Suaramedia.id – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau Bank Neo, akhirnya mencetak laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 19,88 miliar di tahun 2024. Kabar gembira ini berbanding terbalik dengan kerugian bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 573,18 miliar, sekaligus mengakhiri tren kerugian yang dialami sejak tahun 2020. Namun, di balik capaian tersebut, Bank Neo masih mencatatkan defisit yang cukup besar, yakni Rp 2,3 triliun. Perlu diingat, Bank Yudha Bhakti bertransformasi menjadi Bank Neo Commerce pada 2020, seiring peralihannya menjadi bank digital.
Laporan keuangan Bank Neo per Desember 2024 menunjukkan penurunan pendapatan bunga sebesar 8,05% year on year (yoy) menjadi Rp 3,72 triliun. Beban bunga juga menyusut 7,72% yoy menjadi Rp 871,03 miliar, sehingga pendapatan bunga bersih turun 8,13% yoy menjadi Rp 2,85 triliun. Komisi, provisi, dan administrasi juga mengalami penurunan signifikan, yakni 30% yoy menjadi Rp 100,77 miliar. Pendapatan lainnya pun menyusut menjadi Rp 479,30 miliar.

Meskipun demikian, Bank Neo berhasil menekan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) menjadi Rp 356,76 miliar. Namun, kinerja intermediasi masih menunjukkan penurunan. Penyaluran kredit turun drastis 18,18% yoy menjadi Rp 8,82 triliun, dengan kualitas kredit yang juga menurun, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) gross dan net masing-masing sebesar 3,30% dan 0,30%. Net Interest Margin (NIM) pun merosot menjadi 17,30%, dari 18,39% pada tahun sebelumnya.
Di sisi pendanaan, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami penurunan 5,83% yoy menjadi Rp 13,06 triliun. Akibatnya, Loan to Deposito Ratio (LDR) melonggar menjadi 67,53%, turun lebih dari 10% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 77,73%. Total aset Bank Neo pun menyusut menjadi Rp 17,40 triliun. Meskipun berhasil mencetak laba, jalan Bank Neo untuk mencapai profitabilitas yang berkelanjutan masih panjang dan penuh tantangan.