Breaking

Harga Emas Dunia Melemah, Pasar Menunggu Kejelasan Kebijakan Tarif AS

Harga emas global mengalami tekanan pada akhir perdagangan Selasa (15/7/2025) waktu setempat atau Rabu (16/7/2025) pagi WIB. Tekanan tersebut terjadi di tengah sikap pelaku pasar yang memilih menunggu perkembangan kebijakan tarif baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Berdasarkan data yang dikutip dari Reuters, harga emas di pasar spot turun 0,5 persen menjadi 3.328,06 dolar AS per troy ons. Sementara itu, harga emas berjangka AS juga melemah 0,7 persen, ditutup pada posisi 3.336,7 dolar AS per troy ons.

Penurunan ini sejalan dengan menguatnya indeks dolar AS yang tercatat naik 0,6 persen pada perdagangan kemarin. Menguatnya dolar AS membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Akibatnya, daya tarik logam mulia tersebut sebagai aset lindung nilai ikut berkurang. Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus Kepala Strategi Logam di Zaner Metals, mengatakan bahwa meskipun pasar saat ini masih berfokus pada isu tarif, prospek emas tetap menarik. “Saya tetap optimistis terhadap prospek emas, meskipun pergerakannya sejak pertengahan Mei masih dalam rentang harga yang sama,” ujarnya.

Ancaman Tarif Baru dari Trump

Pada akhir pekan sebelumnya, Presiden Donald Trump kembali memicu ketidakpastian dengan ancamannya untuk menaikkan tarif impor hingga 30 persen terhadap sejumlah produk dari Uni Eropa dan Meksiko. Ancaman ini memicu ketidakpastian hubungan dagang global dan membuat pelaku pasar berhati-hati. Meski ancaman tersebut memberikan dukungan jangka pendek pada harga emas, belum ada kejelasan konkret mengenai implementasinya sehingga pergerakan harga emas masih tertahan.

Data Inflasi AS dan Spekulasi Kebijakan The Fed

Selain faktor tarif, data inflasi terbaru dari AS turut menjadi perhatian. Indeks Harga Konsumen (CPI) AS tercatat naik 0,3 persen pada Juni, sejalan dengan ekspektasi pasar. Kenaikan ini merupakan yang terbesar sejak Januari, setelah sebelumnya hanya naik 0,1 persen pada Mei. Menanggapi data tersebut, Trump melalui unggahan di platform Truth Social menekankan bahwa inflasi yang relatif rendah seharusnya menjadi alasan kuat bagi Federal Reserve (The Fed) untuk segera memangkas suku bunga.

Baca Juga: MUI Jatim Minta Kemenkum HAM Tidak Terbitkan Legalitas HKI Sound Horeg

Spekulasi pun berkembang bahwa The Fed berpotensi mulai menurunkan suku bunga acuan pada September mendatang. Langkah tersebut diharapkan dapat meredakan tekanan ekonomi sekaligus mendukung harga emas dalam jangka panjang. Namun, menurut pedagang logam independen Tai Wong, diperlukan dorongan baru agar harga emas mampu menembus level psikologis 3.400 dolar AS per ons. “Sejujurnya, harga emas seharusnya bisa lebih kuat lagi. Kita butuh pemicu baru untuk membawa emas menembus level 3.400 dolar AS per ons,” kata Tai Wong.

Fokus Pasar ke Data PPI AS

Para investor kini mengarahkan perhatian mereka pada data Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang dijadwalkan rilis Rabu ini. Data tersebut diharapkan memberikan sinyal lanjutan terkait arah kebijakan moneter The Fed. Seperti diketahui, emas kerap menjadi pilihan utama ketika terjadi ketidakpastian ekonomi atau geopolitik, terutama dalam lingkungan suku bunga rendah karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau saham.

Pergerakan Logam Mulia Lainnya

Sementara itu, harga perak turut mengalami penurunan. Pada perdagangan terakhir, perak merosot 0,9 persen menjadi 37,79 dolar AS per ons, meskipun sehari sebelumnya sempat mencatatkan rekor tertinggi sejak September 2011. Peter Grant menambahkan bahwa sasaran berikutnya untuk perak berada di kisaran 41,61 dolar AS per ons. “Pasar kemungkinan akan melihat setiap koreksi perak sebagai peluang untuk membeli,” jelasnya.

Platinum justru bergerak positif dengan kenaikan 0,6 persen menjadi 1.371,49 dolar AS per ons, sedangkan palladium menguat 0,5 persen menjadi 1.198,97 dolar AS per ons. Pergerakan ini menunjukkan bahwa meskipun emas melemah, sebagian logam mulia lain tetap memiliki daya tarik tersendiri di mata investor.

Harapan dan Prospek ke Depan

Secara keseluruhan, penurunan harga emas kali ini mencerminkan kehati-hatian pasar global dalam menghadapi situasi ekonomi yang kompleks. Ancaman tarif baru dari AS, ditambah dengan data inflasi yang sesuai ekspektasi, membuat pasar menunggu kepastian dari langkah-langkah kebijakan moneter berikutnya. Para analis menyarankan investor untuk tetap memantau data ekonomi penting dan perkembangan geopolitik yang dapat memengaruhi harga logam mulia ke depan. Dengan kondisi global yang masih diliputi ketidakpastian, emas dan logam mulia lainnya tetap menjadi instrumen penting dalam portofolio investasi jangka panjang.

Baca Juga: Mulai 14 Juli 2025, Pedagang Online Wajib Bayar Pajak: Ini Aturan Lengkap PMK 37/2025