Breaking

Bupati Malang Tegas Larang Study Tour ke Luar Daerah, Ini Alasannya

Bupati Malang, H.M. Sanusi, menegaskan pelarangan keras terhadap kegiatan study tour sekolah ke luar wilayah Malang Raya. Kebijakan ini diberlakukan menyusul banyaknya keluhan dari wali murid terkait tingginya biaya yang dibebankan kepada orang tua siswa untuk kegiatan tersebut. Langkah ini sekaligus sebagai upaya Pemkab Malang dalam menekankan pentingnya esensi pendidikan dan keselamatan siswa.

“Siswa di Kabupaten Malang dilarang study tour ke luar daerah karena banyak keluhan dari orang tua terkait biaya. Study tour itu harusnya untuk belajar, bukan untuk rekreasi,” tegas Sanusi, Senin (4/8/2025) di Pendapa Agung Kabupaten Malang.

Kebijakan tersebut diperkuat dengan surat edaran resmi dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Malang yang mengatur pelaksanaan study tour. Dalam surat edaran tersebut, sekolah dianjurkan untuk mengadakan study tour di wilayah Malang Raya saja, meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu. Lokasi kegiatan pun diimbau untuk memilih pusat ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan destinasi wisata edukatif lokal.

Menurut Sanusi, pelajar harus difokuskan pada kegiatan pembelajaran sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Ia menyebutkan bahwa kegiatan study tour yang dilakukan saat ini cenderung lebih menitikberatkan pada unsur rekreasi daripada pembelajaran.

“Kami ingin siswa lebih fokus pada kegiatan belajar agar kualitas pendidikan kita semakin baik. Apalagi, masih banyak tempat edukatif di Malang Raya yang bisa dijadikan lokasi study tour,” tambah Sanusi.

Selain membatasi lokasi, Sanusi juga mengingatkan agar pihak sekolah lebih memperhatikan aspek keselamatan dalam menyelenggarakan kegiatan luar kelas. Ia mencontohkan larangan kegiatan berkemah di tepi pantai selatan Kabupaten Malang yang dikenal rawan bencana.

“Kemah di pantai selatan kami larang karena berbahaya, apalagi setelah adanya gempa bumi besar di Rusia yang berpotensi tsunami hingga ke Indonesia. Keselamatan siswa harus didahulukan,” ujarnya.

Baca Juga: Game Roblox Dilarang untuk Anak: Kisah Sule dan Ashanty Jadi Sorotan

Bupati Sanusi juga menekankan pentingnya koordinasi antara pihak sekolah, Dinas Pendidikan, dan pihak keamanan sebelum kegiatan study tour dilaksanakan. Sekolah diwajibkan untuk mengirimkan surat pemberitahuan minimal satu bulan sebelumnya dan memperoleh rekomendasi dari Dinas Perhubungan terkait kelayakan teknis kendaraan yang digunakan.

“Kami tidak ingin ada kejadian yang membahayakan siswa selama perjalanan. Jadi setiap aspek harus diperhatikan dengan matang,” kata Sanusi.

Sementara itu, upaya peningkatan mutu pendidikan juga menjadi fokus utama Pemkab Malang. Sanusi mencanangkan target agar siswa-siswi di Kabupaten Malang mampu meraih nilai rata-rata minimal sembilan dari sepuluh pada empat mata pelajaran inti, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

“Saat ini sudah ada lebih dari lima ribu dari 68 ribu siswa di Kabupaten Malang yang mencapai nilai rata-rata di atas sembilan untuk empat mata pelajaran tersebut. Ini kemajuan yang bagus dan harus terus kita dorong,” jelas Sanusi.

Sanusi menambahkan, pencapaian ini berdampak positif pada daya saing siswa Kabupaten Malang di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, jumlah siswa SMP yang diterima di SMA Taruna Nusantara meningkat signifikan, dari dua orang pada tahun lalu menjadi delapan orang pada tahun ini.

“Artinya, kualitas pendidikan kita sudah menunjukkan tren peningkatan. Kami ingin anak-anak ini menjadi generasi unggul dan siap bersaing,” tuturnya.

Meski melarang kegiatan study tour ke luar daerah, Sanusi tetap memberikan kelonggaran bagi sekolah yang ingin mengadakan kegiatan tersebut di dalam wilayah Malang Raya. Menurutnya, banyak lokasi di Malang yang dapat memberikan pengalaman edukatif, seperti Museum Singhasari, Candi Kidal, Candi Jago, dan New Wisata Wendit.

“Silakan pilih lokasi di Malang Raya. Kita punya banyak tempat yang tak kalah menarik dan edukatif. Tinggal bagaimana sekolah mengemas kegiatan itu agar tetap menyenangkan dan bermakna bagi siswa,” ujarnya.

Bupati Sanusi yang berlatar belakang sebagai guru pada era 1980-an mengaku sangat memahami pentingnya keseimbangan antara pembelajaran akademik dan kegiatan luar kelas. Namun, ia menekankan bahwa semua kegiatan harus mendukung proses belajar, bukan justru menjadi beban bagi orang tua maupun membahayakan siswa.

“Mari kita benahi sistem pendidikan kita secara menyeluruh. Jangan sampai kegiatan yang niatnya baik justru membawa dampak negatif. Kita harus bijak menyikapi ini semua demi masa depan generasi muda Kabupaten Malang,” pungkasnya.

Baca Juga: Game Roblox Dilarang untuk Anak: Kisah Sule dan Ashanty Jadi Sorotan