Breaking

Kolaborasi Danantara-GEM Tiongkok, Indonesia Siapkan Pusat Pemrosesan Nikel Strategis 2025

infomalang.com/ – Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam industri nikel global. Pada 26 Agustus 2025, Dana kekayaan negara Indonesia, Danantara, resmi mengumumkan kerja sama dengan GEM Tiongkok, perusahaan daur ulang baterai dan material terkemuka, untuk membangun pusat pemrosesan nikel strategis di Tanah Air. Proyek ini menjadi langkah awal Danantara memasuki sektor nikel, sekaligus memperkuat ambisi Indonesia dalam rantai pasok kendaraan listrik (EV).

Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah menjadikan Indonesia sebagai pusat ekosistem baterai dunia. Sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia memiliki modal kuat untuk memimpin transisi energi bersih global.

Dengan menggandeng GEM Tiongkok, Danantara berharap dapat mengembangkan kawasan industri hijau yang menargetkan emisi karbon nol bersih, sebuah langkah yang selaras dengan agenda pembangunan berkelanjutan.

Danantara dan Peran Strategisnya

Diluncurkan pada Februari 2025, Danantara diberi mandat mengelola seluruh perusahaan milik negara dengan total aset lebih dari 900 miliar dolar AS. Dengan model serupa Temasek di Singapura, Danantara berfokus pada investasi strategis yang dapat memperkuat ekonomi nasional.

Tahun ini, Danantara mengelola dana investasi sebesar 135 triliun rupiah (sekitar 8,3 miliar dolar AS). Dana tersebut sebagian besar bersumber dari dividen perusahaan BUMN serta penjualan obligasi Patriot yang menarik minat kalangan elite bisnis Indonesia.

Kepala investasi Danantara, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa kolaborasi dengan GEM Tiongkok menjadi salah satu tonggak penting. Menurutnya, pusat pemrosesan nikel ini tidak hanya akan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, tetapi juga membuka peluang besar dalam rantai pasok global.

“Kesepakatan awal telah kami tandatangani dengan GEM untuk menciptakan kawasan industri hijau. Proyek ini diharapkan bisa menjadi motor penggerak ekonomi hijau Indonesia,” ungkap Pandu dalam wawancara dengan Reuters.

GEM Tiongkok dan Jejak Globalnya

GEM bukan pemain baru di industri baterai global. Perusahaan ini telah bekerja sama dengan raksasa nikel seperti Vale Indonesia, EcoPro dari Korea Selatan, serta Merdeka Copper Gold. Kehadiran GEM di Indonesia melalui proyek bersama Danantara diyakini akan memperkuat ekosistem industri nikel Tanah Air.

Dengan teknologi pemrosesan mutakhir, GEM berkomitmen menciptakan industri berkelanjutan yang berorientasi pada pengurangan emisi. Hal ini penting, mengingat Indonesia tengah berupaya memperbaiki citra industri tambang yang sering dikritik karena dampak lingkungannya.

Momentum Bagi Hilirisasi Nikel

Sejak pemerintah melarang ekspor bijih nikel mentah pada 2020, fokus pembangunan industri hilir semakin menguat. Proyek bersama Danantara dan GEM menjadi bukti bahwa strategi hilirisasi ini mulai menarik perhatian investor global. Dengan nilai investasi yang berpotensi miliaran dolar, pusat pemrosesan nikel ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan penerimaan negara, serta memperkokoh posisi Indonesia dalam rantai pasok EV.

Baca Juga:Menelisik Kasus Korupsi di Malang dari Tahun ke Tahun

Selain itu, adanya kawasan industri hijau akan membuka ruang kolaborasi lintas sektor, mulai dari energi terbarukan hingga pengembangan teknologi baterai. Jika berjalan sesuai rencana, Indonesia bukan hanya eksportir bahan mentah, tetapi juga pemain utama dalam penyediaan material energi bersih.

Obligasi Patriot dan Dukungan Investor Domestik

Salah satu sumber dana utama Danantara berasal dari penerbitan Obligasi Patriot. Instrumen ini menarik minat tokoh bisnis besar Indonesia, termasuk Prajogo Pangestu, Garibaldi Thohir, dan Franky Widjaja. Dengan tenor 5 hingga 7 tahun dan bunga rendah 2%, obligasi ini dinilai sangat kompetitif dibanding obligasi pemerintah.

Menurut Pandu, penerbitan obligasi ini bukan hanya urusan finansial, tetapi juga simbol ajakan bagi dunia usaha untuk bersama-sama mendorong kemajuan bangsa. Dukungan investor domestik yang kuat akan memberikan kestabilan pada pembiayaan proyek-proyek strategis, termasuk pusat pemrosesan nikel bersama GEM.

Dampak Jangka Panjang bagi Indonesia

Jika terealisasi, proyek ini akan membawa dampak jangka panjang bagi perekonomian nasional. Pertama, memperkuat daya saing Indonesia di sektor energi baru terbarukan. Kedua, mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dengan menciptakan produk bernilai tambah. Ketiga, memperluas lapangan kerja di sektor teknologi tinggi.

Selain itu, kehadiran industri hijau akan memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi iklim global. Negara-negara maju kini semakin selektif dalam memilih mitra dagang, terutama yang berkomitmen pada keberlanjutan. Dengan proyek ini, Indonesia dapat menunjukkan keseriusan dalam transisi energi bersih sekaligus menjaga kepentingan nasional.

Kolaborasi antara Danantara dan GEM Tiongkok bukan sekadar proyek bisnis, melainkan bagian dari strategi besar Indonesia untuk mengamankan masa depan energi. Dengan potensi nikel yang melimpah dan dukungan investasi jumbo, Indonesia berpeluang menjadi pemain kunci dalam industri baterai global.

Namun, tantangan tetap ada. Mulai dari menjaga keberlanjutan lingkungan, memastikan manfaat bagi masyarakat lokal, hingga mengawal transparansi dalam setiap tahapan proyek. Jika semua ini bisa dijalankan dengan baik, maka pusat pemrosesan nikel strategis ini akan menjadi warisan penting bagi generasi mendatang.

Baca Juga:10 Negara dengan Koneksi Internet Paling Kencang di Dunia, Ada Tetangga RI