Breaking

Kasus Keracunan MTs di Malang Diselidiki Pemkab

InfomalangPemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang tengah menelusuri penyebab kasus dugaan keracunan makanan yang menimpa belasan pelajar Madrasah Tsanawiyah (MTs) di wilayah setempat. Peristiwa ini menimbulkan perhatian publik karena diduga terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang dijalankan pemerintah daerah.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang, Budiar Anwar, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan yang dikonsumsi oleh para pelajar tersebut. Hasil pemeriksaan itu diharapkan dapat memastikan penyebab utama kejadian yang sempat membuat sejumlah siswa harus mendapat perawatan medis.

“Kami masih menunggu hasil laboratorium makanan. Prosesnya bisa memakan waktu antara satu sampai tiga hari. Jadi, saat ini belum bisa disimpulkan apakah penyebabnya berasal dari menu program MBG atau faktor lain,” ujar Budiar saat meninjau para korban di RSUD Kanjuruhan, Kamis (23/10/2025).

Pemkab Malang memastikan seluruh biaya pengobatan para pelajar yang menjadi korban akan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Langkah ini diambil sebagai bentuk tanggung jawab sekaligus kepedulian terhadap kondisi kesehatan siswa dan guru yang terdampak.

Pemeriksaan Sumber Makanan MBG

Sambil menunggu hasil laboratorium, Pemkab Malang juga melakukan pengecekan langsung ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menjadi penyedia paket makanan bergizi bagi sekolah tersebut. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan standar kebersihan dan prosedur pengolahan makanan berjalan sesuai aturan.

“Tim kami sudah mengecek dapur, alat memasak, serta mekanisme pengolahan dan penyimpanan bahan baku. Kami juga memastikan semua fasilitas telah memenuhi syarat laik higiene dan sanitasi,” lanjut Budiar.

Ia menambahkan bahwa SPPG yang terlibat dalam penyediaan menu MBG untuk sekolah tersebut sudah memiliki sertifikat laik higiene sanitasi, sehingga secara administratif telah memenuhi standar keamanan pangan. Namun, pihaknya tetap akan menelusuri apakah ada kelalaian atau faktor lain yang menyebabkan makanan menjadi tidak layak konsumsi.

Penanganan Cepat RSUD Kanjuruhan

Sementara itu, Humas RSUD Kanjuruhan, Lukito Condro, menjelaskan bahwa pihak rumah sakit menerima para korban sekitar pukul 11.30 WIB. Baik siswa maupun guru yang mengalami gejala keracunan langsung mendapatkan perawatan medis begitu tiba di rumah sakit.

“Sebagian besar korban mengalami gejala mual, nyeri perut, dan pusing. Kami langsung lakukan pemeriksaan awal, pemberian obat, serta observasi di ruang perawatan,” ungkap Lukito.

Observasi dilakukan selama tiga hingga enam jam untuk memantau kondisi pasien secara intensif. Beruntung, hasil observasi menunjukkan bahwa seluruh korban mengalami pemulihan cepat tanpa gejala lanjutan.

“Kondisi terkini semua sudah membaik. Beberapa sudah dijemput keluarga, dan pihak sekolah juga melakukan penjemputan bersama. Tidak ada korban yang mengalami komplikasi berat,” imbuhnya.

Langkah Pencegahan ke Depan

Kasus ini menjadi perhatian serius Pemkab Malang. Budiar menegaskan bahwa kejadian tersebut akan menjadi evaluasi penting bagi pelaksanaan program MBG di sekolah-sekolah. Ia menyebut pihaknya akan memperketat pengawasan, terutama dalam aspek kebersihan dan proses distribusi makanan.

Baca Juga: Belasan Siswa dan Dua Guru MTs Al-Khalifah Dilarikan ke RSUD Kanjuruhan Diduga Keracunan MBG

“Kami akan memastikan setiap penyedia makanan menjalankan standar kebersihan maksimal. Tim Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan juga kami minta melakukan pengawasan rutin agar kejadian serupa tidak terulang,” katanya.

Selain itu, pemerintah juga mendorong sekolah untuk lebih selektif dalam menerima makanan dari penyedia, termasuk memastikan kondisi makanan tetap layak konsumsi hingga tiba di sekolah. Sosialisasi kepada guru dan siswa mengenai ciri-ciri makanan yang tidak aman dikonsumsi juga akan digencarkan.

Komitmen Pemerintah Jaga Keamanan Program MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sendiri merupakan salah satu program prioritas Pemkab Malang untuk meningkatkan gizi pelajar, terutama di sekolah-sekolah negeri dan madrasah. Namun, kasus seperti ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memastikan keamanan pangan di lapangan.

Menurut Budiar, kejadian tersebut tidak boleh langsung menimbulkan stigma negatif terhadap program MBG. Ia menekankan pentingnya pendekatan objektif berbasis data laboratorium untuk menemukan penyebab pasti.

“Program MBG ini tujuannya sangat baik, untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak kita. Namun kami juga ingin memastikan semua berjalan dengan aman, higienis, dan sesuai standar,” pungkasnya.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa keamanan pangan merupakan aspek penting dalam setiap program sosial pemerintah. Ke depan, Pemkab Malang berkomitmen untuk memperkuat pengawasan dan sistem pelaporan cepat jika terjadi indikasi masalah serupa di sekolah lain.

Dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, penyedia makanan, sekolah, dan masyarakat, diharapkan insiden seperti ini tidak terulang, serta program makan bergizi tetap menjadi solusi positif untuk peningkatan kualitas gizi pelajar di Kabupaten Malang.

Baca Juga: Pemkot Malang Luncurkan Aplikasi Si Mbois Ker, Dorong Transformasi Digital di Bidang Kerja Sama