Breaking

Pasar Kebalen Masih Semrawut, Revitalisasi Tak Membawa Perubahan

InfoMalangRevitalisasi yang dilakukan pemerintah Kota Malang terhadap salah satu pasar tradisional ikonik ternyata belum sepenuhnya berhasil. Pasar Kebalen Masih Semrawut meski dana besar telah digelontorkan untuk memperbaiki infrastruktur di dalam area pasar. Banyak pedagang lebih memilih berjualan di luar, khususnya di ruas jalan yang padat lalu lintas, sehingga menimbulkan kemacetan dan potensi bahaya.

Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar di masyarakat, mengapa investasi pemerintah untuk menata pasar tidak berbanding lurus dengan kepatuhan pedagang. Para pengunjung yang lebih memilih transaksi cepat di luar pasar membuat area revitalisasi seakan terabaikan. Fenomena Pasar Kebalen Masih Semrawut pun terus berlangsung hingga kini.

PKL Kuasai Jalan Zainul Zakse

Pantauan lapangan menunjukkan pedagang kaki lima (PKL) memenuhi hampir setengah ruas Jalan Zainul Zakse. Kendaraan roda empat sulit berpapasan karena ruang yang tersisa sangat terbatas. Situasi ini bukan hanya menghambat arus lalu lintas, tetapi juga membahayakan keselamatan pedagang dan pembeli.

Meski revitalisasi sudah dilakukan, faktanya Pasar Kebalen Masih Semrawut dan sulit terkendali. Kondisi ini mencerminkan bahwa keberadaan pasar modern dengan fasilitas lengkap belum tentu diminati jika pedagang dan pembeli merasa lebih praktis bertransaksi di luar.

Baca Juga:Tantangan Makan Bergizi Gratis di Malang dan Potensi Perbaikannya

Sorotan DPRD Kota Malang

Anggota DPRD Kota Malang Arief Wahyudi menyayangkan kondisi yang tidak kunjung tertata. Ia menegaskan bahwa fasilitas di dalam pasar sudah memadai, namun pedagang tetap enggan menempati lapaknya. Menurutnya, Pasar Kebalen Masih Semrawut karena pemerintah tidak menegakkan aturan secara tegas.

“Jika pedagang di luar ditindak, mereka akan kembali masuk. Infrastruktur sudah tersedia, hanya tinggal pembiasaan saja,” kata Arief. Ia juga menilai pembeli yang lebih memilih di luar semakin memperparah keadaan, hingga pedagang di dalam merasa kalah bersaing.

Peraturan Daerah Tak Diterapkan

Kondisi ini sebenarnya sudah melanggar Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur pemanfaatan ruang publik. Namun lemahnya penegakan hukum membuat pedagang tetap nyaman berjualan di jalan. Fenomena Pasar Kebalen Masih Semrawut berulang dari tahun ke tahun, bahkan setelah beberapa kali upaya penertiban dilakukan.

Padahal, jika perda ditegakkan, arus lalu lintas bisa kembali lancar dan pasar di dalam pun berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, hingga kini belum ada langkah konkret yang memastikan pedagang tertib menempati lokasi yang telah disediakan.

Revitalisasi yang Kurang Efektif

Dana revitalisasi pasar seakan tidak membawa dampak besar. Pemerintah telah membangun kios layak dan fasilitas yang lebih modern, tetapi okupansinya rendah. Pasar Kebalen Masih Semrawut karena pedagang merasa lebih untung berjualan di tepi jalan yang ramai dan mudah diakses pembeli.

Hal ini menunjukkan revitalisasi tanpa pendekatan sosial dan kebijakan yang konsisten tidak cukup ampuh mengubah pola perilaku pedagang maupun konsumen. Sehingga, masalah klasik pasar tradisional tetap saja terulang.

Rencana Transformasi Pasar

Kepala Diskopindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi, mengakui penataan Pasar Kebalen termasuk salah satu prioritas ke depan. Menurutnya, pasar ini berpotensi dikembangkan menjadi pusat kuliner, sebagaimana Pasar Klojen dan Oro-Oro Dowo yang berhasil menarik banyak pengunjung.

Namun hingga saat ini, Pasar Kebalen Masih Semrawut karena pemerintah masih fokus menata Pasar Induk Gadang (PIG). Setelah itu, transformasi menyeluruh baru akan diarahkan ke Pasar Kebalen, bersama sejumlah pasar tradisional lain seperti Pasar Sawojajar, Pasar Sukun, dan Pasar Kasin.

Dampak pada Lalu Lintas Kota

Kesemrawutan pedagang di luar pasar jelas menimbulkan masalah transportasi. Jalan utama yang seharusnya lancar berubah menjadi titik kemacetan. Situasi ini membuat masyarakat yang melintas merasa terganggu, bahkan rawan kecelakaan. Fakta bahwa Pasar Kebalen Masih Semrawut menunjukkan ada dampak serius bagi kelancaran aktivitas harian warga.

Arus kendaraan sering tersendat, terutama saat jam sibuk. Hal ini juga memengaruhi mobilitas ekonomi di sekitar kawasan pasar yang seharusnya mendukung pertumbuhan usaha, bukan sebaliknya.

Pandangan Pedagang

Banyak pedagang beralasan bahwa lapak di luar pasar lebih strategis karena pembeli enggan masuk ke dalam. Kepraktisan menjadi daya tarik utama. Namun alasan ini membuat Pasar Kebalen Masih Semrawut terus berlangsung.

Padahal, menurut sejumlah pengamat, kenyamanan berbelanja bisa diciptakan jika pemerintah berkomitmen pada penertiban dan menyediakan fasilitas parkir memadai. Dengan begitu, pembeli tidak keberatan masuk dan pedagang pun tidak kehilangan konsumen.

Dilema Pemerintah Kota

Di satu sisi, pemerintah ingin menghidupkan pasar tradisional yang rapi dan modern. Di sisi lain, ada tekanan sosial dan ekonomi jika pedagang di luar ditindak secara keras. Akibatnya, Pasar Kebalen Masih Semrawut karena tidak ada keberanian mengambil langkah tegas.

Dilema ini memperlihatkan betapa kompleksnya penataan pasar tradisional di kota besar. Penertiban bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga menyangkut keberlangsungan mata pencaharian ribuan pedagang kecil.

Harapan Penataan Ulang

Meski demikian, harapan tetap ada bahwa suatu hari Pasar Kebalen Masih Semrawut bisa ditata dengan baik. Dengan rencana transformasi pasar menjadi pusat kuliner, kemungkinan besar wajah Pasar Kebalen akan berubah lebih modern, tertib, dan menarik.

Namun, tanpa adanya kebijakan tegas dan kesadaran pedagang untuk menempati kios yang sudah disediakan, kondisi ini berpotensi terus berulang. Pasar sebagai pusat ekonomi rakyat seharusnya menjadi ikon keteraturan, bukan justru pusat kemacetan dan kesemrawutan.

Baca Juga:Bangunan Pesantren Roboh di Sidoarjo,1 Santri Tewas dan Puluhan Terluka