Breaking

Laba Astra International Anjlok! Apa Penyebabnya?

PT Astra International Tbk. (ASII) mengumumkan kinerja keuangan kuartal pertama tahun 2025 yang mengejutkan. Meskipun pendapatan bersih konsolidasian grup meningkat 3% menjadi Rp 83,4 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih justru menukik tajam. Setelah penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, laba bersih Grup Astra tercatat hanya Rp 6,9 triliun, atau turun 7% year-on-year.

Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro, menjelaskan penurunan kinerja ini terutama disebabkan oleh pelemahan harga batu bara yang berdampak signifikan pada bisnis pertambangan grup. Curah hujan tinggi juga turut memukul kinerja jasa penambangan. “Laba bersih Grup pada kuartal pertama 2025 lebih rendah, terutama mencerminkan kondisi ekonomi yang masih lemah dan harga batu bara yang mengalami penurunan,” ujar Djony dalam keterangan resmi, Kamis (1/5).

Baca Juga: Tugu Insurance Raih Laba Fantastis, Bagi Dividen Ratusan Miliar!

Laba Astra International Anjlok! Apa Penyebabnya?
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Meski demikian, Djony menekankan resiliensi portofolio Astra yang terdiversifikasi. Penurunan kinerja di sektor otomotif dan batu bara sebagian terimbangi oleh kinerja solid dari bisnis jasa keuangan, infrastruktur, dan agribisnis. Divisi otomotif & mobilitas memang mengalami penurunan laba bersih 4% menjadi Rp 2,7 triliun, seiring dengan penurunan penjualan mobil nasional sebesar 5% menjadi 205.000 unit. Namun, pangsa pasar Astra tetap kokoh di angka 54%. Penjualan sepeda motor nasional juga turun 3%, tetapi Astra mempertahankan pangsa pasarnya di angka 77%.

Sektor jasa keuangan justru mencatatkan peningkatan laba bersih 3% menjadi Rp 2,1 triliun, didorong oleh peningkatan pembiayaan konsumen. Divisi agribisnis juga berkontribusi positif dengan peningkatan laba bersih 20% menjadi Rp 221 miliar, berkat kenaikan harga dan volume penjualan minyak kelapa sawit. Sementara itu, divisi infrastruktur menorehkan peningkatan laba bersih 54% menjadi Rp 260 miliar, ditopang oleh peningkatan volume lalu lintas dan tarif jalan tol.

Meskipun beberapa sektor menunjukkan kinerja positif, penurunan signifikan di divisi alat berat, pertambangan, konstruksi & energi (Rp 2 triliun, turun 30%) dan dampak negatif dari bisnis batu bara tetap menjadi sorotan utama. Djony memastikan Astra akan terus memantau kondisi makroekonomi dan tetap fokus menjaga disiplin keuangan serta operasional. “Didukung oleh neraca keuangan yang kuat, portofolio Grup yang terdiversifikasi berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang,” tutupnya. Nilai aset bersih per saham pada 31 Maret 2025 tercatat Rp 5.468, meningkat 4% dibandingkan posisi Desember 2024.

Baca Juga: Saham Melonjak 120%! BEI Tutup Paksa Perdagangan!