InfoMalang – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memicu ketegangan perdagangan internasional. Kali ini, India menjadi target ancaman kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh pemerintahnya. Trump mengungkapkan bahwa ia berencana menaikkan tarif untuk berbagai barang asal India yang masuk ke pasar AS sebagai respons terhadap kebijakan India yang masih membeli minyak dalam jumlah besar dari Rusia.
Dalam unggahan di media sosial Truth Social pada Selasa (5/8/2025), Trump menulis, “India tidak hanya membeli minyak Rusia dalam jumlah besar, tetapi setelah pengakuannya, mereka menjual sebagian besar minyak tersebut di pasar terbuka untuk memperoleh keuntungan yang sangat besar.” Ia menambahkan, “Oleh karena itu, saya akan menaikkan tarif yang memungkinkan India kepada AS secara substansial.”
Langkah ini dinilai sebagai sinyal keras dari Trump terhadap India, yang hingga kini tetap menjalin hubungan erat dengan Rusia di tengah sanksi internasional yang diberlakukan oleh Barat. Dengan pernyataan tersebut, Trump menegaskan bahwa AS tidak segan mengambil langkah tegas untuk menekan negara-negara yang dinilai tidak sejalan dengan kebijakan energi dan geopolitik Washington.
Baca Juga: Pemkot Batu Matangkan Visi MBATU SAE untuk RKPD 2026, Program Wali Kota Tegaskan Harus Berdampak Nyata
Latar Belakang Ancaman Tarif Baru
Hubungan dagang antara AS dan India selama beberapa tahun terakhir mengalami pasang surut. Sejak masa kepresidenan Trump sebelumnya, kedua negara telah beberapa kali terlibat pertemuan terkait tarif impor. Namun, ancaman kali ini muncul dengan latar belakang yang lebih kompleks, yakni India dalam perdagangan energi global.
India diketahui tetap membeli minyak dari Rusia meskipun negara itu sedang menghadapi tekanan global akibat konflik geopolitik. Lebih dari itu, menurut Trump, India tidak hanya menggunakan minyak tersebut untuk kebutuhan domestik, tetapi juga menjualnya kembali di pasar internasional demi keuntungan besar.
Ancaman Trump ini juga datang setelah pekan lalu ia mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif minimum sebesar 25% terhadap barang-barang asal India. Padahal, saat ini tarif minimum yang berlaku untuk produk India di pasar AS hanya sekitar 10%.
Respons dari Pemerintah India
Menangapi ancaman tersebut, Kementerian Luar Negeri India mengeluarkan pernyataan resmi yang menolak klaim dan rencana kebijakan AS. Pihak India menilai tindakan Trump bersifat diskriminatif dan tidak masuk akal.
“Dengan latar belakang ini, penargetan India tidak dapat dibenarkan dan tidak masuk akal. Seperti negara-negara ekonomi besar lainnya, India akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional dan keamanan ekonominya,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
India juga menyoroti fakta bahwa negara-negara Barat, termasuk AS dan Uni Eropa, juga masih terlibat dalam perdagangan dengan Rusia. Oleh karena itu, India menilai ancaman tarif ini tidak adil jika hanya ditujukan kepada mereka.
Dampak Potensial bagi Perdagangan Global
Jika benar-benar diterapkan, kenaikan tarif yang diusulkan Trump diprediksi akan memberikan dampak besar bagi perdagangan antara AS dan India. India merupakan salah satu mitra dagang penting bagi AS, khususnya dalam sektor tekstil, obat-obatan, dan teknologi informasi.
Kenaikan tarif secara besar-besaran akan meningkatkan biaya impor bagi pelaku usaha AS dan berpotensi memicu kenaikan harga bagi konsumen. Di sisi lain, eksportir India juga akan menghadapi tekanan besar karena daya saing produk mereka di pasar Amerika akan menurun drastis.
Beberapa pengamat menilai langkah Trump ini juga dapat mengucapkan terima kasih atas hubungan persahabatan antara kedua negara. India yang selama ini menjadi mitra strategis AS dalam isu Indo-Pasifik bisa saja merespons dengan kebijakan balasan, misalnya mengenakan tarif tambahan untuk produk-produk asal Amerika.
Trump dan Pola Kebijakan Perlindungan
Ancaman tarif terhadap India menampilkan konsistensi Trump dalam mengedepankan kebijakan proteksionis perdagangan. Sejak masa jabatan sebelumnya, Trump dikenal sering menggunakan ancaman tarif sebagai alat negosiasi dengan negara-negara mitra dagang.
Kebijakan proteksionis tersebut mendapat dukungan dari sebagian kalangan di dalam negeri AS yang menilai langkah ini dapat melindungi industri lokal dari persaingan global. Namun, di sisi lain, para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan semacam ini sering kali menimbulkan efek domino yang merugikan rantai pasok internasional dan membahayakan hubungan antarnegara.
Arah Hubungan Dagang ke Depan
Situasi ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai arah hubungan dagang antara AS dan India ke depan. Jika ancaman tarif benar-benar terwujud, maka India kemungkinan akan memperkuat kerja sama dagangnya dengan negara-negara lain, termasuk Rusia dan Tiongkok, untuk mengimbangi tekanan dari AS.
Sementara itu, bagi AS, langkah ini dapat berdampak pada strategi geopolitik di kawasan Asia Selatan. India selama ini menjadi salah satu negara kunci dalam strategi AS menghadapi pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. Konflik dagang yang semakin memanas berisiko mengganggu keseimbangan diplomasi tersebut.
Banyak pihak menilai bahwa dialog terbuka antara kedua negara sangat diperlukan untuk meredakan ketegangan ini. Namun, dengan gaya diplomasi Trump yang cenderung keras, penyelesaian konflik dagang ini tidak akan mudah diprediksi.















