infomalang.com/ – Kota Malang kini tengah menghadapi masalah lingkungan yang serius. Sampah plastik yang kian menumpuk telah memasuki tahap darurat, memicu kekhawatiran berbagai pihak, terutama para pegiat lingkungan. Mikroplastik, yang merupakan pecahan plastik berukuran sangat kecil, menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat, terutama bayi yang lebih rentan terhadap efek racun bahan kimia tersebut.
Aksi terbaru yang digelar oleh gabungan aktivis lingkungan dari Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton Foundation), Mahasiswa Relawan Peduli Air Masyarakat dan Alam (Marapaima), serta Aksi Biroe Universitas Brawijaya, menjadi sorotan publik. Mereka menggelar aksi teatrikal di depan Balai Kota Malang, menggambarkan betapa berbahayanya mikroplastik yang kini mengkontaminasi lingkungan dan rantai makanan manusia.
Mereka mengenakan kostum dan properti simbolis seperti botol plastik, jaring, dan boneka bayi untuk menunjukkan pesan bahwa mikroplastik telah menyusup hingga ke tubuh manusia, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Pesan ini disampaikan dengan dramatis untuk menggugah kesadaran masyarakat dan mendorong pemerintah mengambil langkah konkret.
Mikroplastik,Ancaman Tak Terlihat namun Mematikan
Mikroplastik berasal dari pecahan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter. Benda ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan, minuman, atau udara yang terkontaminasi. Bagi bayi, paparan mikroplastik bisa berdampak lebih besar karena sistem kekebalan tubuh mereka masih lemah. Studi ilmiah menunjukkan bahwa bahan kimia dari plastik dapat mengganggu hormon, memicu peradangan, dan memengaruhi perkembangan organ vital.
Kondisi darurat sampah di Malang semakin memperburuk situasi. Sungai, saluran air, dan area terbuka publik kerap dipenuhi plastik sekali pakai yang tidak terkelola dengan baik. Dalam kondisi hujan, limbah plastik terbawa arus, hancur menjadi potongan kecil, lalu berakhir di sumber air minum dan rantai makanan masyarakat.
Aktivis Desak Pemerintah Ambil Tindakan Nyata
Dalam aksinya, para aktivis menuntut Pemkot Malang untuk:
-
Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai secara signifikan.
-
Menyediakan fasilitas pengolahan sampah yang lebih efektif.
-
Melakukan kampanye edukasi bahaya mikroplastik kepada masyarakat.
-
Mengawasi industri yang berpotensi mencemari lingkungan.
Koordinator aksi dari Ecoton Foundation menegaskan bahwa langkah-langkah tersebut bukan lagi pilihan, melainkan keharusan demi menyelamatkan generasi mendatang. Ia juga menekankan pentingnya regulasi yang tegas terhadap pembuangan limbah plastik.
Baca Juga:Ecoton Desak Pemkot Malang Segera Terapkan Perda Larangan Plastik Sekali Pakai
Masyarakat Diminta Ubah Pola Konsumsi
Selain mendorong pemerintah, para aktivis juga menyerukan peran aktif masyarakat. Mereka mengajak warga Malang untuk mulai mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai, seperti mengganti kantong plastik dengan tas kain, menggunakan botol minum isi ulang, dan menghindari produk yang dikemas berlebihan.
Keterlibatan masyarakat menjadi faktor kunci karena persoalan sampah bukan hanya masalah kebijakan, tetapi juga perilaku. Perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari bisa membawa dampak besar dalam jangka panjang.
Data Mengkhawatirkan
Hasil penelitian Ecoton menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di hampir semua sampel air sungai yang diuji di Jawa Timur, termasuk di wilayah Malang. Temuan ini menguatkan dugaan bahwa masyarakat sudah terpapar mikroplastik setiap hari. Lebih mengkhawatirkan lagi, mikroplastik juga ditemukan dalam ASI dan darah manusia di berbagai penelitian internasional.
Data tersebut menjadi bukti ilmiah bahwa ancaman ini nyata dan tidak boleh diabaikan. Jika tidak segera diatasi, generasi masa depan akan tumbuh dalam lingkungan yang tercemar, dengan risiko kesehatan yang terus meningkat.
Harapan untuk Masa Depan
Aksi teatrikal yang digelar di depan Balai Kota Malang bukan sekadar pertunjukan, melainkan panggilan darurat bagi semua pihak. Aktivis berharap langkah ini dapat memicu kesadaran publik dan mempercepat tindakan nyata dari pemerintah.
Keselamatan bayi dan anak-anak menjadi fokus utama, karena mereka adalah kelompok yang paling rentan. Lingkungan yang bersih dari mikroplastik akan menjadi warisan berharga bagi mereka. Tanpa upaya bersama, mimpi tersebut akan sulit terwujud.
Ke depan, diharapkan Pemkot Malang dapat membentuk tim khusus penanggulangan sampah plastik, menggandeng komunitas dan akademisi untuk menciptakan solusi berkelanjutan. Masyarakat pun diharapkan tetap konsisten mengurangi plastik dalam keseharian.
Krisis ini mungkin tidak terlihat secara kasatmata, namun dampaknya bisa menghancurkan masa depan generasi penerus. Kini saatnya bertindak sebelum terlambat.
Baca Juga:Jumlah 71 Ribu Perempuan di Indonesia Pilih Childfree, Ini Kata Menteri Wihaji















