Breaking

Malang Jadi Titik Awal Kolaborasi Nasional Perangi Sampah 2025

infomalang.com/ – Malang kembali menjadi pusat perhatian nasional, kali ini bukan karena festival atau pariwisata, melainkan sebagai titik awal dari gerakan besar yang menandai babak baru dalam perang melawan sampah di Indonesia. Di Balairung Seroja Brigif 18/Trisula/2 Kostrad, Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, sebuah pernyataan penting bergema: ancaman sampah kini dianggap setara dengan ancaman terhadap ketahanan bangsa.

Acara bertajuk Aksi Kolaborasi Nasional Perang Melawan Sampah di Indonesia ini digelar pada Kamis, 7 Agustus 2025, dihadiri oleh Panglima Divif 2 Kostrad Mayjen TNI Susilo, Staf Khusus Kasad Brigjen TNI Judi Paragina Firdaus, M.Sc, jajaran pejabat militer, pimpinan instansi pemerintah, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Malang Raya, tokoh masyarakat, praktisi lingkungan, hingga pelaku industri.

Sampah sebagai Ancaman Nasional

Dalam sambutannya, Mayjen TNI Susilo menegaskan bahwa persoalan sampah bukan lagi sekadar urusan kebersihan kota. Ia menyoroti bagaimana limbah dapat memengaruhi kesehatan, mengganggu ekosistem, memperburuk ekonomi lokal, hingga mengancam ketahanan lingkungan.

“Hari ini kita tidak sekadar berdiskusi, tetapi memulai langkah nyata. Kita berkumpul dengan semangat kolaborasi dan kepedulian untuk menjawab tantangan besar bangsa ini. Permasalahan sampah kian kompleks, dan solusi harus diambil bersama,” ujar Susilo.

Beliau menekankan bahwa gerakan ini harus menjadi titik awal perubahan nyata, melibatkan seluruh elemen bangsa—pemerintah, TNI, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat—agar dampaknya benar-benar terasa di lapangan.

Tiga Pilar Utama Gerakan

Aksi ini dibangun di atas tiga pilar utama:

  1. Kolaborasi lintas sektor
    Menggabungkan kekuatan TNI, pemerintah daerah, dunia usaha, dan komunitas. Kolaborasi ini diyakini mampu mempercepat proses pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.

  2. Pemanfaatan teknologi tepat guna
    Mendorong inovasi dalam pengelolaan dan daur ulang sampah agar lebih efisien, termasuk teknologi pemilahan otomatis, pengolahan organik, hingga konversi limbah menjadi energi terbarukan.

  3. Edukasi dan pemberdayaan masyarakat
    Menanamkan kesadaran sejak dini tentang pengelolaan sampah, serta mendorong perilaku hidup bersih dan ramah lingkungan di setiap lapisan masyarakat.

Mayjen TNI Susilo juga menyoroti pentingnya Extended Producer Responsibility (EPR), di mana produsen memiliki tanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan produk mereka. Skema ini diharapkan menciptakan ekosistem pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

Baca Juga:SBY dan Pelukis Jerman Christopher Lehmpfuhl Abadikan Pesona Pantai Klayar dengan Finger Painting

Dukungan Pemerintah Daerah

Bupati Malang, melalui sambutan yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, menyatakan komitmen pemerintah untuk terus mencari terobosan dan inovasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Pemerintah daerah siap mendukung program edukasi masyarakat, memperkuat regulasi pengelolaan sampah, dan memfasilitasi infrastruktur yang memadai.

“Kami berkomitmen mendorong terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Upaya ini harus berkesinambungan, bukan hanya program sementara,” ujarnya.

Peran Dunia Usaha dan Masyarakat

Tak hanya pemerintah dan TNI, pelaku usaha juga diharapkan mengambil peran penting. Dengan dukungan teknologi dan inovasi, industri dapat mengurangi jejak karbon, meminimalkan limbah, dan memperkuat ekonomi sirkular. Sementara itu, masyarakat sebagai pengguna akhir diimbau aktif memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan mendukung program daur ulang.

Praktisi lingkungan yang hadir juga menekankan bahwa kesadaran publik merupakan kunci keberhasilan. Tanpa partisipasi aktif warga, kebijakan sehebat apa pun akan sulit memberi dampak signifikan.

Semangat Perubahan dari Malang

Gerakan ini bukan hanya simbolis. Dengan dimulainya program dari Malang, pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa perubahan besar bisa dimulai dari daerah. Seperti genderang perang yang ditabuh di medan laga, suara komitmen dari Malang diharapkan menggema ke seluruh pelosok Indonesia.

Mayjen TNI Susilo menutup pidatonya dengan kalimat penuh makna:

“Bukan hanya untuk berbicara, tapi untuk bertindak. Masa depan lingkungan adalah masa depan anak cucu kita. Perubahan dimulai dari langkah kecil yang kita ambil hari ini, bersama.”

Tantangan dan Harapan ke Depan

Tantangan terbesar adalah konsistensi. Banyak gerakan lingkungan berhenti di tengah jalan karena minim koordinasi atau dukungan berkelanjutan. Karena itu, Aksi Kolaborasi Nasional ini diharapkan menjadi model yang bisa direplikasi di daerah lain, dengan dukungan regulasi, pembiayaan, dan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan.

Selain itu, penting untuk membangun pusat-pusat inovasi lingkungan di daerah. Dengan riset dan pengembangan teknologi, masalah sampah dapat dipecahkan dengan cara yang lebih modern, efektif, dan ekonomis.

Perang melawan sampah adalah perjuangan panjang yang membutuhkan kesadaran kolektif, kerja sama lintas sektor, dan komitmen berkelanjutan. Malang telah mengambil langkah berani sebagai pelopor, dan kini saatnya seluruh bangsa bergabung dalam barisan ini.

Baca Juga:Pemkot Malang Gelar STMJ dan Canangkan Gerakan Pembagian Bendera Merah Putih