infomalang.com/ – Kekuatan Udara RI Ditingkatkan melalui rencana pembelian 42 jet tempur Chengdu J-10C buatan China, yang menandai langkah bersejarah dalam dunia pertahanan nasional. Kesepakatan ini menjadi pembelian pertama Indonesia terhadap pesawat tempur non-Barat, menunjukkan arah baru dalam diversifikasi sumber daya pertahanan.
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengonfirmasi bahwa akuisisi tersebut merupakan bagian dari rencana besar modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista). Menurutnya, keputusan ini diambil untuk memastikan kesiapan militer menghadapi tantangan keamanan regional yang terus berkembang.
“Kami akan segera menyambut pesawat-pesawat ini di langit Jakarta,” ujar Sjafrie dalam konferensi pers di Jakarta. Ia menolak memberi rincian lebih lanjut, namun memastikan bahwa seluruh proses sudah mendapat persetujuan pemerintah pusat.
Anggaran Disetujui dan Siap Dieksekusi
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa juga memastikan bahwa pembelian tersebut telah mendapat alokasi anggaran sebesar lebih dari 9 miliar dolar AS. Dengan langkah ini, Kekuatan Udara RI Ditingkatkan secara signifikan, tidak hanya dari sisi jumlah pesawat, tetapi juga kemampuan tempur dan teknologi udara.
Purbaya menyatakan bahwa seluruh prosedur administrasi akan diselesaikan dalam waktu dekat agar pengiriman bisa dimulai secepatnya. “Saya harus memastikan kembali jadwal kedatangan pesawat-pesawat itu dari Beijing,” katanya.
Menurut laporan, jet tempur Chengdu J-10C ini dilengkapi radar AESA dan sistem avionik canggih yang mampu bersaing dengan pesawat tempur generasi modern. Dengan kemampuan tersebut, Kekuatan Udara RI Ditingkatkan untuk memastikan pertahanan udara yang lebih tangguh dan responsif.
Baca Juga:DPRD Kabupaten Malang Percepat Pembahasan RKPD 2027, Fokus pada Efisiensi dan Pemerataan Pembangunan
Diversifikasi Mitra dan Implikasi Geopolitik
Langkah Indonesia untuk membeli jet tempur dari China dinilai para pengamat sebagai strategi untuk memperluas kerja sama pertahanan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pemasok Barat. Sebelumnya, Indonesia telah membeli jet tempur Rafale dari Prancis dan kapal selam Scorpene Evolved sebagai bagian dari transformasi militernya.
Namun, keputusan ini juga memiliki dampak geopolitik yang cukup sensitif, terutama di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Laut Cina Selatan. Beni Sukadis, analis pertahanan dari Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia, mengingatkan bahwa pembelian besar-besaran dari Beijing dapat ditafsirkan sebagai perubahan orientasi keamanan nasional.
“Langkah Kekuatan Udara RI Ditingkatkan melalui kerja sama ini memang penting, tapi perlu diimbangi dengan diplomasi yang hati-hati agar tidak menimbulkan kekhawatiran negara tetangga,” ujarnya.
Peran TNI AU dalam Era Pertahanan Baru
Saat ini, TNI Angkatan Udara memiliki armada yang beragam, mencakup pesawat tempur dari Amerika Serikat, Rusia, dan Inggris. Namun, beberapa di antaranya sudah usang dan memerlukan peningkatan kemampuan. Dengan pembelian baru ini, Kekuatan Udara RI Ditingkatkan untuk menutup kesenjangan kemampuan tempur dan memodernisasi struktur pertahanan udara nasional.
Selain itu, pemerintah berencana memperkuat industri dalam negeri agar mampu berkontribusi dalam pemeliharaan dan produksi suku cadang pesawat tempur. Langkah ini diharapkan mempercepat kemandirian pertahanan nasional dan mengurangi ketergantungan pada negara lain.
“Ini bukan sekadar pembelian pesawat, melainkan investasi jangka panjang untuk kedaulatan pertahanan kita,” tegas Sjafrie.
Menuju Kemandirian Pertahanan Nasional
Pemerintah Indonesia menargetkan agar pengiriman batch pertama jet tempur ini bisa dilakukan dalam dua tahun ke depan. Dengan langkah ini, Kekuatan Udara RI Ditingkatkan untuk memperkuat posisi strategis Indonesia sebagai kekuatan udara utama di kawasan Asia Tenggara.
Selain kerja sama dengan China, Indonesia juga menjajaki proyek dengan Turki untuk pengadaan jet tempur KAAN dan peningkatan radar nasional. Upaya ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memperkuat kemandirian pertahanan dan menjaga stabilitas regional.
Beni Sukadis menambahkan bahwa keputusan ini perlu diikuti dengan pelatihan intensif bagi personel TNI AU agar dapat mengoperasikan teknologi baru tersebut secara optimal. “Modernisasi bukan hanya soal alat, tapi juga kemampuan manusia yang mengendalikannya,” jelasnya.
Dengan hadirnya 42 jet tempur baru dari China, Kekuatan Udara RI Ditingkatkan tidak hanya dalam hal persenjataan, tetapi juga dalam kepercayaan diri untuk menjaga ruang udara nasional secara mandiri dan berdaulat.
Langkah pembelian jet tempur Chengdu J-10C dari China menjadi tonggak penting dalam sejarah pertahanan Indonesia. Selain memperkuat militer, keputusan ini juga mencerminkan perubahan strategi menuju keseimbangan kerja sama internasional yang lebih luas.
Dengan sinergi antara pemerintah, TNI, dan industri pertahanan nasional, Kekuatan Udara RI Ditingkatkan untuk menatap masa depan pertahanan yang lebih kuat, modern, dan berdaulat.















