Infomalang – Cuaca ekstrem kembali melanda wilayah Kabupaten Malang bagian selatan. Pada Sabtu (28/6/2025), sejumlah kecamatan di Malang Selatan mengalami bencana hidrometeorologi yang cukup parah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang mencatat setidaknya lima kejadian bencana, terdiri dari empat longsor dan satu angin kencang, yang terjadi di tiga kecamatan: Ampelgading, Tirtoyudo, dan Sumbermanjing Wetan (Sumawe).
Hujan deras yang mengguyur sejak dini hari hingga pagi hari mengakibatkan tebing-tebing rawan longsor tidak mampu menahan volume air. Dampaknya tidak hanya merusak rumah warga, tetapi juga mengganggu akses jalan nasional yang vital bagi mobilitas masyarakat dan distribusi barang antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang.
Rumah Warga Rusak Diterjang Angin Kencang
Salah satu bencana yang terjadi adalah angin kencang yang merusak rumah warga di Desa Argotirto, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Kejadian terjadi sekitar pukul 04.00 WIB. Akibat angin dan hujan deras, atap rumah milik Suyanti ambrol dan mengakibatkan kerusakan cukup parah, khususnya di bagian atas bangunan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan, menyatakan bahwa beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Empat orang yang berada di dalam rumah berhasil selamat tanpa luka sedikit pun.
“Angin cukup kencang disertai hujan deras. Salah satu rumah warga di Sumawe rusak di bagian atap. Tidak ada korban, namun kerusakan cukup mengkhawatirkan,” ujar Sadono.
Longsor Timbun Jalan Nasional Malang-Lumajang
Bencana lain yang menimbulkan dampak besar adalah longsor di wilayah perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, tepatnya di Jalan Tlogosari. Jalan ini merupakan bagian dari jalur nasional yang menghubungkan dua kabupaten tersebut.
Longsor terjadi akibat tebing di sisi utara jalan yang masuk ke wilayah Desa Tawangagung dan Desa Tamansari, Kecamatan Lumajang, runtuh sekitar pukul 07.00 WIB. Material longsoran menutup seluruh badan jalan, membuat akses nasional lumpuh total hingga pembersihan rampung pada pukul 13.00 WIB.
“Kami mengerahkan alat berat untuk mempercepat proses evakuasi material longsoran. Jalan sudah bisa dilalui kembali sejak siang hari, tapi tetap perlu kehati-hatian karena kondisi tanah masih labil,” terang Sadono.
Baca Juga: Material Longsor Tutup Jalur Pacet-Cangar, Pembersihan Dimulai Hari Ini
Permukiman Warga Tak Luput dari Dampak
Selain jalur nasional, longsor juga menghantam permukiman warga di Kecamatan Tirtoyudo. Dua desa terdampak, yakni Dusun Sidodadi di Desa Tirtoyudo dan Desa Gadungsari. Tanah tebing yang longsor menimpa bagian belakang rumah warga, terutama area dapur.
Tebing yang runtuh memiliki panjang sekitar tujuh meter dan tinggi delapan meter. Material longsoran seperti tanah dan batu menimpa langsung struktur rumah, menyebabkan kerusakan fisik meski tidak sampai merobohkan bangunan utama.
“Waktu kejadiannya hampir bersamaan dengan longsor di jalan nasional, sekitar pukul 07.00. Wilayah ini memang rawan longsor saat musim hujan,” tambah Sadono.
BPBD bersama perangkat desa setempat telah melakukan asesmen awal dan memberikan bantuan darurat kepada warga terdampak, termasuk bantuan logistik dan bahan bangunan sementara.
Peringatan Dini Cuaca Ekstrem
BMKG sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi hujan lebat disertai angin kencang di wilayah Jawa Timur, termasuk Kabupaten Malang. Peringatan ini berlaku sepanjang akhir Juni hingga awal Juli 2025. Kondisi geografis Malang Selatan yang berbukit dan banyak memiliki daerah tebing memperbesar risiko terjadinya longsor dan angin puting beliung.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, terutama mereka yang tinggal di daerah lereng atau dekat tebing curam. BPBD juga mengimbau agar warga melapor jika menemukan retakan tanah atau gejala awal longsor agar dapat segera dilakukan mitigasi.
Perlu Kesiapsiagaan Kolektif
Kejadian bencana hidrometeorologi di Malang Selatan menjadi pengingat bahwa musim hujan masih menyisakan ancaman serius. Sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan lembaga terkait sangat penting untuk meminimalisasi dampak kerusakan dan korban jiwa.
Pemerintah diharapkan segera menindaklanjuti evaluasi kerentanan wilayah dan mempercepat program penguatan struktur lereng di area rawan bencana. Di sisi lain, warga perlu membangun budaya tanggap bencana dengan meningkatkan kesadaran akan potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Baca Juga: Komisi III DPRD Malang Tinjau Korban Longsor di Dau, Dugaan Kelalaian Developer Muncul















