Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas III Malang, Mamuri, menjelaskan bahwa sebagian besar gempa di Malang berpusat di laut selatan wilayah tersebut. “Gempa-gempa ini memiliki magnitudo di bawah 5 Skala Richter (SR),” ungkap Mamuri pada 22 Agustus kemarin.
Selain itu, di bagian selatan Kabupaten Malang terdapat lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah lempeng Eurasia. Lempeng Eurasia sendiri berada tepat di atas Pulau Jawa. Karena itu, kedua lempeng tersebut mengalami aktivitas subduksi, yaitu proses geologi di mana dua lempeng tektonik bertemu dan bergerak satu sama lain.
Selain gempa yang berpusat di Malang, dalam delapan bulan terakhir, warga Malang juga merasakan 14 gempa lainnya. Misalnya, pada Selasa, 13 Agustus, sekitar pukul 10.03 pagi, terjadi gempa dengan magnitudo 4,9 SR.
Baca Juga : Kuliner Malam Bakso Malang
Pusat Gempa
Pusat gempa ini berada di 115 kilometer tenggara Kabupaten Malang dengan kedalaman 57 kilometer. Gempa tersebut disebabkan oleh aktivitas subduksi dan dirasakan hingga Blitar, Jember, dan Lumajang.
“Dalam sebulan, kami mencatat rata-rata 500 hingga 600 gempa bumi di wilayah Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan sebagian Jawa Tengah,” jelas Mamuri. Di sisi lain, gempa yang berpusat di Malang terjadi sekitar 20 hingga 35 kali setiap bulannya, dengan rata-rata 1 hingga 3 gempa setiap hari.
Gempa-gempa ini tercatat melalui sensor yang dipasang oleh BMKG Stasiun Geofisika Kelas III Malang. Di Kabupaten Malang, terdapat dua sensor, yaitu Malang Jawa Indonesia (MLJI) dan Gedangan Jawa Indonesia (GEJI).
Selain itu, ada juga sensor di Klakah, Lumajang, Jawa Indonesia (KLJI). Jika tiga sensor terdekat mendeteksi getaran secara bersamaan, maka getaran tanah tersebut dikategorikan sebagai gempa.
Selain itu, wilayah Malang juga menghadapi ancaman megathrust, yaitu gempa bumi dengan kekuatan besar. Namun, Mamuri menegaskan bahwa hingga saat ini, waktu terjadinya gempa Malang Dilanda Gempa Setiap Dua Hari. Tersebut belum bisa diprediksi. Oleh karena itu, sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG telah menyiapkan sistem pemantauan, pemrosesan, dan penyebaran informasi mengenai gempa bumi serta peringatan dini tsunami yang lebih cepat dan akurat.
BMKG juga gencar memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama terkait evakuasi mandiri. Mamuri menyarankan agar masyarakat selalu siap dan tidak panik saat bencana terjadi. “Jika harus evakuasi keluar rumah, pastikan mengetahui lokasi titik kumpul dan siapkan tas siaga yang berisi makanan, obat-obatan, dan perlengkapan penting lainnya,” tutupnya.
Baca Juga : Aksi Kawal Putusan MK di Kota Malang Memanas