Harga biji kopi robusta di Tirtoyudo, Malang, mengalami kenaikan signifikan. Dari sebelumnya Rp 58 ribu, kini mencapai Rp 90 ribu per kilogram, hampir dua kali lipat.
Meski demikian, dampaknya tidak terasa bagi pengusaha kopi maupun pemilik kedai kopi. Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Kota Malang, Indra Setiyadi, mengungkapkan bahwa harga kopi yang naik tidak mengurangi jumlah pengunjung kafe.
Tingginya Margin Penjualan Kopi
Salah satu alasan mengapa pemilik kedai kopi tidak terpengaruh adalah karena margin keuntungan kopi yang cukup besar. “Margin keuntungan minuman kopi bisa mencapai 100-200 persen,” ungkap Indra.
Sebagai contoh, minuman kopi yang dijual seharga Rp 10 ribu per cangkir, modalnya hanya sekitar Rp 3.500. Hal ini membuat penjual tetap meraup untung meskipun bahan baku naik.
Baca Juga : KAI Tertibkan Aset di Stasiun Kota Malang, Pemilik Warung Menilai Tak Sesuai Prosedur
Kopi Jadi Kebutuhan Primer
Indra menambahkan, kopi sudah menjadi kebutuhan primer bagi banyak masyarakat. “Kopi seperti rokok, meskipun harganya naik tetap dibeli,” jelasnya.
Selain itu, menu non-kopi di kafe masih memiliki harga bahan baku yang stabil. Ini juga menjadi faktor yang membuat harga minuman di kafe tidak ikut melonjak.
Kenaikan Harga Bawa Berkah bagi Petani
Kenaikan harga kopi justru membawa berkah bagi petani kopi di Malang. Sutomo, seorang petani kopi asal Desa Ampelgading, menyatakan bahwa harga kopi unggul kini mencapai Rp 90 ribu per kilogram. “Harga kopi asalan juga naik, sekarang di angka Rp 70 ribu,” bebernya.