kota Malang.
Baca Juga:Prestasi Gemilang, SMK Malang Raya Hantarkan Jawa Timur Juarai LKS Nasional















