Breaking

DPRD Kota Malang Target 30 Armada Angkot untuk Layanan Sekolah Gratis

Infomalang – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang menegaskan dukungan penuh terhadap rencana transformasi transportasi publik di kota pendidikan ini. Salah satu usulan paling menonjol adalah target pengoperasian 30 armada angkutan kota (angkot) sebagai layanan sekolah gratis bagi pelajar tingkat SD, SMP, hingga perguruan tinggi.

Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita, menyampaikan bahwa konsep ini bukan sekadar wacana, melainkan langkah nyata untuk menghidupkan kembali peran angkot yang selama beberapa tahun terakhir kian terpinggirkan. “Kami menargetkan setidaknya 30 unit angkot bisa dialihfungsikan secara bertahap menjadi armada angkutan sekolah gratis. Dengan jumlah itu, jalur-jalur utama dan jalan kecil yang sulit dijangkau bus bisa terlayani,” jelasnya, Selasa (17/9/2025).

Menghidupkan Kembali Angkot di Era Transportasi Online

Sejak maraknya transportasi berbasis aplikasi dan hadirnya bus sekolah gratis, minat masyarakat terhadap angkot terus menurun. Banyak pengemudi mengaku pendapatan mereka merosot hingga 50 persen dalam lima tahun terakhir. Situasi semakin menantang setelah rencana operasional bus Trans Jatim muncul, yang dikhawatirkan menambah persaingan.

Amithya menilai, justru kondisi ini harus dijadikan peluang. “Angkot memiliki keunggulan unik: mampu menembus jalur kecil di perkampungan yang tidak bisa dilalui bus besar. Jika difungsikan untuk pelajar, potensi jalur tersebut sangat membantu,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa armada sekolah gratis berbasis angkot dapat menjadi solusi kemacetan karena mendorong pelajar meninggalkan kendaraan pribadi.

Sinergi Pemkot dan Pengemudi

Usulan ini menekankan pentingnya pemberdayaan pengemudi angkot. DPRD berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Malang tidak hanya fokus pada pembenahan infrastruktur, tetapi juga melibatkan sopir sebagai bagian dari solusi. “Kebijakan ini bukan sekadar menambah transportasi, tetapi menghidupkan mata pencaharian yang selama ini nyaris mati suri. Pengemudi harus diberi pelatihan, kontrak kerja yang adil, dan kepastian pendapatan,” papar Amithya.

Rencana tersebut mendapat dukungan positif dari sejumlah organisasi pengemudi. Ketua Paguyuban Sopir Angkot Malang, Rudi Santoso, mengungkapkan antusiasmenya. “Kalau benar 30 armada disiapkan, kami siap membantu. Yang penting ada kepastian gaji dan perawatan kendaraan,” ujarnya.

Dampak pada Kemacetan Kota

Data Dinas Perhubungan Kota Malang menunjukkan jumlah kendaraan pribadi, terutama roda dua, terus meningkat rata-rata 7 persen per tahun. Lonjakan ini menjadi salah satu penyebab kemacetan di ruas-ruas padat seperti Jalan Soekarno-Hatta dan kawasan kampus. Menurut Amithya, pengoperasian 30 angkot sekolah gratis dapat menurunkan angka kemacetan hingga 15 persen pada jam sibuk.

“Jika pelajar tidak perlu lagi diantar orang tua dengan motor atau mobil, jalan-jalan utama akan jauh lebih lengang. Efeknya bukan hanya mengurangi macet, tetapi juga menekan polusi udara,” ujarnya.

Perlu Perbaikan Infrastruktur

Meski ide ini mendapat sambutan hangat, DPRD menilai keberhasilan program bergantung pada kesiapan infrastruktur. Banyak halte dan titik pemberhentian angkot di Kota Malang kondisinya memprihatinkan. Atap bocor, cat pudar, hingga minim penerangan membuat pelajar enggan menunggu angkot.

Amithya menegaskan, revitalisasi halte harus menjadi prioritas. “Halte yang layak, rambu yang jelas, dan sistem tiket digital adalah kunci agar masyarakat percaya. Jangan sampai angkot sekolah gratis hanya menjadi proyek jangka pendek,” tuturnya.

Skema Pembiayaan dan Tahapan

Pemkot Malang tengah menghitung kebutuhan anggaran. Perkiraan awal, biaya operasional 30 armada mencapai Rp8–10 miliar per tahun, mencakup perawatan kendaraan, gaji sopir, dan subsidi bahan bakar. Rencananya, program ini akan dibiayai melalui APBD 2026 dengan dukungan dana transportasi dari pemerintah provinsi.

Tahap pertama ditargetkan dimulai pada awal 2026 dengan pengadaan 15 unit angkot yang dilengkapi fasilitas ramah pelajar: AC, CCTV, dan sistem pembayaran nontunai. Tahap kedua menyusul di akhir tahun dengan tambahan 15 unit.

Baca Juga: Apresiasi Tinggi Walikota Malang untuk Pawai Budaya, Ini Pesan Pentingnya

Dukungan Masyarakat dan Pakar Transportasi

Pakar transportasi dari Universitas Brawijaya, Dr. Hadi Wicaksono, menilai program ini realistis dan sejalan dengan tren kota berkelanjutan. “Angkot adalah moda transportasi berdaya jelajah tinggi untuk wilayah padat. Jika dikelola profesional, 30 armada cukup untuk melayani 10.000 pelajar per hari,” ujarnya.

Orang tua murid juga menyambut baik. Siti Mariam, warga Lowokwaru, mengaku akan merasa lebih tenang. “Anak saya SMP dan biasanya diantar motor. Kalau ada angkot gratis, saya pasti dukung. Hemat biaya dan lebih aman,” katanya.

Komitmen DPRD

DPRD berjanji mengawal program hingga tuntas. Selain memastikan kualitas armada, mereka akan menyiapkan regulasi yang mengatur keselamatan, jadwal operasi, dan integrasi dengan moda transportasi lain seperti bus Trans Jatim. “Kami ingin Kota Malang punya ekosistem transportasi yang menyeluruh. Bukan hanya murah, tapi juga aman dan nyaman,” tegas Amithya.

Program 30 armada angkot sekolah gratis diharapkan menjadi tonggak penting transformasi transportasi publik di Kota Malang. Jika sukses, konsep ini berpotensi diadopsi oleh kota-kota lain di Jawa Timur, sekaligus memperkuat posisi Malang sebagai pelopor transportasi ramah pelajar dan ramah lingkungan.

Baca Juga: Dispangtan Kota Malang Gelar Vaksin Rabies dan Kastrasi Kucing Gratis