Breaking

Gibran Ungkap Fakta Unik: Parfum Mewah Ternyata Pakai Kemenyan 2025

InfoMalang – Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, kembali menarik perhatian publik dengan pernyataannya yang tidak biasa namun penuh nilai strategis. Dalam sebuah forum resmi, Gibran mengungkap bahwa parfum mewah dunia seperti Louis Vuitton (LV) dan Gucci ternyata menggunakan kemenyan sebagai salah satu bahan utama.

Pernyataan ini bukan sekadar informasi unik, tetapi juga mengandung pesan penting tentang potensi besar kekayaan alam Indonesia yang selama ini belum dimaksimalkan secara optimal. Kemenyan, yang seringkali dikaitkan dengan praktik spiritual atau mistis, ternyata justru menjadi salah satu bahan baku utama dalam industri parfum internasional.

Kemenyan: Dari Aroma Ritual ke Industri Global

Kemenyan adalah getah yang dihasilkan dari pohon genus Styrax , yang banyak tumbuh di wilayah Sumatera Utara dan Tapanuli. Selama ini, masyarakat awam mengenalnya sebagai bahan untuk upacara atau keperluan keagamaan. Namun, dalam dunia parfum internasional, kemenyan dikenal sebagai “frankincense” dan memiliki nilai tinggi karena aromanya yang tajam, khas, dan tahan lama.

Gibran menyebutkan bahwa banyak parfum mewah seperti Gucci dan Louis Vuitton menggunakan bahan ini untuk menciptakan nuansa aroma eksklusif. “Ibu-ibu yang pakai parfum LV, Gucci, dan lain-lain, itu dari kemenyan. Tapi kita jualnya mentah terus,” ungkapnya melalui saluran resmi YouTube Wakil Presiden RI (16 Juli 2025).

Baca Juga: Mantan Timses Prabowo-Gibran Jadi Bos Jasa Marga!

Kritik terhadap Ekspor Bahan Mentah

Pernyataan Gibran mengarahkan pada kritik terhadap praktik ekspor bahan mentah yang selama ini dilakukan di Indonesia. Meski kemenyan Indonesia banyak diminati dunia, namun sebagian besar diekspor dalam kondisi mentah tanpa pengolahan lebih lanjut. Hasilnya, nilai tambah dari komoditas ini justru dinikmati oleh negara lain yang mengolahnya menjadi produk jadi bernilai tinggi.

“Kemenyan itu sama berharganya dengan nikel, tapi dari dulu kita terus-menerus menjual mentah,” tambah Gibran, menyoroti pentingnya hilirisasi dalam kebijakan industri nasional.

Mendorong Hilirisasi Kemenyan Melalui Riset dan Inovasi

Untuk mengubah pola ekspor mentah ini, pemerintah mendorong pendekatan berbasis penelitian dan inovasi teknologi. Gibran mengajak generasi muda aktif untuk melakukan riset dan pengembangan terhadap kemenyan, baik dari bidang pengolahan aroma, komposisi parfum, maupun pasar potensi ekspor produk jadi.

“Kita mendorong anak-anak muda untuk penelitian, kita menyediakan tempat yang baik untuk penelitian, alat-alat terkini. Kita akan hilirisasi,” ucap Gibran, menggarisbawahi dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem industri kemenyan yang berdaya saing global.

Apalagi menurutnya, pusat riset nasional akan segera diresmikan Presiden pada tahun ini. Pusat penelitian ini akan menjadi wadah integratif yang mendukung pengembangan komoditas lokal termasuk Kemenyan.

Hilirisasi Bukan Hanya untuk Tambang

Pernyataan Gibran sekaligus menyatakan bahwa hilirisasi tidak hanya berlaku di sektor pertambangan. Konsep ini dapat diterapkan secara luas ke berbagai sektor, termasuk pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Kemenyan menjadi contoh nyata bagaimana komoditas non-tambang dapat memberikan dampak ekonomi besar jika dikelola dengan tepat.

“Ada yang namanya hilirisasi kemenyan dan masih banyak lagi yang sama ditemukan di sana. Insyaallah tahun ini pusat penelitian itu akan diresmikan oleh Pak Presiden,” tutupnya.

Peluang Ekonomi dari Inovasi Lokal

Apabila Indonesia mampu melakukan hilirisasi kemenyan secara masif, maka peluang ekonomi terbuka lebar. Produk parfum berbahan lokal bisa menjadi bagian dari brand nasional yang bersaing di pasar global. Bukan tidak mungkin, Indonesia akan dikenal bukan hanya sebagai produsen bahan mentah, tapi juga sebagai pemain utama dalam industri kosmetik dan wewangian dunia.

Dengan modal sumber daya alam yang melimpah, ditambah dukungan riset dan teknologi, kemenyan Indonesia berpotensi menjadi komoditas unggulan baru yang menopang ekonomi kreatif berbasis kekayaan lokal.

Mengubah Stigma dan Paradigma

Sayangnya, hingga saat ini masih banyak yang mengasosiasikan kemenyan dengan hal-hal mistis atau negatif. Gibran mengaku sempat tertawakan ketika pertama kali menyuarakan hilirisasi kemenyan. Namun seiring berkembangnya kesadaran masyarakat dan meningkatnya kebutuhan global akan bahan alami, persepsi terhadap kemenyan mulai berubah.

“Inilah saatnya kita mengubah paradigma, memandang kemenyan sebagai potensi bisnis, bukan sekadar aroma klenik,” tutur Gibran.

Kesimpulan: Saatnya Kemenyan Jadi Bintang Ekspor Baru

Pernyataan Gibran Rakabuming Raka membuka gambaran baru tentang pentingnya memperhatikan komoditas lokal yang sering terabaikan. Kemenyan bukan lagi sekedar bahan untuk ritual, tetapi telah menjadi elemen kunci dalam parfum-parfum paling mewah di dunia.

Dengan pendekatan hilirisasi, riset, dan inovasi teknologi, Indonesia berpeluang besar menjadikan kemenyan sebagai komoditas ekspor bernilai tinggi. Lebih dari itu, ini adalah momentum bagi Indonesia untuk menyatakan posisinya sebagai negara penghasil aroma terbaik dunia—bukan sekadar penyedia bahan mentah.

Baca Juga: Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tanggapi permintaan Wapres Gibran untuk Menghapus Zonasi PPDB