Infomalang – Harga cabai di Kota Batu kembali mengalami kenaikan signifikan pada Selasa (23/9/2025). Kenaikan ini terutama terjadi pada dua komoditas utama, yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Data terbaru yang dirangkum dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jawa Timur mencatat, harga cabai merah besar naik Rp2.000 per kilogram, sedangkan cabai merah keriting melonjak hingga Rp3.125 per kilogram dibandingkan hari sebelumnya.
Peningkatan harga cabai ini menambah daftar panjang komoditas pangan yang harganya fluktuatif di Kota Batu menjelang akhir September. Cabai rawit merah terpantau stabil di kisaran Rp35.000 per kilogram, sehingga sedikit meredakan tekanan bagi pedagang dan konsumen yang mengandalkan cabai rawit untuk kebutuhan sehari-hari.
Rincian Harga Sembako Terbaru
Selain cabai, beberapa bahan pokok lain juga menunjukkan pergerakan harga meski tidak terlalu signifikan. Berdasarkan data resmi, berikut harga sembako di Kota Batu pada Selasa (23/9/2025):
-
Beras premium: Rp15.625 per kg
-
Beras medium: Rp13.250 per kg
-
Gula kristal putih: Rp16.750 per kg
-
Minyak goreng kemasan premium: Rp22.450 per liter
-
Minyak goreng sederhana: Rp17.833 per liter
-
Minyakita: Rp17.125 per liter
-
Daging sapi paha: Rp120.000 per kg
-
Daging ayam ras: Rp38.000 per kg
-
Daging ayam kampung: Rp62.000 per kg
-
Telur ayam ras: Rp27.500 per kg
-
Telur ayam kampung: Rp53.000 per kg
-
Cabai merah keriting: Rp41.875 per kg
-
Cabai merah besar: Rp37.000 per kg
-
Cabai rawit merah: Rp35.000 per kg
-
Bawang merah: Rp35.625 per kg
-
Bawang putih: Rp33.750 per kg
-
Ikan teri: Rp87.500 per kg
-
Tomat: Rp7.625 per kg
Data ini memberikan gambaran jelas bagi masyarakat untuk memantau perkembangan harga bahan pangan dan menyesuaikan pengeluaran rumah tangga.
Faktor Penyebab Kenaikan Harga Cabai
Menurut sejumlah pedagang di Pasar Besar Kota Batu, lonjakan harga cabai kali ini dipicu beberapa faktor. Pertama, peningkatan permintaan menjelang musim liburan dan acara hajatan di beberapa daerah sekitar Malang Raya. Kedua, cuaca ekstrem yang menyebabkan sebagian petani cabai gagal panen. Curah hujan tinggi disertai angin kencang dalam beberapa pekan terakhir mengakibatkan tanaman cabai rentan terserang hama dan penyakit.
Selain itu, biaya distribusi ikut memengaruhi harga. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu berdampak pada biaya transportasi dari sentra produksi ke pasar-pasar di Kota Batu. Tidak hanya itu, fluktuasi kebijakan pemerintah pusat, seperti aturan pembatasan distribusi pada masa tertentu, turut memberi tekanan tambahan pada harga di tingkat pedagang.
Dampak Bagi Pedagang dan Konsumen
Pedagang pasar tradisional mengaku terpaksa menaikkan harga jual untuk menutup biaya modal yang semakin tinggi. “Kami tidak bisa menahan harga kalau dari pengepul sudah naik. Modal beli cabai besar sekarang mahal, kalau tidak naikkan harga, kami rugi,” ujar Siti Aminah, pedagang cabai di Pasar Besar Batu.
Sementara itu, konsumen merasakan beban pengeluaran yang semakin berat, khususnya pelaku usaha kuliner yang membutuhkan cabai sebagai bahan utama masakan. Beberapa pemilik warung makan dan rumah makan di kawasan wisata Kota Batu mengaku harus mengurangi porsi sambal atau menyesuaikan menu agar biaya produksi tetap terkendali.
Baca Juga: Pemkot Malang Hadirkan Layanan Air Galon Isi Ulang Rp 5.000 di 83 Lokasi
Respons Pemerintah Daerah
Menanggapi kondisi ini, Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Batu memastikan terus memantau pergerakan harga setiap hari. Kepala Diskumdag, melalui siaran pers resmi, menegaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan distributor utama untuk memastikan ketersediaan stok cabai tetap aman.
“Pemantauan harga dilakukan dua kali sehari. Kami juga mengimbau masyarakat untuk berbelanja secukupnya dan tidak melakukan aksi borong, agar harga tetap stabil,” jelasnya. Pemerintah Kota Batu juga membuka peluang operasi pasar jika harga cabai terus melambung dalam beberapa hari ke depan.
Tips Menghadapi Lonjakan Harga Pangan
Ahli ekonomi pertanian Universitas Brawijaya, Dr. Rendra Putra, menyarankan masyarakat untuk lebih bijak dalam berbelanja dan menyusun rencana pengeluaran. “Ketika harga cabai naik, masyarakat bisa beralih sementara ke jenis cabai lain atau menggunakan bumbu alternatif agar tidak terlalu terbebani. Di sisi lain, pemerintah perlu memperkuat rantai pasok dan memberi insentif bagi petani,” ujarnya.
Langkah-langkah seperti urban farming atau menanam cabai di pekarangan rumah juga dapat menjadi solusi jangka panjang. Selain mengurangi ketergantungan pada pasokan pasar, cara ini membantu menjaga ketersediaan cabai segar untuk kebutuhan rumah tangga.
Pentingnya Memantau Informasi Harga
Kenaikan harga cabai besar dan keriting di Kota Batu menjadi pengingat penting bagi konsumen untuk selalu memperbarui informasi harga pangan. Dengan mengetahui data harga terkini, masyarakat bisa membuat keputusan belanja yang lebih tepat, mengatur menu harian, serta mengantisipasi pengeluaran bulanan.
Baca Juga: AI Lokal vs AI Global, Apakah Startup Indonesia Bisa Bersaing?
Situs resmi Siskaperbapo Jawa Timur dan papan pengumuman harga di pasar-pasar tradisional dapat dijadikan acuan. Upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan transparansi informasi harga diharapkan mampu membantu menstabilkan pasar dan menekan spekulasi.















