Dengan mengantisipasi potensi dampak El Nino, BPBD secara proaktif mengambil langkah-langkah mitigasi. Program pemantauan intensif di desa-desa yang memiliki riwayat rawan kekeringan telah dimulai. Ini adalah langkah vital untuk Cegah Krisis Air yang lebih luas.
Pada 25 Agustus lalu, tim dari BPBD melakukan kunjungan lapangan untuk memonitor tujuh desa yang tersebar di tujuh kecamatan.
Desa-desa ini, termasuk Sukowilangun di Kalipare, Karangkates di Sumberpucung, Segaran dan Tumpakrejo di Gedangan, Bandungrejo di Bantur, Sumberejo di Pagak, Sumberoto di Donomulyo, serta Ringinsari dan Harjokuncaran di Sumbermanjing Wetan, menjadi prioritas utama.
Penelusuran ini dilakukan secara langsung untuk mendapatkan data akurat dan cepat tanggap. Strategi ini adalah bagian dari upaya menyeluruh BPBD untuk Cegah Krisis Air sebelum situasi memburuk.
Deteksi Dini di Ringinsari
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (KL) BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan, mengatakan bahwa dari hasil monitoring, sebagian besar desa masih dalam kondisi aman.
Ini berkat gencarnya proyek pipanisasi, keberadaan sumber air yang masih melimpah, dan curah hujan yang sporadis. Namun, ada satu desa yang menunjukkan sinyal bahaya, yaitu Desa Ringinsari di Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Menurut Sadono, ada laporan dari warga Dusun Sidomukti RT 21 bahwa sumur mereka mulai mengering. Temuan ini menjadi titik fokus BPBD untuk Cegah Krisis Air di wilayah tersebut.
Baca Juga:Kondisi Kurang Kondusif, ASN Malang Dilarang Gunakan Seragam dan Kendaraan Dinas
Meskipun sumur-sumur warga mulai mengering, Sadono menjelaskan bahwa belum ada tindakan dropping air yang dilakukan. Hal ini karena wilayah tersebut masih dalam radius 3 kilometer dari sumber mata air yang layak digunakan.
Sesuai prosedur standar operasional BPBD, wilayah baru akan dikategorikan sebagai “kering kritis” dan membutuhkan dropping air jika sumur warga mengering dan sumber air terdekat berada lebih dari 3 kilometer. Pendekatan terukur ini memastikan sumber daya BPBD digunakan seefisien mungkin untuk Cegah Krisis Air.
Harapan dari Langit dan Kesiapan Logistik
Di sisi lain, Sadono masih memiliki harapan dari langit. Meskipun tidak merata, masih ada hujan sporadis di wilayah selatan Malang.
Biasanya, hujan selama dua hari sudah cukup untuk mengisi kembali sumur-sumur warga yang rata-rata memiliki tanah resapan air yang baik.
Namun, BPBD menyadari bahwa harapan saja tidak cukup. Oleh karena itu, persiapan matang telah dilakukan. Untuk Cegah Krisis Air yang lebih parah, BPBD telah menyiapkan 50 tandon air dan 9 unit truk tangki yang siap meluncur kapan saja diperlukan.
Kesiapan logistik ini merupakan bagian dari skenario terburuk, di mana hujan berhenti total dan desa-desa lain mulai mengalami kekeringan.
Tandon-tandon air ini akan ditempatkan di titik-titik strategis di desa yang terdampak, memudahkan warga untuk mengambil air bersih.
Sementara itu, truk tangki akan bertugas mengisi ulang tandon-tandon tersebut secara berkala. Semua langkah ini telah direncanakan dengan detail untuk Cegah Krisis Air dan memastikan bahwa warga tidak menderita kekurangan air bersih.
Langkah proaktif BPBD ini sangat krusial mengingat ancaman nyata dari fenomena El Nino yang diprediksi akan memperpanjang musim kemarau. Prediksi cuaca menunjukkan bahwa curah hujan di wilayah Malang, terutama di bagian selatan, akan jauh berkurang.
Oleh karena itu, pemantauan yang dilakukan sejak dini ini bukan sekadar respons terhadap laporan, melainkan bagian dari mitigasi bencana jangka panjang.
BPBD bekerja sama dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat untuk membangun sistem laporan cepat. Warga diharapkan untuk melaporkan kondisi sumur mereka secara rutin, sehingga BPBD memiliki data yang akurat untuk mengambil keputusan.
Ini adalah model kolaborasi efektif yang menunjukkan bahwa Cegah Krisis Air adalah tanggung jawab bersama. Kesiapan ini memperkuat keyakinan masyarakat bahwa Cegah Krisis Air adalah prioritas pemerintah.
Pendekatan holistik ini juga mencakup kampanye edukasi yang ditujukan langsung kepada masyarakat. BPBD bekerja sama dengan perangkat desa untuk menyebarkan informasi tentang cara-cara sederhana menghemat air, seperti menampung air bekas cucian untuk menyiram tanaman atau memperbaiki pipa bocor di rumah.
Selain itu, kolaborasi dengan berbagai komunitas peduli lingkungan di Malang juga diperkuat, guna membangun kesadaran kolektif.
Dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, upaya ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan gerakan bersama untuk menghadapi tantangan iklim di masa depan. Kesiapan ini memperlihatkan komitmen BPBD untuk melindungi sumber daya alam dan kesejahteraan warga.
Baca Juga:Indonesia Gelap, Ancaman Serius bagi Reputasi Internasional dan Stabilitas Global















