KOTA BATU – Kota Batu kembali meneguhkan posisinya sebagai destinasi wisata yang berkarakter. Lewat Kongres Kebudayaan III 2025, Dewan Kesenian Kota Batu (DKKB) bersama Dinas Pariwisata (Disparta) berhasil merumuskan lima Saran strategis untuk masa depan seni dan tradisi. Acara yang digelar di Balai Kota Among Tani ini menjadi bukti komitmen seluruh pihak untuk melestarikan kearifan lokal. Forum ini bukanlah sekadar agenda seremonial, tetapi wadah partisipatif yang menghasilkan kebijakan nyata.
Membangun Arah Budaya Bersama
musyawarah ini dihadiri oleh beragam pemangku kepentingan, mulai dari seniman, tradisi, akademisi, hingga perwakilan instansi pemerintah.
Ketua DKKB, Sunarto atau akrab disapa Cak Narto, menjelaskan bahwa forum ini menjadi ruang dialog yang inklusif.
Menurutnya, proses panjang yang dimulai dari FGD, Simposium, hingga pleno, telah menghasilkan lima Saran utama bagi Pemkot Batu. Lima Saran terpenting lahir dari musyawarah tradisi Kota Batu.
Baca Juga:Ngalam Mingguan Hadirkan Ragam Kegiatan Kota Malang 18-24 Agustus 2025
Saran pertama adalah menginternalisasi peran tradisi dalam setiap program kerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batu.
Langkah ini memastikan bahwa tradisi tidak hanya menjadi domain Disparta, tetapi menjadi fondasi bagi seluruh sektor pemerintahan.
Saran kedua mendesak Pemkot Batu untuk segera membangun museum tradisidaerah.
Museum ini penting untuk melestarikan dan menampilkan jejak sejarah Kota Batu, termasuk peninggalan bersejarah seperti Prasasti Sangguran yang ditemukan pada tahun 928 Masehi. Lima Saran terpenting lahir dari musyawarah tradisi Kota Batu.
Saran ketiga membahas tentang pendanaan. musyawarah mendorong pemerintah untuk mencari sumber pendanaan alternatif.
Tidak hanya mengandalkan APBD, APBD provinsi, dan APBN, tetapi juga melibatkan sektor swasta dan dana riset dari perguruan tinggi.
Tujuannya adalah untuk memastikan keberlanjutan kegiatan seni dan budaya. Lima rekomendasi terpenting lahir dari musyawarah tradisi Kota Batu.
Saran keempat menekankan percepatan penyusunan dan pengesahan Peraturan Daerah (Perda) Pemajuan tradisi Kota Batu.
Perda ini diharapkan bisa rampung maksimal pada tahun 2026. Menurut Cak Narto, Perda ini berfungsi sebagai payung hukum yang kuat untuk melindungi dan memajukan seni tradisi lokal. Lima Saran terpenting lahir dari musyawarah tradisi Kota Batu.
Saran terakhir berfokus pada penguatan kelembagaan tradisi di Kota Batu agar lebih solid dan memiliki dasar hukum yang jelas.
Langkah ini dianggap krusial untuk memastikan bahwa gerakan tradisi memiliki landasan yang kuat. Lima Saran terpenting lahir dari Kongres tradisi Kota Batu.
Dukungan Penuh Pemerintah dan Apresiasi
Kepala Disparta Kota Batu, Onny Ardianto, memberikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan kongres ini. Ia menilai, kongres kebudayaan yang rutin digelar di Kota Batu adalah sebuah keistimewaan.
Menurutnya, acara ini penting sebagai langkah perlindungan bagi seluruh aspek kebudayaan di Batu. Lima Saran terpenting lahir dari Kongres Kebudayaan Kota Batu.
Onny juga menyoroti bagaimana kebudayaan telah menjadi daya tarik wisata internasional. Ia mencontohkan partisipasi wisatawan asal Serbia dalam festival Ngudek Jenang sebagai bukti bahwa tradisi Kota Batu sudah dikenal luas. Lima Saran terpenting lahir dari Kongres Kebudayaan Kota Batu.
Menanggapi Saran museum, Onny mengungkapkan bahwa Pemkot Batu sudah memiliki bangunan di Kelurahan Sisir yang bisa dijadikan museum.
Namun, legalitas dan kelayakannya masih memerlukan kajian mendalam. Lima Saran terpenting lahir dari Kongres tradisi Kota Batu.
Wali Kota Batu, Nurochman, menutup kongres dengan penegasan bahwa hasil kongres ini harus diimplementasikan menjadi kebijakan nyata.
Ia menekankan bahwa tradisi harus memengaruhi perilaku dalam birokrasi dan kehidupan bermasyarakat. Nurochman juga mengucapkan terima kasih kepada DKKB.
Ia berharap, lima Saran terpenting lahir dari Kongres tradisi Kota Batu ini dapat menjadi semangat bersama untuk mewarisi tradisi para leluhur.
Tantangan dan Strategi Implementasi Rekomendasi
Kongres tradisi III Kota Batu telah sukses merumuskan arah tradisi, namun tantangan terbesar justru terletak pada tahap implementasi.
Saran yang telah dihasilkan harus diterjemahkan menjadi program-program nyata yang dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat.
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah pembentukan tim khusus atau gugus tugas yang beranggotakan perwakilan dari Pemkot, DKKB, akademisi, dan seniman.
Tim ini bertugas menyusun peta jalan (roadmap) yang jelas dan terukur untuk setiap Saran. Peta jalan ini harus mencakup target waktu, penanggung jawab, serta indikator keberhasilan yang spesifik.
Misalnya, untuk rekomendasi pertama, perlu ada modul kurikulum muatan lokal tradisi Batu yang detail dan sistematis, serta pelatihan bagi guru-guru yang akan mengimplementasikannya.
Untuk rekomendasi kedua, terkait pendirian museum, Pemkot perlu segera melakukan kajian kelayakan yang mendalam.
Hal ini mencakup kajian teknis terhadap bangunan, studi koleksi yang akan dipamerkan, serta model pengelolaan yang berkelanjutan.
Keterlibatan masyarakat dalam proses ini juga sangat penting, seperti dalam pengumpulan artefak atau cerita sejarah.
Pendanaan alternatif, seperti yang diusulkan dalam rekomendasi ketiga, memerlukan pendekatan proaktif dari pemerintah.
Pemkot bisa membuat proposal yang menarik untuk sektor swasta, menunjukkan potensi keuntungan dari berinvestasi dalam kegiatan tradisi.
Selain itu, kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk dana riset harus dipermudah melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang jelas.
Terakhir, percepatan pengesahan Perda (rekomendasi keempat) dan penguatan kelembagaan (rekomendasi kelima) adalah tugas birokrasi yang harus dikebut.
Proses legislasi harus diprioritaskan agar Perda tersebut dapat segera memberikan payung hukum yang kuat. Setelah Perda disahkan, kelembagaan tradisi dapat diperkuat dengan dasar hukum yang jelas, memungkinkan mereka untuk beroperasi lebih efektif dan profesional.
Pada akhirnya, keberhasilan implementasi ini akan sangat bergantung pada komitmen dan sinergi dari seluruh pihak. Kongres ini telah menunjukkan bahwa niat baik itu ada.
Kini, saatnya mengubah niat baik menjadi aksi nyata yang berdampak pada kemajuan tradisi Kota Batu.
Baca Juga:Wajah Baru Taman Makam Pahlawan dan Taman Budaya Batu Enam Berkat Inisiasi Kadis LH Natuna















