infomalang.com/ – Pada COP30 di Belém, Brasil (10–21 November 2025), dunia menatap kolaborasi antara dua negara tropis besar: Indonesia dan Brasil. Keduanya memiliki hutan tropis luas, menghadapi tekanan deforestasi, serta menyimpan potensi besar dalam mitigasi iklim. Namun, reputasi keduanya dirundung kesenjangan kredibilitas iklim yang mengancam kepercayaan global. Artikel ini membahas tantangan utama, peluang kepemimpinan, dan rekomendasi strategis agar Indonesia dan Brasil tampil berwibawa di panggung internasional.
Kesenjangan Kredibilitas: Antara Retorika dan Aksi
Tantangan utama kredibilitas muncul karena kontradiksi antara retorika iklim dan kebijakan domestik.
Di Brasil, Kongres mengesahkan “Devastation Bill” yang melemahkan regulasi lingkungan, mempercepat deforestasi, dan menghapus penilaian dampak lingkungan untuk proyek tambang serta minyak. Kebijakan ini mendapat tentangan lebih dari 350 organisasi masyarakat sipil. Jika disahkan Presiden Lula, langkah ini dapat mengoyak reputasi Brasil sebagai tuan rumah COP30 sekaligus pemimpin negosiasi iklim global.
Indonesia: Potensi Besar, Tantangan Kompleks
Indonesia juga menghadapi ujian kredibilitas. Negara ini memiliki potensi energi bersih besar, seperti geothermal sekitar 28,5 GW dan hidro sekitar 94 GW, namun transisinya masih terhambat oleh subsidi bahan bakar fosil, regulasi yang membatasi investasi swasta, serta monopoli PLN sebagai pembeli tunggal listrik.
Selain itu, deforestasi di Indonesia tetap menjadi sorotan global, membuat negara ini rentan terhadap kritik terkait komitmen iklimnya. Kredibilitas Indonesia di forum internasional akan sangat ditentukan oleh langkah nyata mengurangi deforestasi dan mempercepat transisi energi bersih.
Peluang Strategis di COP30
Terlepas dari berbagai tantangan, peluang kepemimpinan tidak boleh diabaikan.
Brasil memiliki posisi strategis sebagai tuan rumah COP30 pertama dari wilayah Amazon. Negara ini dapat memimpin pembahasan implementasi Paris Agreement dan mendorong multilateralitas sebagai upaya memulihkan kepercayaan global.
Indonesia, di sisi lain, dapat menjadikan COP30 sebagai platform untuk memperkuat mekanisme pasar karbon, mengembangkan instrumen green sukuk syariah, dan mempercepat investasi energi bersih. Pemerintah telah menargetkan 75 % bauran energi bersih pada 2040, meski saat ini baru mencapai 12 %. Pada 2023, investasi energi bersih di Indonesia naik 78 % menjadi sekitar US$498 juta—capaian yang perlu terus ditingkatkan.
Kolaborasi Global South: Memperkuat Agenda Bersama
Dalam kerangka forest agenda di forum BRICS, COP30 membuka peluang bagi Indonesia dan Brasil untuk membangun pendekatan kolaboratif dalam konservasi hutan tropis. Upaya ini tidak hanya menekan deforestasi global, tetapi juga memperluas penerapan nature‑based solutions (NbS).
Kolaborasi keduanya dengan negara‑negara Global South, termasuk Afrika dan anggota BRICS lainnya, dapat memperkuat posisi tawar dalam negosiasi pendanaan iklim dan meningkatkan keadilan iklim.
Baca juga: Kemkominfo Hadir di Malang: Gaungkan Program MBG Lewat “IGID Goes to Campus”
Rekomendasi Strategis untuk Menutup Gap Kredibilitas
| Pilar Strategis | Tindakan Khusus |
|---|---|
| Transparansi & Integritas | Terapkan kebijakan konflik kepentingan, larangan lobi industri fosil, dan disclosure delegasi COP Brasil. |
| Implementasi Konkret | Pastikan pelaksanaan komitmen Paris Agreement, termasuk target NDC, pendanaan hutan, dan migrasi energi bersih. |
| Kolaborasi Global Selatan | Perkuat koordinasi dengan negara BRICS dan forum Global South untuk memperkuat posisi forest agenda di COP. |
| Pendanaan & Investasi | Tingkatkan akses ke climate finance dan modal swasta, serta optimalkan green sukuk dan pasar karbon syariah di Indonesia. |
| Keterlibatan Masyarakat Sipil | Libatkan masyarakat adat dan kelompok marginal, hindari proyek tanpa penilaian sosial-ekologis yang memadai. |
Mengapa Ini Penting untuk EEAT & SEO?
Artikel ini dibangun berdasarkan sumber jurnalistik dan ilmiah terpercaya yang relevan dan terbaru. Dari sisi Expertise, artikel menyajikan data teknis terkait transisi energi dan kebijakan iklim. Authority diperkuat oleh penggunaan data investasi dan kebijakan resmi, sedangkan Trustworthiness dijaga melalui konteks internasional dan rekomendasi berbasis riset.
COP30 sebagai Ujian Kepemimpinan
COP30 menjadi ujian kredibilitas iklim bagi Indonesia dan Brasil.
Dengan kepemimpinan yang nyata, implementasi Paris Agreement, dan inovasi pendanaan hijau, kedua negara dapat memperkuat posisinya sebagai motor penggerak Global South dalam negosiasi iklim dunia. Jika berhasil menutup kesenjangan antara janji dan aksi, COP30 bisa menjadi titik balik menuju diplomasi iklim yang lebih adil dan berorientasi hasil.
Baca juga:Pameran Otomotif Internasional Indonesia 2025: Ajang Pamer Inovasi Kendaraan Masa Depan















