Breaking

Game Roblox Dilarang untuk Anak: Kisah Sule dan Ashanty Jadi Sorotan

Larangan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti terhadap anak-anak untuk bermain game Roblox memicu perbincangan luas di tengah masyarakat. Tidak hanya warganet, sejumlah selebritas Tanah Air pun angkat bicara, mengungkapkan pengalaman pribadi mereka yang berkaitan dengan game daring yang populer di kalangan anak-anak ini.

Roblox, yang dikenal sebagai platform permainan virtual interaktif, memungkinkan penggunanya menciptakan dan memainkan berbagai jenis game. Platform ini menawarkan dunia digital yang hampir tak terbatas, mulai dari menjadi koki, pembalap, ninja, hingga karakter fantasi lainnya. Namun, kekhawatiran muncul ketika konten-konten di dalamnya mengandung unsur kekerasan yang dapat ditiru oleh anak-anak yang belum bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang fiksi.

Abdul Mu’ti, saat menghadiri peluncuran program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk anak sekolah di SDN Cideng 02, Jakarta Pusat, pada Senin (4/7/2025), menyampaikan bahwa game seperti Roblox berpotensi menanamkan perilaku kekerasan. “Praktik kekerasan yang ada di berbagai game itu bisa memicu kekerasan dalam kehidupan sehari-hari anak,” jelasnya.

Pernyataan ini memancing respons dari kalangan artis, salah satunya komedian Sule (Entis Sutisna). Dalam sebuah obrolan santai bersama Anang Hermansyah, Ashanty, dan Melaney Ricardo, Sule mengungkapkan pengalaman mengejutkan terkait Roblox. Tanpa disadari, ia harus menanggung tagihan sebesar Rp50 juta dari kartu kreditnya yang terhubung dengan akun Roblox milik anak ketiganya, Rizwan Fadilah.

“Oh jangan, jangan main. Saya aja kecolongan Rp50 juta,” ungkap Sule saat hadir di acara Rumpi TransTV yang dipandu Feni Rose, Selasa (5/8/2025). Awalnya, ia menduga tagihan berasal dari anak-anaknya yang lain, Rizky Febian dan Putri Delina. Namun setelah ditelusuri, ternyata Rizwan atau Njan lah yang menggunakan kartu tersebut untuk transaksi dalam game.

Sule menjelaskan bahwa Rizwan pernah meminjam kartu kreditnya lengkap dengan kode keamanan untuk kebutuhan yang disebutnya “murah kok”. Namun, Rizwan lupa memutuskan tautan kartu dari akun game, sehingga transaksi langganan dan pembelian item di dalam game berjalan terus-menerus secara otomatis. Meski tagihannya mencapai puluhan juta rupiah, Sule memilih menyelesaikan pembayaran secara langsung.

“Langsung bayar karena hitungannya per bulan. Saya juga enggak marah, uang bisa dicari. Yang penting anak-anak ngerti bagaimana susahnya cari duit,” ucap Sule.

Baca Juga: Walikota Malang Tegaskan Plat M 80 IS yang Viral itu Resmi

Menurutnya, bermain game sebenarnya tidak sepenuhnya buruk. Anak-anak bisa mengambil sisi positif, seperti belajar bahasa Inggris dan berpikir kreatif, asal penggunaannya dibatasi dan diawasi. Sule menambahkan bahwa generasi sekarang memiliki akses hiburan yang berbeda dari masa kecilnya dulu. Jika dulu harus ke rumah tetangga untuk bermain game, kini anak-anak bisa bermain di rumah dengan teman-teman mereka.

Sementara itu, penyanyi Ashanty juga membagikan pengalamannya yang cukup emosional. Ia mengaku sempat bersedih saat melihat anaknya, Arsya, dijauhi oleh teman-temannya hanya karena tidak bermain Roblox.

“Sebenarnya ini yang bikin aku sedih. Pas Arsya lagi barengan, kayak dijauhi karena nggak punya Roblox,” ungkap Ashanty. Namun, ia tetap memegang prinsip bahwa pelarangan bermain game tersebut adalah bentuk perlindungan jangka panjang untuk anak-anaknya.

Ashanty mengaku telah menjelaskan kepada anaknya bahwa semua larangan yang dibuat orang tua tentu memiliki alasan. “Aku bilang, one day Arsya akan ngerti kenapa sekarang ayah bunda melarang main Roblox,” tambahnya.

Kisah-kisah para selebritas ini mencerminkan realitas bahwa game daring seperti Roblox tak hanya menjadi hiburan, tapi juga memunculkan tantangan baru dalam pengasuhan anak. Di satu sisi, game tersebut memiliki nilai edukatif dan sosial jika digunakan secara sehat dan bertanggung jawab. Di sisi lain, konten yang tidak terfilter dan potensi ketergantungan digital menjadi kekhawatiran yang harus diperhatikan.

Larangan yang dikeluarkan oleh Mendikdasmen ini pun menuai pro dan kontra. Sebagian orang tua menyambut baik kebijakan tersebut karena merasa terbantu dalam mengontrol aktivitas digital anak-anak mereka. Namun, sebagian lain merasa bahwa solusi terbaik bukanlah larangan total, melainkan edukasi dan pendampingan orang tua terhadap anak saat menggunakan gawai dan menjelajah dunia digital.

Kementerian Pendidikan pun didorong untuk mengedukasi guru dan orang tua tentang bahaya serta potensi dari game daring seperti Roblox. Dengan begitu, anak-anak bisa tetap mendapatkan manfaat teknologi tanpa terjerumus pada dampak negatifnya.

Sebagai penutup, kasus-kasus yang dialami Sule dan Ashanty menunjukkan pentingnya literasi digital dalam keluarga. Orang tua perlu memahami teknologi yang digunakan anak-anaknya, termasuk risiko finansial dan sosial yang mungkin timbul. Daripada melarang secara total, pendekatan edukatif dan pengawasan aktif bisa menjadi solusi yang lebih efektif untuk menjaga anak tetap aman dan sehat secara mental di era digital ini.

Baca Juga: Menuju Pemerintahan Bersih, Bupati Sanusi Terapkan Pakta Integritas untuk Cegah Korupsi ASN