Breaking

Kepala Sekolah Tampar Siswa di Banten, 630 Murid SMAN 1 Cimarga Gelar Aksi Mogok

InfoMalangKasus Kepala Sekolah Tampar Siswa kembali menjadi sorotan publik setelah sebuah peristiwa terjadi di SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten. Peristiwa itu bermula dari seorang siswa berinisial ILP (17) yang kedapatan merokok di sekitar lingkungan sekolah pada Jumat (10/10/2025).

Insiden tersebut menimbulkan gelombang protes besar hingga ratusan siswa kompak melakukan aksi mogok sekolah pada Senin (13/10/2025) hingga Selasa (14/10/2025).

Lebih dari 630 siswa tidak masuk kelas sebagai bentuk solidaritas terhadap rekannya. Kasus Kepala Sekolah Tampar Siswa ini pun dengan cepat menyebar di media sosial dan menimbulkan pro kontra yang luas.

Kronologi Kejadian di SMAN 1 Cimarga

Berdasarkan kesaksian korban, ILP mengaku langsung membuang rokok yang dipegangnya saat ketahuan oleh pihak sekolah. Namun ketika diminta mencari kembali rokok itu, ia tidak berhasil menemukannya. Saat itulah, menurut pengakuan korban, Kepala Sekolah Tampar Siswa dengan menampar pipi dan menendang bagian punggungnya.

Tidak hanya itu, korban juga mengaku dimaki dengan kata-kata kasar, sebelum akhirnya dibawa ke ruang guru dan kembali dimarahi di hadapan sejumlah tenaga pendidik. Kesaksian ini yang kemudian membuat orang tua korban mengambil langkah hukum dengan melaporkan kasus tersebut ke Polres Lebak.

Baca Juga:Korban Terakhir Pantai Modangan Akhirnya Ditemukan Setelah Pencarian Intensif

Reaksi Orang Tua dan Kuasa Hukum

Orang tua korban menyatakan bahwa tindakan Kepala Sekolah Tampar Siswa tidak bisa dibenarkan. Mereka menilai kekerasan fisik dalam bentuk apapun tidak layak dilakukan oleh seorang pendidik, apalagi di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak-anak.

Kuasa hukum keluarga korban menegaskan bahwa laporan resmi sudah dilayangkan dan pihaknya mendesak kepolisian untuk menindaklanjuti kasus ini. Mereka menilai tindakan kepala sekolah bisa berdampak serius pada kondisi psikologis korban dan berpotensi menimbulkan trauma berkepanjangan.

Klarifikasi dari Kepala Sekolah

Sementara itu, Dini Fitria selaku kepala sekolah SMAN 1 Cimarga memberikan klarifikasi kepada media. Ia tidak membantah adanya peristiwa Kepala Sekolah Tampar Siswa, namun menurutnya tindakan tersebut terjadi secara spontan.

Dini menyebut bahwa ia hanya menegur siswa karena merasa dibohongi. Ia juga membantah keras tudingan bahwa dirinya menendang korban. Menurut pengakuannya, yang dilakukan hanya menepuk punggung dengan maksud menegur. Kendati demikian, pernyataan ini tidak meredakan amarah publik dan para siswa tetap melakukan aksi mogok.

Aksi Mogok Siswa

Lebih dari 630 murid SMAN 1 Cimarga tidak mengikuti pelajaran sejak Senin hingga Selasa. Sebanyak 19 ruang kelas tampak kosong ketika wartawan mendatangi lokasi. Aksi ini menjadi simbol penolakan keras terhadap tindak kekerasan di sekolah.

Para siswa membawa aspirasi mereka dengan tuntutan agar pihak berwenang menindak tegas peristiwa Kepala Sekolah Tampar Siswa. Mereka juga menolak kembali masuk sekolah selama kepala sekolah masih aktif menjabat.

Reaksi Warganet dan Publik

Kasus ini menjadi viral di media sosial. Tagar terkait Kepala Sekolah Tampar Siswa sempat ramai diperbincangkan. Ada warganet yang menilai tindakan kepala sekolah merupakan hal wajar untuk memberi efek jera kepada siswa yang melanggar aturan.

Namun, sebagian besar netizen justru mengecam peristiwa tersebut. Mereka berpendapat bahwa hukuman fisik bukan lagi metode yang tepat dalam mendidik siswa di era sekarang. Diskusi panjang di media sosial membuat kasus ini semakin mendapat sorotan luas dari masyarakat.

Sikap Pemerintah Daerah

Pemerintah Provinsi Banten akhirnya turun tangan. Kepala sekolah SMAN 1 Cimarga dinonaktifkan sementara untuk memudahkan jalannya pemeriksaan internal dan penyelidikan kepolisian.

Pejabat pendidikan setempat menegaskan bahwa pihaknya tidak mentoleransi segala bentuk kekerasan di lingkungan sekolah. Langkah ini diambil agar kasus Kepala Sekolah Tampar Siswa dapat diproses secara adil tanpa adanya intervensi.

Dampak Psikologis bagi Korban

Psikolog pendidikan menilai bahwa tindakan Kepala Sekolah Tampar Siswa dapat meninggalkan luka emosional bagi korban. Rasa malu, trauma, hingga kehilangan kepercayaan diri bisa menjadi efek jangka panjang yang dialami siswa.

Jika tidak ditangani dengan tepat, korban bisa mengalami penurunan motivasi belajar. Karena itu, pendampingan psikologis perlu diberikan agar siswa dapat kembali merasa aman di lingkungan sekolah.

Pandangan Ahli Pendidikan

Ahli pendidikan menegaskan bahwa disiplin memang penting, tetapi kekerasan bukan solusi. Mereka menekankan perlunya komunikasi yang baik antara guru, kepala sekolah, siswa, dan orang tua dalam menyelesaikan masalah.

Kasus Kepala Sekolah Tampar Siswa ini dianggap sebagai momentum untuk mereformasi sistem disiplin di sekolah agar lebih humanis tanpa menghilangkan ketegasan.

Jalan Panjang Penyelesaian Kasus

Hingga kini, kasus Kepala Sekolah Tampar Siswa di SMAN 1 Cimarga masih dalam proses hukum. Polisi telah memanggil sejumlah saksi, termasuk korban, teman-temannya, dan guru yang berada di lokasi.

Sementara itu, aksi mogok siswa masih berlangsung. Belum ada kejelasan kapan mereka akan kembali masuk sekolah, karena sebagian besar masih menunggu kepastian terkait status kepala sekolah.

Baca Juga:Momen Haru di Maguwoharjo: “Teman Bisik” Dampingi Anak Difabel Nikmati Laga PSS Sleman vs Kendal Tornado FC