Breaking

IHSG Ambruk! Perang Dagang dan Lesunya Penjualan Mobil Jadi Biang Kerok

Bursa saham Indonesia mengawali pekan ini dengan catatan merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 0,65% pada penutupan sesi pertama Senin (10/3/2025), berakhir di level 6.592,66. Pergerakan ini diwarnai aksi jual signifikan, dengan 352 saham melemah, 217 saham menguat, dan 222 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 5,2 triliun dari 11,32 miliar saham yang diperdagangkan dalam 681.510 kali transaksi.

Sebagian besar sektor perdagangan mengalami tekanan, dengan sektor utilitas dan kesehatan mencatatkan penurunan terdalam. Sementara itu, sektor teknologi, konsumer non-primer, dan energi mampu mencatatkan kinerja positif. Meski demikian, dominasi zona merah didorong oleh pelemahan saham emiten perbankan dan sejumlah konglomerasi besar.

Bank Mandiri (BMRI) menjadi penekan utama IHSG, anjlok 3,31% dan menyeret indeks turun 14,3 poin. Selain itu, Barito Renewables Energy (BREN) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turut memberikan tekanan besar terhadap IHSG dengan pelemahan masing-masing sebesar 8,67 dan 7,68 poin. Astra International (ASII) dan Bank Negara Indonesia (BBNI) juga masuk dalam daftar lima besar saham yang paling membebani IHSG hari ini.

Baca juga : Bermain dengan 9 Pemain, Persija Takluk dari Arema FC

IHSG Ambruk! Perang Dagang dan Lesunya Penjualan Mobil Jadi Biang Kerok
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Di sisi lain, saham DCI Indonesia (DCII), milik Otto Toto Sugiri, menjadi penopang IHSG. Saham ini kembali menyentuh auto rejection atas (ARA) dengan kenaikan 10% ke Rp 169.950. Kapitalisasi pasarnya pun menembus Rp 405 triliun, meski saat ini sahamnya diperdagangkan di papan pemantauan khusus.

Anjloknya IHSG tak lepas dari tekanan eksternal berupa eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kebijakan AS yang mengenakan tarif baru terhadap Meksiko, Kanada, dan China dibalas dengan tarif balasan dari China terhadap Kanada. Ketegangan ini memperburuk sentimen investor global.

Di dalam negeri, penurunan daya beli turut menjadi faktor yang membebani pasar saham. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan bahwa penjualan mobil secara wholesales turun 11,3% (yoy) menjadi 61.843 unit pada Januari 2025. Penjualan ritel juga merosot 18,6% (yoy) menjadi 63.858 unit. Sementara itu, penjualan sepeda motor mengalami penurunan 5,9% (yoy) menjadi 557.191 unit. Melemahnya konsumsi domestik ini semakin memperburuk sentimen pasar, membuat IHSG semakin sulit bangkit dari tekanan jual.

Baca juga : Rendra Masdrajad Safaat Hadir sebagai Narasumber dalam Kajian Menjelang Berbuka di Masjid Imam Bukhari Kota Malang