infomalang.com/ – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu , kembali menjadi perhatian publik dunia. Namun kali ini bukan karena kebijakan politik atau pernyataan yang kontroversial, melainkan karena kondisi kesehatannya yang memburuk secara tiba-tiba. Netanyahu dikabarkan jatuh sakit setelah diduga mengalami keracunan makanan, yang membuatnya harus menjalani perawatan dan istirahat penuh selama beberapa hari.
Akibat kejadian tersebut, sidang kasus korupsi yang menunda dirinya sebagai terdakwa utama pun terpaksa ditunda. Kejadian ini menambah panjang tertundanya proses hukum yang telah berjalan sejak akhir tahun 2024.
Netanyahu Sakit, Sidang Batal
Menurut laporan dari The Times of Israel, Pengadilan Distrik Yerusalem pada Senin (21/7/2025) secara resmi membatalkan agenda konferensi yang dijadwalkan berlangsung pada Senin dan Selasa (21–22 Juli 2025). Dalam sidang tersebut, Netanyahu hadir memberikan kesaksian secara langsung terkait tiga kasus korupsi besar yang menjerat dirinya.
Namun, sehari sebelum sidang, Netanyahu mengalami gangguan kesehatan setelah menyantap makanan yang diduga telah terjadi. Ia dilaporkan merasakan mual, lemas, dan gejala gangguan pencernaan yang cukup serius. Amit Hadad, pengacara pribadi Netanyahu, menyampaikan bahwa kondisi kliennya tidak memungkinkan untuk menghadiri sidang dan telah menerima saran medis untuk beristirahat selama minimal tiga hari ke depan.
“Perdana Menteri mengalami gejala kelelahan dan masalah pencernaan yang cukup mengganggu. Berdasarkan diagnosis awal, ada indikasi keracunan makanan ringan,” kata Hadad dalam pernyataannya kepada media.
Baca Juga:GOR Ken Arok Malang Bakal Lebih Modern, 2 Arena Dirombak Total Super Keren
Kejaksaan Setuju Tunda, Tapi Jadwal Tak Berkecepatan
Kejaksaan Negeri Israel, sebagai pihak yang mengakhiri, menyetujui penundaan dari tim kuasa hukum Netanyahu. Mereka bahkan mengusulkan agar kesaksian bisa tetap dilakukan pada Rabu (23/7) dan Kamis (24/7). Namun, pengadilan memutuskan untuk membatalkan agenda sidang sepenuhnya, bukan hanya menundanya.
Hal ini menyebabkan jadwal pertandingan yang bentrok dan mendekati masa reses musim panas. Diketahui, pengadilan akan memasuki masa libur panjang mulai pekan ini hingga 5 September 2025, di mana selama periode tersebut hanya perkara-perkara mendesak yang dapat diselesaikan. Oleh karena itu, bukti Netanyahu dalam kasus ini kemungkinan baru bisa terjadi pada pertengahan atau akhir September mendatang.

Penundaan yang Berulang
Penundaan kali ini menambah catatan panjang penundaan jadwal bantuan dalam kasus Netanyahu. Sejak sidang pertama digelar pada Desember 2024, proses hukum ini berulang kali mengalami kendala. Beberapa alasan yang sering digunakan antara lain adalah kondisi kesehatan, urusan kenegaraan, keterlibatan dalam konflik militer di Jalur Gaza, hingga perjalanan diplomatik ke luar negeri.
Banyak pihak, termasuk kalangan oposisi dan masyarakat sipil, memikirkan pola tertunda ini sebagai bagian dari strategi politik untuk mengulur waktu. Netanyahu sendiri sering menyatakan bahwa dirinya adalah korban persekusi politik dan menyebut kasus korupsi ini sebagai “rekayasa hukum”.
Tiga Kasus yang Menjerat Netanyahu
Netanyahu saat ini tengah menghadapi tiga dakwaan korupsi besar, masing-masing dikenal sebagai Kasus 1000, 2000, dan 4000. Kasus 1000 berkaitan dengan dugaan penerimaan hadiah mahal dari pengusaha kaya sebagai ketidakseimbangan atas keuntungan pribadi. Kasus 2000 menyangkut persekongkolan dengan pemilik media besar di Israel untuk memberitakan citra positif dirinya.
Sementara Kasus 4000, yang dianggap paling serius, melibatkan dugaan kedaulatan kekuasaan ketika Netanyahu menjabat sebagai Menteri Komunikasi. Ia diharapkan memberikan kemudahan regulasi kepada perusahaan telekomunikasi Bezeq sebagai kompensasi atas liputan positif yang diberikan oleh portal berita Walla!, yang masih berada di bawah naungan grup perusahaan tersebut.
Meskipun bukti-bukti telah diajukan dan beberapa saksi penting telah diperiksa, Netanyahu terus membantah semua dakwaan tersebut. Ia mengklaim bahwa tuduhan itu tidak berdasar dan merupakan bagian dari kampanye sistematis untuk menjatuhkannya dari kekuasaan.
Publik dan Pengamat Kritik Penundaan
Reaksi masyarakat terhadap tertundanya sidang terbaru ini cukup beragam. Sebagian pihak bersimpati atas kondisi kesehatan Netanyahu, namun banyak juga yang menilai kejadian ini sebagai alasan yang terlalu kebetulan, mengingat pentingnya agenda konferensi pekan ini.
Pengamat hukum dan politik Israel menyatakan bahwa kasus ini merupakan ujian besar bagi sistem independensi peradilan negara tersebut. Jika sidang terus ditunda tanpa kejelasan, bukan tidak mungkin kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum akan menurun drastis.
“Transparansi dan konsistensi dalam proses hukum adalah fondasi demokrasi. Jika pemimpin bisa terus menyelenggarakan penyelenggaraan tanpa alasan yang benar-benar kuat, itu menciptakan preseden yang berbahaya,” kata seorang analis hukum dari Hebrew University, yang enggan menyebutkan namanya.















