Breaking

Trump Perluas Daftar Produk Baja & Aluminium yang Kena Tarif

InfoMalangPresiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menjadi sorotan internasional setelah pemerintahannya memperluas tarif impor sebesar 50% untuk produk baja dan aluminium. Kebijakan ini dilakukan secara diam-diam dengan memasukkan lebih dari 400 kategori barang baru, yang mulai berlaku pada hari Senin waktu setempat. Langkah ini dipandang sebagai strategi Trump untuk melindungi industri dalam negeri sekaligus menutup celah penghindaran tarif yang selama ini ada.

Tarif tambahan dari Trump ini kini mencakup berbagai produk, mulai dari peralatan pemadam kebakaran, mesin industri, material konstruksi, hingga bahan kimia khusus yang mengandung atau diproduksi menggunakan baja dan aluminium. Menurut Brian Baldwin, Wakil Presiden bidang kepabeanan di Kuehne + Nagel International AG, daftar ini juga meliputi komponen mobil, plastik, furnitur berbahan logam, dan barang-barang yang memiliki sedikit keterkaitan dengan baja maupun aluminium. “Kalau barang itu mengandung logam atau terkait baja dan aluminium, kemungkinan besar sudah masuk daftar,” tulis Baldwin di LinkedIn, dikutip CNBC, Rabu (20/8/2025).

Baca Juga:Trump dan Putin Bahas Upaya Akhiri Perang Ukraina Menjadi Pertemuan Bersejarah di Alaska (15/8)

Departemen Perdagangan AS sendiri mengonfirmasi bahwa tarif baru dari Trump ini mencakup 407 kategori produk tambahan. Menurut Jeffrey Kessler, Wakil Menteri Perdagangan untuk bidang industri dan keamanan, ekspansi tarif bertujuan untuk mendukung revitalisasi industri baja dan aluminium domestik. “Langkah ini memperluas cakupan tarif dan menutup celah penghindaran, serta mendukung upaya berkelanjutan untuk memperkuat sektor baja dan aluminium Amerika,” jelas Kessler.

Meskipun pemerintah AS merilis daftar produk yang terdampak, publik kesulitan memahami secara rinci karena daftar hanya memuat kode kepabeanan sepuluh digit, bukan nama barang secara umum. Contohnya, alat pemadam kebakaran tercantum dengan kode ‘8424.10.0000’. Format ini membuat konsumen, importir, dan pelaku usaha sulit memperkirakan dampak penuh dari perluasan tarif tersebut. Para analis menekankan bahwa hal ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian di sektor perdagangan global.

Dampak ekonomi dari kebijakan ini diperkirakan signifikan. Jason Miller, profesor manajemen rantai pasok di Michigan State University, menyebut bahwa tarif tambahan ini bisa mempengaruhi setidaknya nilai impor sebesar US$ 320 miliar, mengacu pada data bea cukai tahun 2024. Angka ini meningkat drastis dibandingkan estimasi sebelumnya yang berkisar US$ 190 miliar. Miller menambahkan bahwa peningkatan tarif kemungkinan akan menekan pasokan dan mendorong inflasi, terutama di tengah harga-harga domestik yang sudah meningkat.

Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan industri dan pelaku pasar global. Sektor manufaktur yang bergantung pada baja dan aluminium sebagai bahan baku, seperti otomotif, konstruksi, dan elektronik, diprediksi akan merasakan tekanan biaya yang lebih tinggi. Pengusaha berharap pemerintah AS memberikan kepastian tambahan agar rantai pasok tetap stabil dan bisnis tidak terdampak terlalu parah.

Di sisi lain, langkah Trump ini dinilai sebagai strategi untuk memperkuat industri lokal. Dengan tarif tinggi, produk impor akan lebih mahal, sehingga produsen domestik memiliki peluang lebih besar untuk bersaing di pasar dalam negeri. Namun, di tingkat global, kebijakan ini bisa menimbulkan ketegangan perdagangan dan memicu respons serupa dari negara-negara pengekspor baja dan aluminium ke AS.

Sejumlah pakar juga menyoroti kemungkinan dampak jangka panjang pada inflasi dan harga konsumen. Biaya produksi yang meningkat akibat tarif tinggi bisa diteruskan ke harga akhir produk. Hal ini akan berdampak pada konsumen yang membeli barang jadi, mulai dari peralatan rumah tangga, kendaraan, hingga produk konstruksi. Kombinasi tarif yang lebih luas dan harga bahan baku yang tinggi diperkirakan bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi jika tidak diimbangi dengan kebijakan pendukung.

Selain itu, langkah diam-diam ini menimbulkan pertanyaan soal transparansi dan komunikasi pemerintah AS kepada publik. Banyak importir dan perusahaan yang mengandalkan informasi resmi untuk merencanakan pengadaan dan logistik mereka. Ketidakjelasan daftar produk membuat mereka harus melakukan analisis internal untuk memastikan kepatuhan terhadap tarif baru. Hal ini juga membuka peluang bagi konsultan kepabeanan dan perusahaan logistik untuk memberikan panduan terkait implementasi kebijakan baru ini.

Pemerintah AS menegaskan bahwa kebijakan ini tidak bersifat permanen dan akan dievaluasi secara berkala untuk menyesuaikan kondisi industri dan pasar. Namun, bagi negara-negara mitra dagang AS, kebijakan ini tetap menjadi tantangan yang harus diantisipasi dalam negosiasi perdagangan dan ekspor impor. Banyak analis menilai bahwa pengaruhnya akan terasa hingga beberapa kuartal mendatang, terutama bagi perusahaan yang sangat bergantung pada baja dan aluminium impor.

Dengan adanya tambahan tarif pada lebih dari 400 kategori produk, langkah Trump menegaskan komitmennya untuk memperkuat industri dalam negeri, sekaligus meningkatkan tekanan pada produk impor. Meskipun berpotensi memicu kenaikan harga di sektor industri dan konsumen, kebijakan ini menunjukkan arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang lebih proteksionis dan terfokus pada kepentingan domestik. Perusahaan global kini harus menyesuaikan strategi rantai pasok mereka untuk menghadapi tarif tinggi yang lebih luas ini.

Baca Juga:Trump dan Zelensky Bertemu Virtual sebelum Bertatap Muka dengan Putin