infomalang.com/ – Latihan militer gabungan Pertahanan RI-AS resmi berakhir pada Rabu (3/9/2025) dengan simulasi tembak langsung di Baturaja, Sumatera Selatan. Ribuan tentara dari Indonesia dan Amerika Serikat menutup rangkaian latihan dengan demonstrasi kekuatan tempur, termasuk tembakan artileri, roket jarak jauh, serta manuver udara terpadu.
Acara ini dihadiri Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. Mereka menegaskan bahwa latihan gabungan tersebut bukan hanya menunjukkan kekuatan militer, tetapi juga memperkuat komitmen jangka panjang dalam Pertahanan RI-AS.
Jenderal Agus menyebut interoperabilitas pasukan Indonesia semakin meningkat, terutama dalam menghadapi ancaman modern yang kompleks. Kehadiran Amerika Serikat dan belasan negara lain memberi ruang bagi TNI untuk meningkatkan profesionalisme prajurit di tingkat global.
Rudal FIM-92 Stinger Jadi Sorotan
Salah satu momen bersejarah dalam latihan Pertahanan RI-AS tahun ini adalah penggunaan rudal FIM-92 Stinger oleh Divisi Lintas Udara ke-11 Angkatan Darat AS. Rudal tersebut ditembakkan untuk pertama kalinya di Indonesia, menandai kolaborasi pertahanan yang semakin erat.
Kapten Kaden Cox, perwira Angkatan Darat AS yang memimpin latihan tembak langsung, menjelaskan bahwa penggunaan Stinger di Indonesia menjadi tonggak penting bagi kerja sama strategis kedua negara. Hal ini memperlihatkan betapa seriusnya upaya peningkatan kapabilitas tempur bersama.
Latihan Garuda Shield sendiri berlangsung sejak 24 Agustus di Jakarta, Baturaja, dan Dabo Singkep. Selama 11 hari, ribuan prajurit dilibatkan dalam berbagai skenario tempur, termasuk operasi darat, laut, hingga udara.
Baca Juga:Beras Premium & SPHP Digelontorkan Pemerintah untuk Tekan Kenaikan Harga
Partisipasi 6.500 Prajurit dari Berbagai Negara
Latihan Pertahanan RI-AS tahun ini juga diikuti oleh 6.500 prajurit dari sedikitnya 14 negara. Selain Indonesia dan Amerika Serikat, beberapa negara yang turut ambil bagian adalah Australia, Jepang, Singapura, Inggris, Prancis, Kanada, Jerman, Belanda, Selandia Baru, Brasil, dan Korea Selatan.
Beberapa negara Asia lainnya hadir sebagai pengamat, memperlihatkan tingginya atensi regional terhadap dinamika keamanan Indo-Pasifik. Hal ini menegaskan bahwa Pertahanan RI-AS tidak hanya sebatas kerja sama bilateral, melainkan juga bagian dari strategi besar menjaga stabilitas kawasan.
Keterlibatan banyak negara menjadikan latihan Garuda Shield sebagai salah satu latihan multinasional terbesar di Asia Tenggara. Kehadiran mereka membawa pesan solidaritas dan kesiapan dalam menghadapi tantangan keamanan global yang semakin dinamis.
Kritik dari Tiongkok
Meski sukses digelar, latihan Pertahanan RI-AS tidak lepas dari kritik. Tiongkok menuding kegiatan ini sebagai upaya Amerika Serikat membangun “NATO Asia” untuk membatasi pengaruh militer dan diplomatik Beijing.
Namun, menurut Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, latihan ini justru ditujukan untuk memperkuat aliansi militer di kawasan Indo-Pasifik. Ia menegaskan, Amerika Serikat bersama Indonesia dan mitra regional lainnya memiliki tujuan menjaga perdamaian serta mencegah potensi konflik terbuka, terutama di Laut Cina Selatan.
TNI menegaskan bahwa keterlibatan dalam Pertahanan RI-AS adalah bentuk komitmen untuk memperkuat diplomasi pertahanan. Indonesia tetap menjunjung tinggi politik luar negeri bebas aktif dengan mengutamakan kerja sama yang saling menguntungkan.
Fokus pada Stabilitas dan Interoperabilitas
Pernyataan resmi TNI menyebutkan bahwa latihan Garuda Shield menitikberatkan pada peningkatan interoperabilitas, koordinasi, dan kesiapan tempur bersama. Hal ini penting agar pasukan kedua negara mampu merespons ancaman non-tradisional seperti terorisme, bencana alam, dan konflik maritim.
Melalui Pertahanan RI-AS, Indonesia berharap bisa meningkatkan kemampuan teknis prajurit, termasuk penggunaan peralatan tempur modern. Latihan ini juga memperkuat rasa percaya diri prajurit TNI ketika berhadapan dengan skenario pertempuran yang kompleks.
Selain itu, kehadiran pasukan Amerika Serikat dengan teknologi militernya memberikan pengalaman berharga bagi TNI dalam mengadaptasi strategi perang modern. Hal ini sekaligus meningkatkan kemampuan pertahanan Indonesia dalam konteks global.
Meningkatkan Posisi Indonesia di Indo-Pasifik
Kerja sama Pertahanan RI-AS bukan hanya soal militer, tetapi juga memperkuat posisi diplomatik Indonesia di kawasan Indo-Pasifik. Dengan menjadi tuan rumah latihan multinasional besar, Indonesia menunjukkan kemampuannya dalam memainkan peran strategis di tengah persaingan kekuatan besar dunia.
Keikutsertaan negara-negara Eropa, Asia, dan Pasifik semakin menegaskan bahwa kawasan Asia Tenggara menjadi pusat perhatian global. Bagi Indonesia, latihan ini menjadi sarana membangun jejaring pertahanan sekaligus memperkuat komitmen menjaga stabilitas regional.
Latihan Garuda Shield yang berakhir dengan simulasi tembak langsung ini menutup rangkaian panjang kerja sama Pertahanan RI-AS tahun 2025. Namun, agenda kolaborasi dipastikan akan terus berlanjut dalam skala lebih besar di tahun-tahun mendatang.
Baca Juga:Malang Raya dan Mojokerto Berpotensi Angin Kencang Tembus 50 Km/Jam Peringatan Dini BMKG















